Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

KARAKTERISTIK SYARAH HADIS ‘ABD AL-ŞAMAD AL-FĀLIMBĀNĪ: Tinjauan Kitab Hidāyah Al-Sālikīn Dan Siyar Al-Sālikīn Muhid, Muhid; Prayogi, Ananda; Miladiyah, Faridatul; Nurita, Andris; Izzuddin, Faris Azhar
TAJDID: Jurnal Ilmu Ushuluddin Vol. 22 No. 1 (2023): Kajian Ilmu Ushuluddin dan Studi Agama
Publisher : Faculty of Ushuluddin and Religious Studies UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30631/tjd.v22i1.330

Abstract

‘Abd al-Şamad al-Fālimbānī who was considered a prolific scholar  and had made a major contribution to the development of Islamic scholarship, it turns out that his ways of explaining hadith has a unique way that have been overlooked by previous researchers. In fact, he was not only recognized as an expert scholar in Sufism studies, but also had sufficient credibility to be recognized in hadith narrations. Therefore, this article reveals the characteristics of sharah hadith carried out by ‘Abd al-Şamad al-Fālimbānī in terms of his two books, Hidāyah al-Sālikīn and Siyar al-Sālikīn. The method used in this study is a literature research method with a qualitative approach in the form of exposing examples of hadiths and their editorial sharah in the two related books. The analysis used in this research is descriptive analysis by observing the pattern in the syarah hadith model used by ‘Abd al-Şamad al-Fālimbānī and comparing it with related theories so as to produce a new theory of the characteristics of patterns obtained. The results shows that the syarah hadith of ‘Abd al-Şamad al-Fālimbānī has unique characteristics, namely a language approach patterned by exposing hadiths with hadiths and has a tendency to always combine the abstract concept of Sufism with other things which are practical through definitions and divisions with the ijmali method. This can be seen from the hadiths which are interpreted differently from the Sufism approach, both in Hidāyah al-Sālikīn and Siyar al-Sālikīn. As a suggestion, this findings need to be developed in the future and can become one of the models of sharah hadith that practitioners or the general public can use in explaining the meaning of hadith ‘Abd al-Şamad al-Fālimbānī yang dinilai sebagai ulama yang produktif dan memiliki kontribusi besar terhadap perkembangan keilmuan Islam ternyata caranya dalam menjelaskan hadis yang memiliki ciri khas terlewat dari para peneliti sebelumnya. Padahal, dia tidak hanya diakui sebagai ulama yang ahli dalam bidang tasawuf, namun juga memiliki kredibilitas yang cukup diakui dalam periwayatan hadis. Oleh karena itu, artikel ini mengungkap karakteristik syarah hadis yang dilakukan oleh ‘Abd al-Şamad al-Fālimbānī yang ditinjau dari dua kitabnya, Hidāyah al-Sālikīn dan Siyar al-Sālikīn. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian pustaka dengan pendekatan kualitatif yang berupa pemaparan contoh-contoh hadis beserta redaksi syarahnya dalam kedua kitab terkait. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dengan mengamati pola dalam model syarah hadis yang digunakan oleh ‘Abd al-Şamad al-Fālimbānī serta membandingkannya dengan teori-teori terkait sehingga dapat menghasilkan teori baru dari karakteristik pola yang didapatkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa syarah hadis ‘Abd al-Şamad al-Fālimbānī memiliki karakteristik yang unik, yaitu pendekatan bahasa berpola pensyarahan hadis dengan hadis dan cenderung selalu mencoba memadukan konsep tasawuf yang abstrak dengan hal-hal yang bersifat praktis melalui definisi dan pembagian-pembagian dengan penggunaan metode ijmālī. Hal itu dapat dilihat dari hadis-hadis yang dimaknainya secara berbeda dengan pendekatan tasawuf baik itu dalam kitab Hidāyah al-Sālikīn maupun Siyar al-Sālikīn. Sebagai saran, temuan ini perlu dikembangkan di kemudian hari serta dapat menjadi salah satu model syarah hadis yang dapat digunakan oleh para praktisi atau masyarakat luas dalam menjelaskan makna hadis
IBN MAS'ŪD'S CONTRIBUTION IN HADITH CRITICISM: Efforts to Preserve the Prophet's Hadith in the Era of Ṣaḥābah Miladiyah, Faridatul; Muhid, Muhid; Nurita, Andris
Nabawi: Journal of Hadith Studies Vol 4, No 1 (2023): Nabawi: Journal of Hadith Studies
Publisher : LP2M Ma'had Aly Hasyim Asy'ari Pesantren Tebuireng

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55987/njhs.v4i1.96

Abstract

Al-Idlibī's stated that several ṣaḥābah have criticized hadith, including Ibn Mas'ūd. This seems contrary to the fame of Ibn Mas’ūd as mufassir. So the contribution (criticism of hadith) of Ibn Mas’ūd becomes a necessity to examine how far he preserved the hadith at his time and what method he applied bearing in mind that at that time several other ṣaḥābah also did hadith criticism. The purpose of this research is to fīnd out the contribution of Ibn Mas’ūd in the fīeld of hadith, especially criticism of hadith. This research is closely related to the criticism of hadith at the time of the ṣaḥābah,after the death of the Prophet whichtheycould not ask him directly. This research uses a qualitative-descriptive method, with the type of library research, based on sources from a number of classic books, books, journals which are then collected so that they become valid data. Based on the fīnal results of this research, through the criticism conveyed by Ibn Mas’ūd there are two methods that he applies in criticizing the hadith dukhān: 1) criticism of al-khārijī (sanad) delivered directly to the person who brought the news about dukhān,.2) al-dākhilī (matan) criticism which is applied through the ‘aqli approach (logic) and previous events (historical approach), namely when he was with the Prophet in the war of badr. [Al-Idlibī menyebutkan beberapa sahabat telah melakukan kritik hadis. Di antara para sahabat tersebut adalah Ibn Mas’ūd. Padahal, ia lebih terkenal sebagai mufassir. Dari sini, kontribusi (kritik hadis) Ibn Mas’ūd menjadi keperluan untuk diteliti sejauh mana ia memelihara hadis pada masanya dan bagaimana metode yang ia terapkan mengingat pada saat itu beberapa sahabat lain juga melakukan kritik hadis. Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui kontribusi Ibn Mas’ūd dalam bidang hadis, khususnya kritik hadis. Penelitian ini berkaitan erat dengan kritik hadis pada masa sahabat, yang mana pasca Nabi wafat mereka tidak bisa bertanya langsung kepada Nabi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif-deskriptif, dengan jenis penelitian kepustakaan (library research), berdasar pada sejumlah kitab klasik, buku, jurnal yang kemudian dikumpulkan supaya menjadi data yang valid. Berdasarkan hasil akhir dari penelitian ini, melalui kritik yang disampaikan oleh Ibn Mas’ūd, terdapat dua metode yang ia terapkan dalam mengkritik riwayat hadis dukhān: 1) kritik al-khārijī (sanad) dilontarkan langsung kepada orang yang membawa kabar tentang dukhān,.2) kritik al-dākhilī (matan) yang diterapkan melalui pendekatan ‘aqli (logika) dan kejadian terdahulu (pendekatan historis), yakni ketika ia bersama Nabi dalam perang badar.]