Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

REPRESENTASI KOMUNIKASI TRANSENDENTAL PADA KEGIATAN RITUAL PEMBUATAN GERABAH SITIWINANGUN DI DESA SITIWINANGUN CIREBON Bintang, Gilang; Ghassani, Rizki; Raditiyanto, Satria
JURNAL KEBANGSAAN RI Vol. 2 No. 1 (2024): Edisi 3
Publisher : LEMBAGA PUSAT KAJIAN KEBANGSAAN/PUSKAB UKRI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31848/jkri.v2i1.3555

Abstract

Abstract: Sitiwinangun Cirebon Pottery or Sitiwinangun traditional pottery has a unique pottery craft product that has been started since prehistoric times until now. The people of Sitiwinangun village until now still believe that a ritual process is still needed for the Karuhun or their ancestors. The process of giving offerings to the spirits of the ancestors before making this Sitiwinangun Cirebon Pottery from prehistoric times until now is still very thick with animistic ritual processes. The motifs and uniqueness of Sitiwinangun pottery are indeed liked by many art lovers in Indonesia and several countries worldwide. So it is not surprising that after the ritual process is carried out before making pottery, the people of Sitiwinangun village strongly believe that the ritual must still be carried out so that the quality and aesthetics of their pottery work are of better quality. Based on the facts, antique and artistic souvenir collectors still widely hunted this pottery artwork. In the life of the Sitiwinangun village community. It is said that to produce an extraordinary quality of work, several rituals must be carried out. The author tries to analyze a Communication Science study using the study of Transcendental Communication Representation in the ritual activities of making Sitiwinangun Pottery in Sitiwinangun Village, Cirebon. Abstrak: Gerabah Sitiwinangun Cirebon atau Sitiwinangun gerabah tradisional mempunyai keunikan hasil kerajinan gerabah yang sudah dimulai sejak zaman prasejarah sampai sekarang. Masyarakat desa Sitiwinangun sampai saat ini masih percaya bahwa masih diperlukan suatu proses ritual kepada para Karuhun atau para leluhur mereka. Pada faktanya proses memberikan sesajen kepada arwah para leluhur sebelum membuat Gerabah Sitiwinangun Cirebon ini semenjak zaman prasejarah sampai dengan sekarang masih sangat kental dilaksanakan proses ritual yang bersifat animisme. Motive dan keunikan gerabah khas Sitiwinangun memang disukai banyak pecinta seni di Indonesia maupun di beberapa negara-negara di dunia ini. Maka tak heran setelah dilaksanakan proses ritual sebelum membuat gerabah masyarakat desa Sitiwinangun mereka sangat percaya bahwa pelaksanaan ritual masih harus tetap dilaksanakan agar kualitas dan estetika hasil karya gerabah mereka menjadi lebih baik kualitasnya. Berdasarkan fakta, karya seni gerabah ini sampai saat ini masih banyak diburu oleh para kolektor suvenir antik dan artistik. Dalam kehidupan masyarakat desa Sitiwinangun. Konon, untuk menghasilkan suatu kualitas karya yang luar biasa, ada beberapa ritual yang harus dijalani. Penulis mencoba menganalisa suatu penelitian Ilmu komunikasi dengan menggunakan kajian Representasi Komunikasi Transendental pada kegiatan ritual pembuatan Gerabah Sitiwinangun di Desa Sitiwinangun, Cirebon.
KOMUNIKASI ANTARUMAT BERAGAMA DALAM MEWUJUDKAN KERUKUNAN DI BATALYON ZIPUR 9 UJUNGBERUNG KOTA BANDUNG Widia, Widia Sari Tresnoati; Widyaputra, Fauzan; Ghassani, rizki
KOMUNIKA BANGSA Vol 2 No 2 (2025): EDISI 4
Publisher : UKRI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31848/kosa.v2i2.3756

Abstract

Kerukunan antarumat beragama merupakan salah satu pilar penting dalam menciptakan harmoni sosial di tengah masyarakat yang majemuk. Dalam konteks ini, komunikasi umat beragama menjadi instrumen strategis untuk mempererat hubungan antarumat beragama dan mencegah konflik berbasis perbedaan keagamaan.TNI mempunyai tugas dalam rangka menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD Negara Kesatuan Republik Indonesia tahun 1945, serta melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara. Hal tersebut, yang mendasari Batalyon Zipur 9 untuk bersikap netral termasuk menjaga kerukunan umat beragama. Dalam prakteknya, Batalyon Zipur 9 Ujungberung mendukung kerukunan umat beragama sehingga dibangun 3 tempat peribadatan bagi 3 agama yang berbeda. Di antaranya, Masjid untuk umat muslim, Gereja untuk umat kristiani baik katholik dan protestan, dan Pura untuk umat Hindu. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bentuk komunikasi antara umat beragama Hindu dan Kristen dalam mewujudkan kerukunan antarumat beragama di Batalyon Zipur 9 Ujungberung, Kota Bandung. Dengan menggunakan metode kualitatif, data dikumpulkan melalui wawancara dengan pengurus tempat ibadah dan aparat Batalyon. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komunikasi yang terbuka dan saling menghargai antara kedua komunitas agama berkontribusi secara relevan terhadap terciptanya kerukunan. Selain itu, kegiatan bersama dan saling mendukung dalam perayaan keagamaan juga memperkuat hubungan antarumat. Penelitian ini memberikan implikasi penting bagi upaya menjaga keharmonisan sosial di masyarakat yang majemuk, serta menekankan peran komunikasi sebagai instrumen strategis dalam mencegah konflik berbasis perbedaan agama. Kata kunci: Batalyon Zipur 9, Hindu, Kristen, Kerukunan Antarumat Beragama, Komunikasi.
OPERASI TERBUKA PARA INFLUENCER DI TENGAH RENDAHNYA LITERASI KHALAYAK Ghassani, Rizki
KOMUNIKA BANGSA Vol 2 No 2 (2025): EDISI 4
Publisher : UKRI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31848/kosa.v2i2.4002

Abstract

A convincing style of speech combined with supportive gestures creates its own appeal. In a scene on a social media screen, photos and videos highlight objects in close-up with an appetizing effect. Someone appears, acting like an expert who then reviews the product he endorses. Instantly the audience is captivated. However, they do not realize that they are trapped in a persuasion trap spread by the influencers. Whatever is conveyed is able to hypnotize even though if digested more deeply there is an essential error in the meaning of the product. However, because they have been persuaded by the invitation, they secretly note down the address of the culinary product. This is the marketing communication model in the digital era. To further examine the activities of influencers, this study aims to analyze the conditions of the audience who are directly influenced by the invitation of influencers. The approach used in this study is a qualitative method with a narrative analysis type. The results of the study show that the level of audience literacy is still relatively low, resulting in a persuasive effect that moves the audience to make decisions, while in a society with a high level of literacy, it will not be easily influenced by the persuasion conveyed by influencers.