Indonesia, dengan mayoritas penduduk muslim, memiliki dinamika sosial unik terkait fenomena mualaf. Proses transisi keagamaan ini sering diwarnai tantangan, terutama dalam memahami dan mengimplementasikan tata cara ibadah sesuai syariat, seperti salat dan puasa. Kondisi ini menyoroti urgensi pendampingan intensif dan terstruktur. Kantor Urusan Agama (KUA) sebagai lembaga pemerintah di tingkat kecamatan memiliki potensi besar untuk berperan aktif dalam pembinaan mualaf. Meskipun studi sebelumnya membahas peran lembaga keagamaan dalam pembinaan umat, belum banyak kajian yang secara spesifik membahas model pendampingan tata cara beribadah bagi mualaf melalui optimalisasi peran aktif KUA. Artikel ini bertujuan merumuskan model pendampingan ibadah yang efektif bagi mualaf melalui peran aktif KUA dan mengevaluasi dampaknya terhadap peningkatan pemahaman dan praktik ibadah mualaf. Dengan menggunakan pendekatan Asset-Based Community Development (ABCD) melalui tahapan Discovery, Dream, Design, Deliver, dan Destiny, program pengabdian masyarakat ini dilaksanakan selama dua minggu di Kecamatan Tegalrejo. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan signifikan dalam pemahaman dan praktik ibadah mualaf, didukung oleh pemanfaatan aset KUA (SDM kompeten, fasilitas, jaringan) dan semangat belajar mualaf. Model pendampingan yang terstruktur, praktis, dan adaptif terbukti efektif. KUA Tegalrejo berkomitmen untuk mengintegrasikan program ini ke dalam agenda rutin mereka, menunjukkan potensi keberlanjutan yang tinggi. Studi ini menegaskan peran krusial KUA sebagai pusat pembinaan mualaf yang efektif di Indonesia.