Harefa, Heppy Agustina
Unknown Affiliation

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Inovasi Pendidikan Kristen untuk Kesehatan Spiritual pada Anak Generasi Alpha Harefa, Heppy Agustina; Santosa, Monica
Shift Key : Jurnal Teologi dan Pelayanan Vol. 14 No. 2 (2024): Regular Issue, Volume 14 Number 2 (2024)
Publisher : P3M STT Kristus Alfa Omega

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37465/shiftkey.v14i2.463

Abstract

 The Alpha generation faces challenges in Christian religious education (CHE) due to their engagement with technology. This research aims to explore the application of modern technologies, such as neurofeedback, holograms, augmented reality (AR), and blockchain, in religious learning. The research method utilizes literature to assess the effectiveness of the technologies in enhancing student engagement. The results show that these technologies not only enrich the learning experience by presenting material interactively, but also help students manage emotions and record progress transparently. With this innovative approach, Christian religious education can become more relevant and engaging for the Alpha generation in the digital age.
PEMAHAMAN DOA YESUS MENURUT KALLISTOS WARE: MAKNA, PRAKTIK, DAN PENGARUHNYA DALAM KEHIDUPAN SPIRITUAL Harefa, Heppy Agustina; Harefa, Yaaro
Alucio Dei Vol 9 No 1 (2025): Alucio Januari 2025
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Duta Panisal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55962/aluciodei.v9i1.153

Abstract

Artikel ini adalah sebuah ulasan pandangan Kallistos Ware tentang doa puja Yesus. Penulis menerapkan metode study literatur dengan landasan buku Doa Yesus oleh Kallistos Ware yang didukung oleh pandangan penulis lain dari beberapa jurnal. Dari beberapa pandangan tentang arti doa yang ditemukan penulis, pandangan Kallistos Ware adalah kesempurnaannya. Kallistos Ware menegaskan bahwa doa bukan hanya sekedar menyatakan permohonan kepada Tuhan ketika dalam keadaan mendesak. Pertama, doa Yesus merupakan doa berkomunikasi kepada Tuhan, setiap saat secara berulang-ulang dengan seluruh kerendahan hati di hadapan Tuhan. Kedua, Doa Yesus merupakan doa pertobatan kepada Tuhan baik secara pribadi maupun kelompok atau bersama, dimana pikiran dan nous kita telah di penuhi dengan kejahatan. Ketiga, Doa Yesus merupakan doa yang menciptakan kehadiran Allah sehingga dapat melihat cahaya ilahi dan mencapai doa batin yang sesungguhnya. Ketiga hal ini bertujuan untuk menjelaskan secara lengkap arti doa Yesus dari Kallistos Ware.
Ketika Pelayanan Menjadi Rutinitas: Menyelami Kebosanan Mahasiswa Teologi Dalam Menghadapi Tantangan Spiritual Harefa, Heppy Agustina
LOKO KADA TUO: Jurnal Teologi Kontekstual dan oikumenis Vol. 2 No. 1 (2025): Maret 2025
Publisher : SEKOLAH TINGGI TEOLOGI MAMASA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.70418/4xen4b29

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis tantangan yang dihadapi oleh mahasiswa teologi dalam pelayanan gereja, khususnya yang berkaitan dengan perasaan kebosanan dan keterasingan. Berdasarkan studi literatur dan pendekatan kualitatif, penelitian ini menggali berbagai      faktor eksternal dan internal yang memengaruhi pengalaman mahasiswa teologi dalam menjalani pelayanan mereka. faktor eksternal, seperti tekanan akademik dan tuntutan gereja, serta faktro internal, seperti kurangnya refleksi pribadi dan pemahaman mendalam tentang tujuan pelayanan, ditemukan sebagai penyebab utama perasaan tersebut. Penelitian ini juga menyoroti pentingnya pendekatan pendidikan teologi yang lebih holistik utuk menciptakan keseimbangan antara tuntutan akademik, kehidupan rohani, dan pelayanan. Dengan pendekatan yang lebih seimbang ini, mahasiswa diharapkan dapat memiliki pemahaman yang lebih baik tentang konteks pelayanan mereka dan bagaimana menerapkan pengetahuan teologis mereka dalam kehidupan sehari-hari. Temuan ini menunjukkan bahwa pemahaman yang lebih mendalam dan refleksi pribadi yang lebih baik dapat membantu mahasiswa teologi menemukan kembali makna dan tujuan dalam pelayanan mereka, serta mengurangi perasaan keterasingan dan kebosanan. Hal ini juga dapat membuka jalan bagi pelayanan yang lebih otentik dan penuh kasih.