Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

RESISTENSI ANTIBIOTIK PADA INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT: LITERATURE REVIEW I Made Galih Fradiva Giantara; Novita Carolia; Gigih Setiawan; Syazili Mustofa
Medic Nutricia : Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 13 No. 1 (2025): Medic Nutricia : Jurnal Ilmu Kesehatan
Publisher : Cahaya Ilmu Bangsa Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5455/nutricia.v13i1.11268

Abstract

Infeksi saluran pernapasan akut atau yang selanjutnya disingkat menjadi ISPA merupakan salah satu penyakit yang menyumbang beban morbiditas dan mortalitas di seluruh dunia. Pasien dengan ISPA memiliki gejala yang beragam. ISPA pada kelompok individu rentan menimbulkan dampak serius yang dapat mengancam nyawa, terutama pada keadaan dimana pertolongan medis tidak memadai atau tidak tersedia. Antibiotik merupakan salah satu tatalaksana yang sering diberikan pada penderita ISPA. Penggunaan antibiotik yang tidak tepat pada ISPA merupakan kontributor penting terhadap kejadian resistensi antibiotik yang merupakan salah satu ancaman bagi kesehatan di seluruh dunia. Peningkatan penggunaan antibiotik pada masyarakat khususnya pada negara dengan tingkat peresepan antibiotik spektrum luas yang tinggi memiliki hubungan erat dengan munculnya infeksi yang resisten terhadap antibiotik. Artikel ini bertujuan untuk membahas kejadian resistensi antibiotik pada pasien ISPA. Artikel ini termasuk sebuah narrative literature review dari beberapa artikel dengan topik yang berkaitan. Antibiotik tidak direkomendasikan untuk sebagian besar infeksi saluran pernapasan atas kecuali jika disebabkan oleh bakteri, seperti pada faringitis streptokokus atau epiglotitis. Infeksi saluran pernapasan bawah mencakup bronkitis akut, pneumonia, dan eksaserbasi penyakit paru kronis. Penggunaan antibiotik dalam penanganannya dipilih berdasarkan faktor risiko pasien dan pola resistensi lokal. Resistensi antibiotik menjadi masalah global yang memperpanjang proses penyembuhan dan meningkatkan biaya kesehatan. Studi menunjukkan bahwa penggunaan antibiotik yang tidak tepat dalam terapi ISPA berkontribusi terhadap resistensi, termasuk pemberian antibiotik yang tidak sesuai untuk infeksi virus. Evaluasi peresepan antibiotik diperlukan untuk mengontrol penggunaannya.