Articles
            
            
            
            
            
                            
                    
                        Sebaran Longsor Akibat Gempa Bumi di Provinsi Jawa Barat 
                    
                    Erni Revianti; 
Supriatna; 
Eko Kusratmoko                    
                     Jurnal Geosains Terapan Vol 1 No 1 (2015): Jurnal Geosains Terapan 
                    
                    Publisher : Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia 
                    
                         Show Abstract
                        | 
                             Download Original
                        
                        | 
                            
                                Original Source
                            
                        
                        | 
                            
                                Check in Google Scholar
                            
                        
                                                                    
                    
                        
                            
                            
                                
Gempa bumi yang kuat dapat menyebabkan banyak kejadian longsor (Meunier dkk., 2013). Untuk menggambarkan tingkat risiko gempa bumi di suatu lokasi dapat digunakan persebaran nilai PGA (Peak Ground Acceleration). Intensitas MMI dan PGA memiliki korelasi yang tinggi dengan pola distribusi tanah longsor (Gorum dkk., 2011). Jawa Barat merupakan provinsi yang rawan terhadap bencana longsor. Dalam periode tahun 1998-2013 ada 481 kejadian longsor, tetapi hanya 2 kejadian longsor yang berasosiasi dengan gempa. 2 longsor tersebut terjadi bersamaan dengan gempa, tersebar di wilayah selatan Jawa yang merupakan wilayah pegunungan curam, dan longsor berada di jarak ±100 km dari sumber gempa atau episenter. 2 kejadian longsor yang berasosiasi dengan gempa tersebar di wilayah nilai PGA 75-139 gals dengan tingkat kerusakan sedang. Sedangkan longsor yang tidak berasosiasi dengan gempa tersebar di wilayah nilai PGA 22-40 gals dan 40-75 gals dengan tingkat kerusakan ringan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara longsor dengan nilai PGA yaitu longsor yang berasosiasi dengan gempa terjadi jika nilai PGA yang dirasakan yaitu 75-139 gals atau lebih besar.
                            
                         
                     
                 
                
                            
                    
                        Potensi Panas Bumi Berdasarkan Karakteristik Fisik Wilayah (Studi Kasus : Daerah Wayang-Windu, Kabupaten Bandung, Propinsi Jawa Barat dan Daerah Gunung Endut, Kabupaten Lebak, Propinsi Banten) 
                    
                    Faris Pramadhani; 
Rokhmatulloh; 
Supriatna                    
                     Jurnal Geosains Terapan Vol 1 No 1 (2015): Jurnal Geosains Terapan 
                    
                    Publisher : Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia 
                    
                         Show Abstract
                        | 
                             Download Original
                        
                        | 
                            
                                Original Source
                            
                        
                        | 
                            
                                Check in Google Scholar
                            
                        
                                                                    
                    
                        
                            
                            
                                
Daerah Wayang-Windu dan Daerah Gunung Endut berada dalam Zona Gunungapi Kuarter Jawa, dimana aktivitas vulkanisme dan magmatisme menandakan keduanya merupakan daerah potensial panas bumi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi panas bumi di masing-masing daerah penelitian berdasarkan karakteristik fisik wilayah-nya. Kemudian hasil potensi yang muncul dibandingkan satu sama lain untuk mempelajari persamaan dan perbedaan sistem panas bumi di kedua daerah penelitian. Dalam penelitian ini, wilayah prospek panas bumi di delineasi menggunakan model Fuzzy Logic. Model ini mengintegrasikan variabel penciri kehadiran sistem panas bumi di permukaan yang dikenali melalui aplikasi Penginderaan Jauh. Hasil penelitian menunjukan bahwa morfologi struktural seperti kaldera, tapal kuda, horst dan graben merupakan variabel penciri yang paling mempengaruhi potensi panas bumi di kedua daerah penelitian. Daerah Wayang-Windu memiliki luas wilayah prospek 58,6 km2, suhu reservoar 220 0 C-2700 C dengan potensi sumberdaya sebesar 707,6 MWe. Daerah Gunung Endut memiliki luas wilayah prospek 17,5 km2, suhu reservoar 1810 C dengan potensi sumberdaya sebesar 95 MWe. Berdasarkan karakteristik fisik wilayahnya, Daerah Wayang-Windu yang merupakan Lapangan Panas Bumi dengan Sistem Vulkanik Kompleks Gunungapi memiliki potensi panas bumi lebih besar dibandingkan dengan Daerah Gunung Endut yang merupakan Lapangan Panas Bumi dengan Sistem Vulkano-Tektonik (kerucut vulkanik-graben).
                            
                         
                     
                 
                
                            
                    
                        Zonasi Estuaria Muaragembong Berdasarkan Salinitas Permukaan Perairan Menggunakan Penginderaan Jauh 
                    
                    Nur Amalia; 
Supriatna; 
Tjiong Giok Pin                    
                     Jurnal Geosains Terapan Vol 1 No 1 (2015): Jurnal Geosains Terapan 
                    
                    Publisher : Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia 
                    
                         Show Abstract
                        | 
                             Download Original
                        
                        | 
                            
                                Original Source
                            
                        
                        | 
                            
                                Check in Google Scholar
                            
                        
                                                                    
                    
                        
                            
                            
                                
Estuaria merupakan wilayah peralihan tempat bertemunya air sungai yang bersalinitas rendah dengan air laut yang bersalinitas tinnggi. Perubahan Sebaran salinitas yang dinamis di estuaria dapat mempengaruhi kualitas dan pemanfaatan air. Zonasi sebaran salinitas perlu dilakukan agar pemanfaatan lingkungan air dapat dilakukan secara tepat. Nilai salinitas permukaan perairan estuaria didapatkan dari hasil interpretasi citra Landsat 5 TM menggunakan algorithma Wouthuyzen, dkk. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa di estuaria Muaragembong terdapat 4 zona, yaitu: Zona Limnetic, Mexo-Oligohaline, Mexo-Mesohaline, dan Mexo-Polyhaline pada bulan kering. Sedangkan pada bulan basah hanya ditemukan 2 zona, yaitu Zona Mexo- Oligohaline dan zona Mexo-Polihaline. Kondisi ini juga dipengaruhi oleh keadaan arus permukaan laut, pada saat arus bergerak ke Timur Laut masukan air asin ke wilayah estuaria muaragembong akan lebih banyak sehingga variasi salinitas yang dihasilkan dari pencampuran air lebih tinggi daripada variasi salinitas disaat arus bergerak ke arah Barat Daya dimana masukan air asin dari laut lebih sedikit.
                            
                         
                     
                 
                
                            
                    
                        Perkembangan dan karakteristik permukiman pada wilayah rawan bencana gempabumi di Pelabuhanratu 
                    
                    Suci Salmaningsih; 
Supriatna                    
                     Jurnal Geosains Terapan Vol 1 No 2 (2015): Jurnal Geosains Terapan 
                    
                    Publisher : Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia 
                    
                         Show Abstract
                        | 
                             Download Original
                        
                        | 
                            
                                Original Source
                            
                        
                        | 
                            
                                Check in Google Scholar
                            
                        
                                                                    
                    
                        
                            
                            
                                
Kecamatan Pelabuhanratu merupakan wilayah rawan bahaya gempabumi karena berada pada zona subduksi lempeng dan sesar Cimandiri. Sesar Cimadiri merupakan sumber gempa utama kejadian gempa yang ada di Pelabuhanratu. Untuk itu perlu dilakukan penelitian tentang analisis perkembangan karakterisitik permukiman penduduk pada wilayah rawan gempabumi di Pelabuhanratu. Berdasarkan hasil pengolahan citra Landsat pada tahun 1989 hingga 2013, diketahui terjadinya perluasan wilayah pemukiman yang sangat signifikan yaitu dari 588,125 Ha menjadi 1738 Ha. Analisis arah kecenderungan pemukiman menggunakan metode trend surface analyst atau analisis menunjukkan kecenderungan perkembangan pemukiman di Pelabuhanratu mengarah ke wilayah dengan tingkat rawan gempa tinggi. Karakterisitik pemukiman dilihat dari tiga aspek yaitu kerapatan bangunan, permanensi bangunan dan pola pemukiman. Kerapatan bangunan yang tinggi mendominasi wilayah penelitian, baik itu di wilayah rawan gempa rendah, sedang maupun tinggi. Sedangkan untuk kerapatan bangunan kelas rendah dan sedang juga tersebar di seluruh kawasan rawan gempa, namun dengan porsi yang kecil. Untuk aspek permanensi bangunan, sebanyak 80% pemukiman di wilayah penelitian terdiri dari bangunan permanen yang tersebar di setiap wilayah rawan gempa, sedangkan sisanya merupakan bangunan non permanen. Bangunan non permanen pada umumnya berada di dekat pantai. Untuk pola permukiman, pada wilayah rawan gempa tinggi dan rendah, pola pemukimannya bersifat tersebar, sedangkan pada wilayah rawan gempa sedang pola pemukimannya bersifat memusat.
                            
                         
                     
                 
                
                            
                    
                        Karakteristik sumberdaya wisata alam berbasis geomorfologi di Kecamatan Ciemas 
                    
                    Jessica Pingkan; 
Supriatna; 
Djamang Ludiro                    
                     Jurnal Geosains Terapan Vol 1 No 2 (2015): Jurnal Geosains Terapan 
                    
                    Publisher : Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia 
                    
                         Show Abstract
                        | 
                             Download Original
                        
                        | 
                            
                                Original Source
                            
                        
                        | 
                            
                                Check in Google Scholar
                            
                        
                                                                    
                    
                        
                            
                            
                                
Kecamatan Ciemas merupakan daerah yang dikenal karena memiliki kekayaan geologi dengan terdapatnya batuan yang memiliki umur batuan tertua dan terluas di Pulau Jawa. Proses-proses geologi yang berlangsung memunculkan berbagai objek wisata alam yang menarik untuk dikunjungi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis keunikan geomorfologi sebagai potensi daya tarik wisata alam di Kecamatan Ciemas. Analisis dilakukan secara deskriptif dengan menggunakan pendekatan metode ideografik, korelasi kualitatif dan pembobotan terhadap variabel daya tarik wisata, aksesibilitas, dan fasilitas wisata pada unit analisis bantukan asal. Hasil yang diperoleh, yaitu bentukan asal struktural memiliki potensi tinggi dengan karateristik ketinggian 100- 500 mdpl dan lereng yang curam.
                            
                         
                     
                 
                
                            
                    
                        Sebaran potensi deposit emas epitermal di Simpenan – Ciemas, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat 
                    
                    Diah Ayu Wulandari; 
Supriatna; 
Frans Sitanala                    
                     Jurnal Geosains Terapan Vol 1 No 2 (2015): Jurnal Geosains Terapan 
                    
                    Publisher : Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia 
                    
                         Show Abstract
                        | 
                             Download Original
                        
                        | 
                            
                                Original Source
                            
                        
                        | 
                            
                                Check in Google Scholar
                            
                        
                                                                    
                    
                        
                            
                            
                                
Emas merupakan jenis logam yang bersifat lunak dan mudah ditempa yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Saat ini emas sedang menjadi tren hidup di kalangan manusia modern. Dalam kegiatan eksplorasi emas, penginderaan jauh dapat dimanfaatkan untuk menunjang analisis bidang geologi dan mineral dalam mengefektifkan kegiatan ini. Pada penelitian ini, penginderaan jauh dimanfaatkan untuk meneliti sebaran potensi emas epitermal dengan asosiasi mineral yang berhubungan serta variabel geologi dan mengintegrasikannya dalam sistem informasi geografis. Tujuan penelitian ini mencoba untuk mendapatkan sebaran potensi emas epitermal di daerah penelitian. Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah defoliant technique dan Fuzzy Logic dengan analisis spasial deskriptif. Hasil penelitian dianalisis berdasarkan luas sebaran pada wilayah sekitar Simpenan - Ciemas di mana hasilnya menyimpulkan sebaran potensi emas epitermal potensi tinggi menyebar di bagian tengah dan barat daya lokasi, sedangkan potensi rendah menyebar di bagian tenggara wilayah penelitian. Penyebaran ini juga mengikuti arah sebaran struktur geologi (yang menyebar merata seluruh wilayah penelitian), sebaran litologi potensial, dan zona alterasi (terutama alterasi propilitik dan alterasi argilik lanjut). Validasi hasil potensi sebaran diukur berdasarkan 79 titik sampel dan dihasilkan nilai ketelitian 96%.
                            
                         
                     
                 
                
                            
                    
                        Risiko erupsi Gunung Marapi di Kabupaten Tanah Datar 
                    
                    Dino Eka Putra; 
Supriatna; 
F.TH.R. Sitanala                    
                     Jurnal Geosains Terapan Vol 2 No 3 (2016): Jurnal Geosains Terapan 
                    
                    Publisher : Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia 
                    
                         Show Abstract
                        | 
                             Download Original
                        
                        | 
                            
                                Original Source
                            
                        
                        | 
                            
                                Check in Google Scholar
                            
                        
                                                                    
                    
                        
                            
                            
                                
Bencana geologi seperti erupsi gunung api yang masih belum bisa diprediksi menjadikan wilayah sekitar gunung api rawan akan ancaman tersebut. Gunung Marapi merupakan salah satu gunung api aktif di Indonesia, yang terletak di Kabupaten Tanah Datar sehingga wilayah tersebut rawan terhadap bencana erupsi Gunung Marapi. Kerentanan wilayah Tanah Datar dapat ditentukan dengan menggunakan metode skoring berdasarkan Peraturan BNPB Nomor 2 Tahun 2012 dengan variabel kondisi sosial berupa kepadatan penduduk dan kelompok usia rentan, kondisi ekonomi berupa lahan produktif dan penduduk petani, dan kondisi fisik berupa wilayah terbangun, fasilitas umum dan fasilitas kritis. Penelitian ini menghasilkan risiko erupsi Marapi berdasarkan kawasan rawan bahaya, kerentanan wilayah dan kapasitas yang dilihat dari sumber daya dan kemampuan mobilisasi menggunakan metode pembobotan yang menghasilkan tiga wilayah risiko. Wilayah risiko tertinggi berada di Desa Guguk di Kecamatan Pariangan dan wilayah risiko terendah berada di Desa Tigo Niniak di Kecamatan Limo Kaum, dimana kapasitas sangat berpengaruh dalam mengurangi tingkat risiko erupsi.
                            
                         
                     
                 
                
                            
                    
                        Wilayah prospek panasbumi berdasarkan karakteristik fisik di Sesar Cimandiri, Jawa Barat 
                    
                    Anika; 
Rokhmatulloh; 
Supriatna                    
                     Jurnal Geosains Terapan Vol 2 No 3 (2016): Jurnal Geosains Terapan 
                    
                    Publisher : Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia 
                    
                         Show Abstract
                        | 
                             Download Original
                        
                        | 
                            
                                Original Source
                            
                        
                        | 
                            
                                Check in Google Scholar
                            
                        
                                                                    
                    
                        
                            
                            
                                
Sesar Cimandiri merupakan sesar aktif ditandai dengan munculnya beberapa manifestasi berupa mata air panas sebagai bukti dari adanya kegiatan panasbumi. Mata air panas yang muncul di sepanjang Sesar Cimandiri memiliki perbedaan suhu akibat pengaruh karakteristik fisik di setiap lokasi mata air panas. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui wilayah prospek panasbumi berdasarkan karakteristik fisik di Sesar Cimandiri, Jawa Barat. Metode yang digunakan adalah metode survei terpadu antara aspek geografi, geologi, dan geokimia serta teknologi penginderaan jauh. Teknologi penginderaan jauh digunakan untuk menganalisis suhu permukaan tanah di wilayah penelitian. Survei geokimia dilakukan dengan pengambilan sampel mata air panas untuk mendapatkan konsentrasi kandungan unsur Na dan K. Data tersebut digunakan untuk menghitung suhu reservoir dengan menggunakan metode Geotermometri. Hasil menyimpulkan terdapat tiga wilayah prospek panasbumi di Sesar Cimandiri dengan klasifikasi tingkat rendah dan sedang. Tingkat rendah diwakili oleh wilayah prospek panasbumi Cibubuay dengan suhu reservoir 109°C berada pada zona kerapatan patahan tinggi, konsentrasi Na/K rendah, suhu reservoir rendah, dan mata air panas terletak jauh dari patahan. Sedangkan wilayah klasifikasi tingkat sedang diwakili oleh wilayah prospek panasbumi Cibadak (130°C) dan Cikundul (189°C) berada pada zona kerapatan patahan sedang hingga rendah, konsentrasi Na/K tinggi, suhu reservoir menengah, dan mata air panas terletak dekat dengan patahan.
                            
                         
                     
                 
                
                            
                    
                        Wilayah bahaya longsor menggunakan metode SINMAP (studi kasus: Kecamatan Simpenan, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat) 
                    
                    Hermansyah; 
Supriatna; 
Adi Wibowo                    
                     Jurnal Geosains Terapan Vol 2 No 3 (2016): Jurnal Geosains Terapan 
                    
                    Publisher : Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia 
                    
                         Show Abstract
                        | 
                             Download Original
                        
                        | 
                            
                                Original Source
                            
                        
                        | 
                            
                                Check in Google Scholar
                            
                        
                                                                    
                    
                        
                            
                            
                                
Longsor merupakan bencana yang sering terjadi di Indonesia dan Provinsi Jawa Barat, termasuk Kabupaten Sukabumi di dalamnya merupakan daerah yang sering terjadi longsor. Oleh karena itu, sudah seharusnya diwaspadai dan dianalisis lebih baik agar tidak memakan korban yang lebih banyak. Salah satu metode yang digunakan untuk menganalisis potensi longsor adalah Stability Index Mapping (SINMAP) dengan menggunakan beberapa data, yaitu Digital Elevation Model (DEM), jenis tanah, dan curah hujan. Data tersebut nantinya digunakan untuk menganalisis wilayah potensi longsor di Kecamatan Simpenan. Kemudian peta potensi longsor hasil pemodelan SINMAP di-overlay dengan permukiman untuk mendapatkan wilayah bahaya longsor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 65,56% (11.034,81 Ha) dari luas wilayah Kecamatan Simpenan berpotensi longsor dan wilayah bahaya longsor seluas 192,82 Ha atau 36,90% dari total luas wilayah permukiman.
                            
                         
                     
                 
                
                            
                    
                        Kerentanan wilayah terhadap tsunami di Pantai Ujunggenteng, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat 
                    
                    Novida Dara Rezita; 
Sobirin; 
Supriatna                    
                     Jurnal Geosains Terapan Vol 2 No 4 (2016): Jurnal Geosains Terapan 
                    
                    Publisher : Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia 
                    
                         Show Abstract
                        | 
                             Download Original
                        
                        | 
                            
                                Original Source
                            
                        
                        | 
                            
                                Check in Google Scholar
                            
                        
                                                                    
                    
                        
                            
                            
                                
Penelitian ini membahas tentang kerentanan wilayah terhadap tsunami berdasarkan aspek keterpaparan, sensitivitas dan ketahanan. Daerah penelitian adalah Pantai Ujunggenteng yang memiliki topografi ketingggian 0 – 56 mdpl, pantai cenderung landai dan pantai berbentuk teluk yang mempunyai potensi wilayah rayapan gelombang tsunami. Metode penelitian yang digunakan adalah Analytical Hierarchy Process (AHP) dan analisis berbasis grid. Untuk menjawab pertanyaan penelitian, dilakukan survei lapang, wawancara, dan pengumpulan data baik primer ataupun sekunder. Data tersebut diolah menggunakan software Microsoft Excel dan software pengolahan Arc GIS 10.1 agar didapatkan hasil akhir yaitu peta kerentanan. Peta kerentanan wilayah terhadap tsunami dibuat dengan teknik overlay dan pembobotan AHP. Kerentanan wilayah terhadap tsunami di daerah penelitian menggunakan metode AHP didominasi oleh kelas kerentanan tinggi. Kerentanan wilayah tinggi terdapat pada sepanjang pesisir pantai bagian selatan dan beberapa di pesisir pantai barat daerah penelitian dengan jumlah grid 336 atau berkisar 60% dari seluruh jumlah grid. Kerentanan wilayah sedang terdapat pada bagian tengah, timur dan beberapa di pesisir barat daerah penelitian dengan jumlah grid 197 atau berkisar 35% dari seluruh jumlah grid. Sedangkan kerentanan wilayah rendah terdapat dibagian utara dan beberapa di tengah daerah penelitian dengan jumlah grid 25 atau berkisar 5% dari seluruh jumlah grid.