Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

KARAKTERISTIK PASIEN TONSILEKTOMI DI RSUD WALED CIREBON PERIODE TAHUN 2022 – 2023 Wardoyo, Fatima Andwidatu; Bakrie, Edy Riyanto; Purnamasari, Febryanti
Ibnu Sina: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan - Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara Vol. 24 No. 1 (2025): Januari 2025
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Islam Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30743/ibnusina.v24i1.727

Abstract

Tonsilitis kronis secara umum diartikan sebagai infeksi atau inflamasi pada tonsil palatina yang menetap. Pembesaran tonsil dapat menyebabkan beberapa komplikasi yang dapat menjadi indikasi dilakukannya operasi tonsilektomi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui karakteristik pasien tonsilektomi di RSUD Waled Cirebon periode tahun 2022-2023. Penelitian ini merupakan penelitian observasional deskriptif retrospektif dengan 100 sampel. Peneliti menggunakan data sekunder dengan analisa univariat untuk mengetahui distribusi frekuensi karakteristik pasien tonsilektomi di RSUD Waled Cirebon tahun 2022-2023. Hasil penelitian ini menunjukkan karakteristik pasien tonsilektomi di RSUD Waled Cirebon tahun 2022-2023 paling banyak terjadi pada usia dewasa (18-59 tahun) sebanyak 41 orang (41,0%). Berdasarkan jenis kelamin paling banyak terjadi pada perempuan yaitu sebanyak 56 orang (56%), dengan keluhan utama nyeri menelan sebanyak 52 orang (52%), mengalami pembesaran ukuran pembesaran tonsil T3-T3 sebanyak 54 orang (54%), dan menjalani tindakan operasi tonsilektomi dengan indikasi relatif sebanyak 87 orang (87%). Karakteristik pasien tonsilektomi di RSUD Waled Cirebon periode tahun 2022-2023 yaitu berusia dewasa, jenis kelamin paling banyak pada perempuan, keluhan utama yang terbanyak yaitu nyeri menelan, mengalami pembesaran ukuran tonsil T3-T3, dan menjalani tonsilektomi berdasarkan indikasi relatif yaitu keluhan yang berulang.
PROFIL KLINIS DAN GABUNGAN TERAPI PASIEN TERDIAGNOSIS OTOMIKOSIS DI POLIKLINIK THT-KL RSUD WALED PERIODE TAHUN 2018-2022 Zulhaidah, Febiana; Budiman, Pahmi; Bakri, Edy Riyanto; Purnamasari, Febryanti; Ruhyana, Nanang; Zaidah, Niklah
Tunas Medika Jurnal Kedokteran & Kesehatan Vol 11 No 1 (2025): TUNAS MEDIKA JURNAL KEDOKTERAN & KESEHATAN
Publisher : Fakultas Kedokteran UGJ Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33603/tumed.v11i1.10281

Abstract

Latar belakang: Otomikosis merupakan infeksi jamur, disebabkan oleh jamur Aspergillus Sp dan Candida Spp yang menyerang bagian meatus akustikus eksternus. Prevalensi otomikosis di seluruh dunia antara 30-40% kasus yang biasanya terjadi di daerah tropis dan subtropis. Keluhan yang muncul adalah pruritus dan diikuti dengan otalgia. Faktor predisposisi otomikosis yaitu penggunaan obat tetes telinga, sering berenang, penggunaan cotton bud pada telinga dan pengguna alat bantu dengar. Tatalaksana pada pasien otomikosis diberikan terapi irigasi telinga, kompres telinga, obat topikal tetes ataupun salep, dan oral. Tujuan: Mengetahui profil klinis dan gabungan terapi pasien terdiagnosis Otomikosis di poliklinik THT-KL RSUD Waled. Metode: Penelitian deskriptif retrospektif menggunakan total sampling data rekam medis pasien yang terdiagnosis Otomikosis di poliklinik THT-KL RSUD Waled periode 2018-2022. Pasien yang didiagnosis otomikosis tanpa gangguan telinga lain masuk dalam kriteria inklusi. Pasien yang datanya tidak lengkap masuk dalam kriteria ekslusi. Hasil: Terdapat 56 pasien terdiagnosis otomikosis dengan laki-laki 20 pasien (35,7%) dan perempuan 36 pasien (64,3%). Mayoritas IRT 39,3%, dengan rentang usia terbanyak 26-45 tahun (46,4%). Kebanyakan pasien mengeluhkan gatal 76,8% pasien. Diikuti oleh keluhan lainnya yaitu otalgia 62,5%, rasa penuh di telinga 44,6%, tinnitus 39,3%, ottorhea 35,7%, dan gangguan pendengaran 17,9%. Mayoritas pasien mendapat gabungan terapi topikal dan oral sebanyak 35,7% pasien. Kesimpulan: Otomikosis banyak menginfeksi perempuan khususnya IRT dengan rentang umur 26-45 tahun. Gejala yang banyak muncul yaitu pruritus dan otalgia. Kata Kunci: Otomikosis, Infeksi, Gabungan terapi. ABSTRACT Background: Otomycosis is a fungal infection, caused by Aspergillus Sp and Candida Spp which attack the canal external auditory. The prevalence of otomycosis worldwide is between 30-40% of cases, which usually occurs in tropical and subtropical regions. The most common symptomps are pruritus and usually followed by otalgia. Main predisposing factors of otomycosis are the use of ear drops, swimming, use of cotton buds in the ear, and hearing aid users. Management of otomycosis patients is usually given ear toilet, ear tampons, topical drops or ointments, and oral medication. Objective: The aims in this study to determine the clinical profile and combined therapy of Otomycosis patients at the ENT clinic at Waled Hospital for the period 2018-2022. Methods: A retrospective descriptive study using total sampling medical record data of patients diagnosed with otomycosis at the ENT-KL polyclinic at Waled Hospital period 2018-2022. Patients diagnosed with otomycosis without other ear disorders were included. Patients with incomplete data were exluded. Results: This study found 56 patients diagnosed with otomycosis with 20 male patients (35.7%) and 36 female patients (64.3%). The majority were housewives (39,3%) with an age range of 26-45 years (46,4%). Most patients complain of pruritus 76.8%. Followed by other symptoms, otalgia 62.5%, ear fullness 44.6%, tinnitus 39.3%, otorrhea 35.7% and hearing loss 17.9%. Most patients received a combination of topical and oral therapy with 35.7% of patients. Conclusion: Otomycosis was common in female population especially in housewives, in the age range 26-45 years. Predominant symptoms were pruritus and otalgia.
GAMBARAN STATUS SOSIO EKONOMI DENGAN ANGKA KEJADIAN OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK (OMSK) DI RSUD WALED Fadillah , Saskhia Diva; Purnamasari, Febryanti; Bakrie, Edy Riyanto
Tunas Medika Jurnal Kedokteran & Kesehatan Vol 10 No 4 (2024): TUNAS MEDIKA JURNAL KEDOKTERAN & KESEHATAN
Publisher : Fakultas Kedokteran UGJ Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33603/tumed.v10i4.9654

Abstract

LATAR BELAKANG: Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK) adalah peradangan telinga tengah karena adanya perforasi membran timpani, serta ditandai dengan keluarnya sekret secara terus-menerus atau berulang selama lebih dari 3 bulan. Angka peristiwa OMSK di negara berkembang sangat tinggi dibandingkan dengan negara maju karena aspek higiene yang kurang, aspek sosio-ekonomi, gizi rendah, kepadatan penduduk, minimnya sarana pelayanan kesehatan, dan masih terdapatnya kesalahpahaman masyarakat terhadap OMSK ini sehingga tidak berobat hingga tuntas. Status sosio-ekonomi adalah salah satu faktor risiko terbesar pada otitis media. METODE: Penelitian ini bersifat deskriptif yang melibatkan 52 pasien OMSK poliklinik THT-KL RSUD Waled RSUD Waled. Data penelitian diperoleh dari kuesioner. HASIL: Berdasarkan tingkat pendidikan terbanyak terdapat pada tingkat pendidikan SD yaitu sebanyak 18 responden (34,6%), berdasarkan pekerjaan didapatkan bahwa proporsi pasien terbanyak yang tidak bekerja sebanyak 33 responden (63,5%), berdasarkan penghasilan didapatkan bahwa proporsi pasien terbanyak dengan penghasilan < Rp. 2.430.780 sebanyak 51 responden (98,1%), dan berdasarkan status sosio ekonomi pasien OMSK poliklinik THT-KL di RSUD Waled mayoritas adalah pasien dengan sosial ekonomi rendah 38 pasien (73,1%). SIMPULAN: Diketahui status sosio ekonomi pasien OMSK di RSUD Waled. Kata Kunci: Gambaran, status sosio ekonomi, Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK). ABSTRACT BACKGROUND: Chronic Suppurative Otitis Media (CSOM) is a condition where the middle ear becomes inflamed because of a hole in the eardrum. It is identified by the continuous or recurrent discharge of fluids for more than three months. Unfortunately, developing countries experience a higher number of CSOM cases than developed countries because of poor hygiene, socio-economic factors, low nutrition, population density, and lack of health services. Furthermore, there is a lack of public understanding about CSOM, which means people may not seek complete treatment. One of the biggest risk factors for otitis media is socio-economic status. METHODS: A study involving 52 patients with chronic suppurative otitis media (CSOM) was conducted at the ENT polyclinic in Waled Hospital. Data was collected through questionnaires.. RESULTS According to the research, it was found that out of the respondents, 18 patients (34.6%) had attained education up to the elementary school level. Additionally, 33 patients (63.5%) among them were not employed and based on income, 51 patients (98.1%) had an income less than Rp. 2,430,780. The socio-economic status of the patients in the ENT polyclinic at Waled Hospital revealed that the majority of the patients, 38 patients (73.1%), belonged to the low socio-economic group. CONCLUSION: The socioeconomic status of patients with Central Serous Ophthalmopathy (CSOM) at Waled Hospital is established.
Gambaran Karakteristik Dan Kualitas Hidup Pasien Pasca Operasi Total Laringektomi Pada Pasien Karsinoma Laring Di Rsud Waled Damayanti, Alyya; Purnamasari, Febryanti; Indriyanti Wahidin, Dea Triasari
Syntax Literate Jurnal Ilmiah Indonesia
Publisher : Syntax Corporation

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36418/syntax-literate.v10i12.62581

Abstract

Latar Belakang: Karsinoma laring merupakan keganasan saluran napas yang dapat mengganggu kualitas hidup penderitanya, terutama setelah menjalani tindakan laringektomi total. Prosedur ini menimbulkan perubahan fungsional dan sosial yang signifikan. Tujuan: Mengetahui gambaran karakteristik dan kualitas hidup pasien pasca operasi total laringektomi pada pasien karsinoma laring di RSUD Waled. Metode: Penelitian ini merupakan studi deskriptif dengan pendekatan cross-sectional yang dilakukan di RSUD Waled Cirebon selama bulan April–Mei 2025. Sampel diperoleh melalui total sampling dari pasien pasca operasi total laringektomi berjumlah 6 orang. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner WHOQOL-BREF untuk menilai kualitas hidup serta data rekam medis. Hasil: Pasien terbanyak berada pada rentang usia 56–65 tahun (50%), seluruh responden adalah laki-laki (100%), dan mayoritas berada pada stadium IV (83,3%). Sebagian besar responden adalah perokok aktif (66,7%) dan tidak memiliki riwayat kanker pada keluarga (100%). Kualitas hidup berdasarkan domain fisik, psikologis, sosial, dan lingkungan mayoritas tergolong sangat baik. Simpulan: Pasien pasca operasi total laringektomi di RSUD Waled memiliki kualitas hidup yang tergolong sangat baik pada seluruh domain WHOQOL-BREF. Meskipun menjalani tindakan radikal, pasien menunjukkan kemampuan adaptasi yang baik secara fisik, psikologis, sosial, dan lingkungan.