Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

IMPLEMENTASI LAYANAN KUNJUNGAN BERBASIS PELAYANAN PRIMA (KAWASAN BEBAS-SOPAN) DI LAPAS NARKOTIKA KELAS IIA PANGKALPINANG Awang Timur Sumirat
Journal Central Publisher Vol 2 No 1 (2024): Jurnal Central
Publisher : Central Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.60145/jcp.v2i1.327

Abstract

Latar Belakang : Politeknik Ilmu Pemasyarakatan menyiapkan kader pemasyarakatan berkualitas melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian. Program Kuliah Kerja Nyata (KKN) membekali taruna dengan pengalaman praktis dan keterampilan sosial. KKN juga mendorong inovasi dalam sistem pemasyarakatan, termasuk manajemen kunjungan di Lapas dan Rutan. Menjadikan politeknik sebagai pusat pendidikan dan pengembangan pemasyarakatan berkelanjutan. Tujuan : Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisa terkait 1) sistem pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan yang dilakukan di Lapas Narkotika Kelas II A Pangkal Pinang dan 2) implementasi pidana penjara terhadap pelaku tindak pidana narkotika di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Kelas II A Pangkal Pinang. Metode : Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian hukum empiris serta sifat penelitian ini bersifat deskriptif. Teknik yang digunakan adalah teknik non probability sampling dengan bentuk Purposive Sampling. Hasil dan Pembahasan : Hasil penelitian yang diperoleh yaitu 1) Sistem pembinaan yang dilaksanakan oleh Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Pangkal Pinang dilaksanakan oleh petugas lapas dengan memberikan pembinaan kepribadian yang terdiri dari pendidikan dan penyuluhan-penyuluhan, kemudian pembinaan kemandirian seperti pelatihan kerja yang bertujuan untuk mempersiapkan warga binaan pemasyarakatan agar siap terjun dalam masyarakat setelah lepas dari lapas, 2) pelaksanaan pidana penjara di Lapas Kelas IIA Pangkal Pinang tidak berjalan efektif karena faktor internal warga binaan itu sendiri yang tidak mau dirubah kepribadiannya sehingga pada saat keluar ia mengulangi kembali perbuatannya karena masih ketergantungan menggunakan narkotika serta tidak selalu diterima baik oleh masyarakat dan lingkungan tempat mereka tinggal. Kesimpulan : Pengimplementasian inovasi-inovasi tersebut diharapkan dapat menjadi langkah awal yang signifikan menuju pembaruan yang lebih luas dalam pengelolaan Lapas. Dengan kerjasama yang baik antara pihak Lapas, pengunjung, dan pihak terkait lainnya, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih aman, teratur, dan manusiawi dalam konteks sistem pemasyarakatan di Indonesia.
Gambaran Konsep Diri Narapidana Residivis Kasus Penyalahgunaan Narkotika Dalam Mengikuti Program Pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Ambarawa Awang Timur Sumirat; Imaduddin Hamzah
Al-Zayn: Jurnal Ilmu Sosial, Hukum & Politik Vol 3 No 4 (2025): 2025
Publisher : Yayasan pendidikan dzurriyatul Quran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61104/alz.v3i4.2043

Abstract

Fenomena residivisme narkotika masih menjadi tantangan serius dalam sistem pemasyarakatan karena terkait erat dengan lemahnya konsep diri narapidana. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan konsep diri narapidana residivis penyalahgunaan narkotika di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Ambarawa serta merumuskan bentuk program pembinaan yang sesuai dengan kebutuhan psikososial mereka. Pendekatan penelitian menggunakan metode kualitatif dengan desain studi kasus, melibatkan enam informan yang terdiri dari residivis, non-residivis, dan petugas pemasyarakatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep diri residivis bersifat fluktuatif, terbentuk dari interaksi antara persepsi diri, pengalaman hidup, serta umpan balik lingkungan sosial, dengan dimensi pengetahuan, harapan, dan penilaian sebagai aspek utama. Sebagian narapidana menunjukkan perbaikan harga diri dan identitas positif melalui keterlibatan dalam kegiatan keagamaan dan pembinaan kemandirian, sementara sebagian lainnya masih mengalami identitas terfragmentasi dan pandangan negatif terhadap masa depan. Implikasi dari penelitian ini adalah perlunya program pembinaan kontekstual seperti “Peka Diri” yang mengintegrasikan bimbingan rohani, asesmen psikososial, terapi ekspresif, serta pelatihan keterampilan adaptif untuk memperkuat konstruksi diri narapidana residivis dan mendukung reintegrasi sosial
KEPEMIMPINAN DI LINGKUNGAN PEMASYARAKATAN: TANTANGAN DAN STRATEGI EFEKTIF Awang Timur Sumirat; Budi Priyatmono
Journal Central Publisher Vol 3 No 4 (2025): Jurnal Central
Publisher : Central Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.60145/jcp.v3i4.638

Abstract

Latar Belakang : Kepemimpinan merupakan elemen fundamental dalam mendukung keberhasilan organisasi, termasuk di lingkungan lembaga pemasyarakatan (Lapas) dan rumah tahanan negara (Rutan). Dalam konteks pemasyarakatan Indonesia, pemimpin tidak hanya bertugas dalam aspek administratif, tetapi juga menjadi agen perubahan dalam mencapai tujuan pembinaan dan rehabilitasi sosial warga binaan. Tujuan : Artikel ini bertujuan untuk menganalisis konsep kepemimpinan yang efektif di Lapas/Rutan, tantangan yang dihadapi, serta mengkaji strategi-solusi melalui studi kasus penyalahgunaan wewenang di Lapas Sukamiskin. Metode : Metode penelitian yang digunakan adalah studi kualitatif deskriptif berbasis literatur dan analisis kasus aktual. Hasil dan Pembahasan : Hasil pembahasan menunjukkan bahwa reformasi birokrasi, penguatan pengawasan, pendidikan berkelanjutan, serta pembangunan budaya integritas menjadi kunci memperkuat kepemimpinan pemasyarakatan. Kesimpulan : Temuan ini menjadi rekomendasi strategis untuk mewujudkan sistem pemasyarakatan yang transparan, akuntabel, dan berorientasi pada rehabilitasi.