Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Gambaran Pengetahuan Lansia terhadap Pencegahan dan Pengobatan Hipertensi di Puskesmas Cipayung Kota Depok 2015 Eliza Techa Fattima; Riyan Wahyudo; Gigih Setiawan; Chicy Widya Morfi
Jurnal Kedokteran Universitas Lampung Vol 1, No 2 (2016): JK UNILA
Publisher : Fakultas Kedokteran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jk unila.v1i2.1618

Abstract

Hipertensi adalah penyakit yang paling sering dialami lansia. Sebanyak 967 kasus pada periode Juni-Agustus 2015 di Puskesmas Cipayung Kota Depok, dimana rentang usia yang paling banyak menderita hipertensi merupakan usia 55-59 tahun. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran pengetahuan lansia terhadap pencegahan dan pengobatanhipertensi di Puskesmas Cipayung Kota Depok. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif menggunakan survey cross sectional. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah gambaran pengetahuan lansia terhadap pencegahan dan pengobatan hipertensi di Puskesmas Cipayung Kota Depok periode 15-19 September 2015 dengan jumlah sampel 105 responden. Penelitian ini menggunakan kuesioner yang terdiri dari 3 pertanyaan mengenai penyakit hipertensi, 6 pertanyaan mengenai pencegahan hipertensi, dan 6 pertanyaan mengenai pengobatan hipertensi. Berdasarkan hasil penelitian mengenai pencegahan hipertensi, 38,1% responden berpengetahuan baik, 45,7% berpengetahuan cukup, dan 16,2% berpengetahuan kurang. Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengobatan penyakit hipertensi, 21,97% responden berpengetahuan baik, 31,4% berpengetahuan cukup, dan 46,7 % responden memiliki pengetahuan yang kurang. Simpulan dari penelitian ini adalah hipertensi merupakan salah satu dari sepuluh penyakit terbanyak di UPT Pusksesmas Cipayung Kota Depok. Bedasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, tingkat pengetahuan pasien lansia terhadap pencegahan dan pengobatan hipertensi di UPT Puskemas Cipayung Kota Depok masih kurang baik terutama dalam pengetahuan mengenai prinsip pengobatan hipertensi. [JK Unila. 2016; 1(2)]Kata kunci: Depok, Hipertensi, Lansia, Pengetahuan
Tingkat Kontrol Asma Di Klinik Harum Melati Pringsewu Retno Ariza S Soemarwoto; Rakhmi Rafie; Eka Silvia; Woro Pramesti; Fenta Loka Tata; Gigih Setiawan
Jurnal Kedokteran Universitas Lampung Vol 4, No 2 (2020): JK UNILA
Publisher : Fakultas Kedokteran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jk unila.v4i2.2872

Abstract

Asma adalah penyakit heterogen yang biasanya ditandai dengan inflamasi kronik saluran napas, disertai adanya riwayat gejala pernapasan seperti mengi, sesak napas, dada terasa berat dan batuk yang berbeda dari waktu dan intensitasnya bersamaan dengan keterbatasan aliran udara ekspirasi yang bervariasi. Tingkat kontrol asma adalah sejauh manakarakteristik asma dapat diamati pada pasien asma dan telah berkurang atau hilang dengan pengobatan. Menurut data Riset Kesehatan Dasar tahun 2018, angka kekambuhan asma di Provinsi Lampung menduduki peringkat lima besar di Indonesia.  Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tingkat kontrol asma pada pasien asma bronkial diKlinik Harum Melati Pringsewu periode Agustus 2018-Agustus 2019. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain penelitian deskriptif menggunakan data sekunder. Populasi penelitian adalah seluruh data rekam medik pasien asma bronkial di Klinik Harum Melati Pringsewu periode Agustus 2018-Agustus 2019 yang berjumlah 449, pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling dengan jumlah sampel sebanyak 84 data rekam medik yang memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. Data dianalisis dengan menggunakan analisis univariat. Hasil didapatkan yaitu 54 subjek (64,3%) memiliki asma yang terkontrol, 25 subjek (29,8%) memiliki asma yang terkontrol sebagian, dan 5 subjek (6,0%) memiliki asma tidak terkontrol.  Kata kunci: asma, asma bronkial, tingkat kontrol asma
RESISTENSI ANTIBIOTIK PADA INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT: LITERATURE REVIEW I Made Galih Fradiva Giantara; Novita Carolia; Gigih Setiawan; Syazili Mustofa
Medic Nutricia : Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 13 No. 1 (2025): Medic Nutricia : Jurnal Ilmu Kesehatan
Publisher : Cahaya Ilmu Bangsa Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5455/nutricia.v13i1.11268

Abstract

Infeksi saluran pernapasan akut atau yang selanjutnya disingkat menjadi ISPA merupakan salah satu penyakit yang menyumbang beban morbiditas dan mortalitas di seluruh dunia. Pasien dengan ISPA memiliki gejala yang beragam. ISPA pada kelompok individu rentan menimbulkan dampak serius yang dapat mengancam nyawa, terutama pada keadaan dimana pertolongan medis tidak memadai atau tidak tersedia. Antibiotik merupakan salah satu tatalaksana yang sering diberikan pada penderita ISPA. Penggunaan antibiotik yang tidak tepat pada ISPA merupakan kontributor penting terhadap kejadian resistensi antibiotik yang merupakan salah satu ancaman bagi kesehatan di seluruh dunia. Peningkatan penggunaan antibiotik pada masyarakat khususnya pada negara dengan tingkat peresepan antibiotik spektrum luas yang tinggi memiliki hubungan erat dengan munculnya infeksi yang resisten terhadap antibiotik. Artikel ini bertujuan untuk membahas kejadian resistensi antibiotik pada pasien ISPA. Artikel ini termasuk sebuah narrative literature review dari beberapa artikel dengan topik yang berkaitan. Antibiotik tidak direkomendasikan untuk sebagian besar infeksi saluran pernapasan atas kecuali jika disebabkan oleh bakteri, seperti pada faringitis streptokokus atau epiglotitis. Infeksi saluran pernapasan bawah mencakup bronkitis akut, pneumonia, dan eksaserbasi penyakit paru kronis. Penggunaan antibiotik dalam penanganannya dipilih berdasarkan faktor risiko pasien dan pola resistensi lokal. Resistensi antibiotik menjadi masalah global yang memperpanjang proses penyembuhan dan meningkatkan biaya kesehatan. Studi menunjukkan bahwa penggunaan antibiotik yang tidak tepat dalam terapi ISPA berkontribusi terhadap resistensi, termasuk pemberian antibiotik yang tidak sesuai untuk infeksi virus. Evaluasi peresepan antibiotik diperlukan untuk mengontrol penggunaannya.