Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

PENGARUH KOMUNIKASI INTERPERSONAL TERHADAP STABILITAS EMOSI NARAPIDANA NARKOTIKA DI LAPAS PEMUDA KELAS IIA MADIUN Andhika Putra Adhiwa; Imaduddin Hamzah
Liberosis: Jurnal Psikologi dan Bimbingan Konseling Vol. 6 No. 3 (2024): Liberosis: Jurnal Psikologi dan Bimbingan Konseling
Publisher : Cahaya Ilmu Bangsa Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.3287/liberosis.v6i3.6340

Abstract

Sebagai makhluk yang memiliki anugerah sendiri, manusia memiliki beberapa komponen dalam kehidupan yang tidak bisa dipisahkan yakni komunikasi, komunikasi sendiri dilakukan sebagai penghubung antara seseseorang dengan yang lainnya. Stabilitas Emosi Narapidana di dalam Lembaga Pemasyarakatan yang tidak stabil cenderung sering terjadi pada narapidana di Indonesia. Kondisi Lapas yang berbeda dengan kondisi masyarakat karena bertemunya dengan orang-orang baru serta aturan hidup yang ketat serta narapidana meiliki ruang gerak yang terbatas. Narapidana Narkotika di lingkungan Lembaga Pemasyarakatan seperti narapidana lainnya seringkali menghadapi tekanan dan tingkat stres yang tinggi, lalu kondisi lingkungan Lapas yang termasuk didalamnya ada tingkat kepadatan, keamanannya, kemudian perlakuan petugas terhadap narapidana itu sendiri, lalu kesehatan mental narapidana ketika sebelum masuk ke lembaga pemasyarakatan juga berpengaruh, hubungan dengan sesama narapidana juga berpengaruh terhadap stablitas emosi narapidana, program-program seperti peltihan keterampilan, rehabilitasi juga berperan penting dan membantu mengatasi masalah emosi pada narapidana itu. Dalam hal ini narapidana membutuhkan dorongan atau motivasi untuk menjalani masa pembinaannya di Lembaga Pemasyarakatan.Dalam penelitian ini akan membahas tentang pengaruh koumnikasi Interpersonal terhadap Stabilitas Emosi narapidana narkotika d Lembaga Pemasyarakatan Pemiuda Kelas IIA Madiun. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode koresional. Sampel pada penelitian ini adalah 269 narapidana narkotika di Lapas Pemuda Kelas IIA Madiun . Alat pengukuran menggunakan kuisioner, Berdasarkan hasil uji korelasi terdapat hasil uji signifikansi antara variabel Komunikasi Interpersonal dengan variabel Stabilitas Emosi yaitu 0,005 dengan ilai Pearson Correlation ke arah positif sebesar 0,907. Maka dapat disimpulkan bahwa jika kouminkasi interpersonal baik maka stabilitas emosi narapidana narkotika akan stabil atau baik.
PEMBINAAN KEMANDIRIAN SEBAGAI SARANA PENINGKATAN EFIKASI DIRI NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS IIA SIDOARJO Mochamad Afrizal Azka; Imaduddin Hamzah
Liberosis: Jurnal Psikologi dan Bimbingan Konseling Vol. 6 No. 3 (2024): Liberosis: Jurnal Psikologi dan Bimbingan Konseling
Publisher : Cahaya Ilmu Bangsa Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.3287/liberosis.v6i3.6385

Abstract

Pembinaan kemandirian di lembaga pemasyarakatan berperan penting dalam mempersiapkan narapidana untuk menjalani kehidupan produktif setelah bebas. Program ternak lele di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Sidoarjo merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan keterampilan dan efikasi diri narapidana. Efikasi diri, yaitu keyakinan terhadap kemampuan diri dalam menghadapi tantangan dan mencapai tujuan, menjadi aspek penting dalam proses reintegrasi sosial. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana kegiatan pembinaan kemandirian melalui ternak lele dapat meningkatkan efikasi diri narapidana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa efikasi diri narapidana mengalami peningkatan secara bertahap seiring berjalannya kegiatan pembinaan. Pada tahap awal, narapidana merasa ragu dengan kemampuannya, namun melalui keterlibatan aktif dalam kegiatan pembinaan kemandirian khususnya ternak lele, rasa percaya diri mereka mulai berkembang dan meningkat. Kesuksesan dalam menyelesaikan tugas-tugas kecil serta dukungan dari petugas dan rekan sesama narapidana berperan dalam membentuk mentalitas yang lebih kuat dan optimis.
Sosialisasi Pemasangan CCTV Tambahan pada Ruang Pembinaan Kemandirian Guna Meningkatkan Efektivitas Pembinaan Kemandirian di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Banyuwangi Monica Astia Theresia Panjaitan; Kharisma Huril’in Firdaus; Prasetya Adhi Nugraha; Vivi Sylviani Biafri; Ali Muhammad; Imaduddin Hamzah
Jurnal Pelayanan dan Pengabdian Masyarakat Indonesia Vol. 4 No. 1 (2025): Jurnal Pelayanan dan Pengabdian Masyarakat Indonesia
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Yappi Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55606/jppmi.v4i1.1786

Abstract

The development of self-reliance among correctional inmates faces challenges in terms of surveillance effectiveness and order within correctional institutions. One of the main issues encountered is the lack of an optimal surveillance system, which can hinder the rehabilitation process and increase the risk of rule violations. To address this issue, a socialization program for the installation of additional CCTV cameras in the Self-Reliance Development Room at Banyuwangi Class IIA Correctional Facility was conducted. The program aimed to enhance surveillance effectiveness, create a safer rehabilitation environment, and encourage behavioral changes among inmates. The methods used in this community service project included needs analysis, coordination with correctional authorities, conducting socialization sessions for officers and inmates, and evaluating the impact of CCTV installation. The results indicate that the installation of CCTV contributes to improving inmate discipline, reducing rule violations, and strengthening transparency and accountability in the rehabilitation process. Additionally, this program fosters the emergence of local leaders among inmates who play a role in maintaining order. These findings align with social control and social learning theories, which emphasize that effective surveillance can shape individual behavior and promote compliance with established norms. In conclusion, the implementation of surveillance technology in the correctional system can serve as a strategic step in supporting inmate rehabilitation and social reintegration.
Peran Dukungan Sosial (Social Support) dalam Perilaku Belajar Anak Binaan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas I Tangerang Adiwibawa, Gede Bayu Pasek; Imaduddin Hamzah
JURNAL PARADIGMA : Journal of Sociology Research and Education Vol. 5 No. 1 (2024): (JUNI 2024) JURNAL PARADIGMA: Journal of Sociology Research and Education
Publisher : Labor Program Studi Pendidikan Sosiologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53682/jpjsre.v5i1.8048

Abstract

Jumlah anak binaan di LPKA meningkat, namun kunjungan keluarga belum. Social Support anak binaan yang berasal dari orang tua, keluarga, teman, dan lingkungan sekitar sangatlah penting. Untuk itu peneliti ingin mengetahui bagaimana peran dukungan sosial (social support) terhadap perilaku belajar anak binaan di Lembaga Pembinaan Anak Khusus (LPKA) Kelas I Tangerang. Hal ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana anak dapat berperilaku belajar yang baik dan dukungan seperti apa yang diberikan kepada anak yang menunjukkan perilaku belajar yang baik. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan cara wawancara yang mendalam dan observasi. Hasil penelitian ditemukan social support yang diberikan akan berjalan dengan baik apabila motivasi belajar anak muncul dalam dirinya dan kebutuhan anak harus terpenuhi agar motivasi belajar dapat timbul. Jika kebutuhannya terpenuhi maka motivasi tersebut akan muncul dan menunjang perilaku belajar anak. Empat pihak yaitu guru, orang tua, pengasuh, dan teman sebaya memegang peranan penting dalam perilaku belajar anak. Sayangnya proses pembelajaran yang dilakukan secara bersama-sama antara kelas X, XI, dan XII menjadi kendala dalam penelitian ini.
Perbandingan Criminal Thinking Narapidana Residivis Versus Nonresidivis Pada Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta Annas Rifki Rachmawan; Imaduddin Hamzah
Al-Zayn: Jurnal Ilmu Sosial, Hukum & Politik Vol 3 No 4 (2025): 2025
Publisher : Yayasan pendidikan dzurriyatul Quran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61104/alz.v3i4.2010

Abstract

Fenomena kejahatan di Indonesia terus mengalami peningkatan signifikan dalam lima tahun terakhir dan berdampak serius pada sistem pemasyarakatan, khususnya permasalahan overcrowding di lembaga pemasyarakatan. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan tingkat criminal thinking antara narapidana residivis dan nonresidivis di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta. Pendekatan yang digunakan adalah kuantitatif komparatif dengan melibatkan 210 narapidana sebagai sampel, terdiri atas 136 nonresidivis dan 74 residivis, yang ditentukan melalui teknik purposive sampling. Instrumen penelitian menggunakan Criminal Thinking Scale (CTS) dengan enam dimensi utama, sedangkan analisis data dilakukan menggunakan Mann-Whitney U Test karena data berdistribusi tidak normal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan dalam tingkat criminal thinking secara keseluruhan, namun terdapat perbedaan signifikan pada dimensi personal irresponsibility dan criminal rationalization (p < 0,05), di mana narapidana residivis memiliki skor yang lebih tinggi. Temuan ini menegaskan bahwa program pembinaan di lembaga pemasyarakatan perlu dirancang secara diferensial dengan mengintegrasikan pendekatan Cognitive Behavioral Therapy (CBT) dan pemantauan skor CTS untuk mengubah pola pikir disfungsional, meningkatkan tanggung jawab pribadi, serta menurunkan risiko pengulangan tindak pidana.
Gambaran Konsep Diri Narapidana Residivis Kasus Penyalahgunaan Narkotika Dalam Mengikuti Program Pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Ambarawa Awang Timur Sumirat; Imaduddin Hamzah
Al-Zayn: Jurnal Ilmu Sosial, Hukum & Politik Vol 3 No 4 (2025): 2025
Publisher : Yayasan pendidikan dzurriyatul Quran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61104/alz.v3i4.2043

Abstract

Fenomena residivisme narkotika masih menjadi tantangan serius dalam sistem pemasyarakatan karena terkait erat dengan lemahnya konsep diri narapidana. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan konsep diri narapidana residivis penyalahgunaan narkotika di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Ambarawa serta merumuskan bentuk program pembinaan yang sesuai dengan kebutuhan psikososial mereka. Pendekatan penelitian menggunakan metode kualitatif dengan desain studi kasus, melibatkan enam informan yang terdiri dari residivis, non-residivis, dan petugas pemasyarakatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep diri residivis bersifat fluktuatif, terbentuk dari interaksi antara persepsi diri, pengalaman hidup, serta umpan balik lingkungan sosial, dengan dimensi pengetahuan, harapan, dan penilaian sebagai aspek utama. Sebagian narapidana menunjukkan perbaikan harga diri dan identitas positif melalui keterlibatan dalam kegiatan keagamaan dan pembinaan kemandirian, sementara sebagian lainnya masih mengalami identitas terfragmentasi dan pandangan negatif terhadap masa depan. Implikasi dari penelitian ini adalah perlunya program pembinaan kontekstual seperti “Peka Diri” yang mengintegrasikan bimbingan rohani, asesmen psikososial, terapi ekspresif, serta pelatihan keterampilan adaptif untuk memperkuat konstruksi diri narapidana residivis dan mendukung reintegrasi sosial
Hubungan Stres Dengan Kualitas Tidur Pada Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Tulungagung Donny Cahyo Arganata; Imaduddin Hamzah
Al-Zayn: Jurnal Ilmu Sosial, Hukum & Politik Vol 3 No 4 (2025): 2025
Publisher : Yayasan pendidikan dzurriyatul Quran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61104/alz.v3i4.2142

Abstract

Stres dan gangguan tidur merupakan masalah serius yang banyak dialami narapidana di lembaga pemasyarakatan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara tingkat stres dengan kualitas tidur narapidana baru di Lapas Kelas IIB Tulungagung. Metode penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif korelasional dengan instrumen Perceived Stress Scale (PSS-10) dan Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI), serta analisis data dilakukan melalui korelasi Pearson dan regresi linier sederhana. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan negatif yang sangat kuat antara tingkat stres dan kualitas tidur (r = 0,822; p < 0,001), dengan stres menjelaskan 67,6% variasi kualitas tidur (R² = 0,676). Mayoritas responden berada pada kategori stres sedang (67,2%) dan mengalami kualitas tidur buruk (79,1%), terutama pada aspek disfungsi aktivitas siang hari dan efisiensi tidur yang paling dipengaruhi oleh stres. Analisis subkelompok memperlihatkan bahwa narapidana berusia di bawah 35 tahun, berpendidikan SMP, serta berstatus menikah memiliki korelasi yang lebih tinggi dibandingkan kelompok lain, menandakan faktor demografis turut memperkuat hubungan stres dan gangguan tidur
Strategi Coping Stress Narapidana Lanjut Usia Kasus Narkotika di Lapas Kelas II B Siborongborong Hamdani Salim Siregar; Imaduddin Hamzah
Al-Zayn: Jurnal Ilmu Sosial, Hukum & Politik Vol 3 No 4 (2025): 2025
Publisher : Yayasan pendidikan dzurriyatul Quran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61104/alz.v3i4.2186

Abstract

Fenomena meningkatnya stres pada narapidana lanjut usia kasus narkotika di Lapas Kelas IIB Siborongborong menggambarkan kompleksitas persoalan dalam sistem pemasyarakatan Indonesia. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan strategi coping stres yang digunakan narapidana lanjut usia serta faktor-faktor yang memengaruhinya. Pendekatan kualitatif dengan desain studi kasus digunakan untuk memahami fenomena secara mendalam melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa narapidana lansia menerapkan dua bentuk utama strategi coping, yaitu problem-focused coping yang berorientasi pada penyelesaian masalah melalui kegiatan pembinaan, ibadah, dan dukungan sosial, serta emotion-focused coping yang berfokus pada pengelolaan emosi melalui doa, penerimaan diri, dan interaksi dengan sesama narapidana. Strategi coping emosional lebih dominan karena keterbatasan fisik dan minimnya fasilitas rehabilitasi lansia di dalam lapas. Implikasi dari temuan ini menegaskan pentingnya program pembinaan dan rehabilitasi yang adaptif terhadap kebutuhan usia lanjut serta peningkatan layanan psikologis bagi narapidana untuk mendukung kesejahteraan mental mereka selama menjalani masa hukuman
Hubungan Religiusitas Dengan Kecemasan Menjelang Bebas Pada Anak Binaan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas I Blitar Arief Nur Ramadhan; Imaduddin Hamzah
Al-Zayn: Jurnal Ilmu Sosial, Hukum & Politik Vol 3 No 4 (2025): 2025
Publisher : Yayasan pendidikan dzurriyatul Quran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61104/alz.v3i4.2190

Abstract

Kecemasan menjelang masa pembebasan merupakan permasalahan psikologis yang sering muncul pada anak binaan di lembaga pemasyarakatan anak. Tekanan emosional, rasa bersalah, dan ketakutan terhadap stigma sosial menjadi faktor yang memperburuk kondisi mental mereka. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara religiusitas dan tingkat kecemasan menjelang bebas pada anak binaan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas I Blitar. Pendekatan kuantitatif digunakan dengan desain studi korelasional, melibatkan 33 anak binaan yang dipilih menggunakan teknik total sampling. Instrumen yang digunakan berupa kuesioner religiusitas berdasarkan teori Huber dan Huber (2012) serta kuesioner kecemasan berdasarkan teori Nolen-Hoeksema (1998). Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan negatif yang signifikan antara religiusitas dan kecemasan menjelang bebas dengan nilai signifikansi (p) < 0,05 dan koefisien korelasi Pearson sebesar -0,727. Artinya, semakin tinggi religiusitas yang dimiliki anak binaan, semakin rendah tingkat kecemasan yang mereka rasakan. Temuan ini menegaskan bahwa religiusitas berperan sebagai faktor protektif dalam menurunkan gangguan psikologis, serta menjadi dasar bagi pengembangan program pembinaan spiritual seperti MADINAH (Madrasah Diniyah Takmiliyah) untuk memperkuat kesiapan mental anak binaan menjelang reintegrasi sosial
Perbandingan Moral Disengagement Dan Locus Of Control Pada Narapidana Residivis Dan Nonresidivis di Lapas Narkotika Kelas IIA Pamekasan Dicky Maulana Pratama; Imaduddin Hamzah
Al-Zayn: Jurnal Ilmu Sosial, Hukum & Politik Vol 3 No 5 (2025): 2025
Publisher : Yayasan pendidikan dzurriyatul Quran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61104/alz.v3i5.2233

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbandingan antara Moral Disengagement dan Locus of Control pada narapidana residivis dan nonresidivis di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Kelas IIA Pamekasan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif komparatif dengan jumlah sampel sebanyak 171 narapidana, terdiri atas 58 residivis dan 113 nonresidivis. Instrumen yang digunakan meliputi Moral Disengagement Scale (16 item) dan Locus of Control Scale (19 item), dengan skala Likert 1–5 dan 1–4. Data dianalisis menggunakan uji Mann-Whitney U. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan pada kedua variabel yang diuji. Pada Moral Disengagement, nilai Mann-Whitney U = 0.000, Z = -10.710, dan p = 0.000, dengan mean rank residivis = 142.50 dan nonresidivis = 57.00. Sedangkan pada Locus of Control, nilai U = 0.000, Z = -10.726, dan p = 0.000, dengan mean rank residivis = 29.50 dan nonresidivis = 115.00. Ini menunjukkan bahwa residivis memiliki kecenderungan lebih tinggi dalam melakukan pembenaran moral dan mengarah kepada Locus of Control eksternal. Berdasarkan temuan tersebut, peneliti mengusulkan program rehabilitasi psikososial berbasis kelompok bernama REHAB-KARSA, dirancang untuk menurunkan Moral Disengagement dan memperkuat Locus of Control internal melalui intervensi reflektif dan edukatif yang terstruktur