<![CDATA[Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pelaksanaan pembelajaran pendidikan kepalangmerahan di SD IT Ummi Darussalam dengan fokus pada pengenalan dan pelatihan pertolongan pertama, khususnya dalam menangani kasus pingsan. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan studi kasus untuk menggali pemahaman siswa secara mendalam terkait pertolongan pertama. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis sejauh mana siswa mampu mengaplikasikan teori yang telah diajarkan dalam konteks nyata, terutama dalam situasi darurat. Data diperoleh melalui observasi, wawancara mendalam dengan guru dan siswa, serta dokumentasi aktivitas pembelajaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa memiliki pemahaman teoritis yang cukup mengenai langkah-langkah dasar pertolongan pertama, seperti memastikan keamanan lingkungan, memeriksa respons korban, serta memberikan posisi pemulihan. Namun, kurangnya pengalaman praktis menjadi hambatan utama dalam implementasi penanganan langsung. Siswa cenderung ragu-ragu dan tidak percaya diri dalam menerapkan keterampilan tersebut ketika dihadapkan pada situasi nyata. Selain itu, keterbatasan sarana dan prasarana seperti alat bantu simulasi menjadi kendala lain yang diidentifikasi dalam penelitian ini. Dari temuan ini, direkomendasikan adanya pelatihan pertolongan pertama berbasis pengetahuan medis dasar yang lebih terstruktur dan berkelanjutan. Pelatihan ini mencakup simulasi kasus pingsan dengan skenario yang mendekati kenyataan agar siswa dapat melatih respons mereka secara langsung. Dengan pendekatan ini, siswa diharapkan dapat meningkatkan keterampilan praktis, mengurangi risiko kesalahan dalam penanganan darurat, serta mendukung proses penyembuhan korban dengan lebih efektif. Implementasi pelatihan ini juga dapat memperkuat budaya peduli terhadap keselamatan dan kesehatan di lingkungan sekolah, yang pada akhirnya berdampak positif terhadap pembentukan karakter siswa. Penelitian ini memberikan wawasan bagi pengembangan kurikulum pendidikan kepalangmerahan yang lebih aplikatif di tingkat sekolah dasar, sekaligus menjadi referensi bagi institusi pendidikan lain dalam mengajarkan keterampilan penyelamatan nyawa sejak dini.]]>
