Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Analisis Nilai Tambah Pemanfaatan Tunas Air Tembakau dalam Usaha Tembakau Rajang : Studi Kasus Bintang Muda Desa Kilensari Kecamatan Panarukan Situbondo Mayangsari, Andina; Mikala, Kawakibi Ahmad Fadhil
Mimbar Agribisnis : Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis Vol 11, No 1 (2025): Januari 2025
Publisher : Universitas Galuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25157/ma.v11i1.17483

Abstract

Tobacco shreds are one way of processing tobacco plants. Tobacco farming in Panarukan District is owned by the community. Kilensari Village is one of the tobacco producing areas in Panarukan District. Although the price of tobacco changes every planting season, high market demand encourages farmers to develop the tobacco industry. The high interest of farmers in cultivating tobacco in Kilensari Village has certainly given rise to businesses engaged in this sector, one of which is the processing of tobacco water shoots into Rajang tobacco. This business was founded by Mr. Kafi since the last 20 years with a slashing system to obtain raw materials from surrounding farmers. The purpose of this study was to determine the added value obtained from processing water shoots into sliced tobacco. This study was designed with a qualitative design and used a case study technique. Data were analyzed using the Hayami value-added method and described with quantitative and qualitative data. The results showed that sliced tobacco received an average added value of IDR 2,965 per kilogram, with a ratio of added value to average output value of 83.36 percent during the production process. This value added ratio is included in the high value added category because it is above 40%. This shows that the added value generated from the shredded water leaf tobacco farming business into water leaf shoots is very high. The shredded tobacco business produces 96% profit, with labor income of 3.53%.
Analisis Saluran Pemasaran dan Margin Pemasaran Daun Tunas Air Tembakau di Desa Kilensari Kecamatan Panarukan Kabupaten Situbondo Mayangsari, Andina; Mikala, Kawakibi Ahmad Fadhil
Mimbar Agribisnis : Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis Vol 11, No 2 (2025): Juli 2025
Publisher : Universitas Galuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25157/ma.v11i2.18415

Abstract

The aim of this research is to determine the type of tobacco marketing channel and the size of the marketing margin in each channel. The snowball sampling method was used in this research to find a series of tobacco marketing channels from farmers to final consumers. This method is used because it allows researchers to find a series of tobacco marketing channels from farmers to final consumers. The research results show that there are two tobacco marketing channels in Kliensari Village, Panarukan District. One Level Marketing Channel has a marketing margin of IDR. 17,000/kg and the Two Level Marketing Channel has a marketing margin of IDR. 46.365/kg /kg.
Analisis Nilai Tambah Agroindustri Marning Jagung UD. Mutiara Kecamatan Asembagus Kabupaten Situbondo Nadila, Sinta Putri; Karomah, Dian Ma’idatul; Firdausia, Syafiratul; Pratama, Gery Satria; Mikala, Kawakibi Ahmad Fadhil
PRIMA EKSAKTA Vol 1 No 1 (2024): Januari
Publisher : Fakultas Pertanian, Sains dan Teknologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36841/pe.v1i1.4051

Abstract

Agroindustri ini memproses Jagung menjadi produk cemilan khas Indonesia yang dikenal sebagai Marning Jagung. Penelitian dilakukan dengan metode analisis nilai tambah menggunakan metode Hayami. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis nilai tambah pada agroindustri Marning Jagung di UD. Mutiara, Kecamatan Asembagus, Kabupaten Situbondo. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai tambah yang dihasilkan dari pengolahan satu kilogram Marning Jagung adalah sebesar Rp. 2.562,5 atau 10,65 persen dari hasil produksi. Nilai margin keseluruhan dari bahan baku Jagung menjadi Marning Jagung yang didistribusikan kepada keuntungan usaha, imbalan tenaga kerja, dan sumbangan input lainnya sebesar Rp. 17.562,5. Distribusi nilai margin ini menghasilkan persentase keuntungan sebesar 0,13 persen, persentase tenaga kerja sebesar 0,014 persen, dan persentase sumbangan input lainnya sebesar 0,85 persen. Dari hasil analisis, disimpulkan bahwa nilai tambah yang dihasilkan oleh industri Marning Jagung UD. Mutiara masih tergolong kecil, dengan nilai tambah yang berada di bawah 50 persen.
Risiko Produksi Usahatani Padi Di Desa Kembang Kecamatan Tlogosari Kabupaten Bondowoso Mikala, Kawakibi Ahmad Fadhil; Untari, Wiwik Sri; Puryantoro, Puryantoro
National Multidisciplinary Sciences Vol. 4 No. 6 (2025): Proceeding SEMARTANI 4
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Usahatani padi merupakan kegiatan pertanian yang berkontribusi besar terhadap ketahanan pangan nasional,. Penduduk di wilayah pedesaan seperti Desa Kembang, Kecamatan Tlogosari, Kabupaten Bondowoso mayoritas petani. Tantangan dalam produksi usahatani padi tersebut antara lain faktor benih, luas lahan, hama dan penyakit, ketersediaan pupuk, tenaga kerja, dan kurangnya penerapan teknologi yang dapat berdampak pada pendapatan petani. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat risiko produksi serta mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhinya. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif pada 93 petani sebagai responden yang dipilih melalui teknik stratified random sampling. Data dikelompokkan pada tiga katagori luas lakan, yaitu 0,01-0,50 Ha, 0,501-1,00 Ha, dan 1.01-2,00 Ha. Analisis data dilakukan menggunakan koefisien variasi sebagai tolok ukur tingkat risiko pada masing-masing katagori dan penerimaan usahatani padi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa risiko produksi pada kategori luas lahan 0,01-0,50 Ha sebesar 0,28 dengan penerimaan Rp. 2.557.070 ; luas lahan 0,501-1,00 Ha sebesar 0,13 dengan penerimaan Rp. 5.591.104 dan pada luas lahan 1,01-2,00 Ha sebesar 0,05 dengan penerimaan Rp. 8.010.780, berarti ketiga katagori berada pada tingkat resiko rendah, dimana tingkat resiko produksi menurun seiring dengan kenaikan katagori luas lahan. Penelitian ini merekomendasikan perlunya penguatan manajemen risiko dalam pertanian sebagai dasar penyusunan strategi pembinaan petani secara lebih terarah, salah satu diantaranya dengan membuat sistem informasi petani. dengan melibatkan aspek kelembagaan dan akses pasar secara lebih komprehensif, serta pemantauan risiko secara berkala.