Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

ANALISIS GAMBARAN FOTO TORAKS DENGAN DERAJAT KEPARAHAN GEJALA KLINIS PADA PASIEN PNEUMONIA ANAK DI RUMAH SAKIT UMUM ANUTAPURA KOTA PALU PROVINSI SULAWESI TENGAH Nabil Rabbani Putra Permana; Ria Sulistiana; Sarifuddin; Muh Nur Ikhsan Liwang
Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran Vol. 8 No. 1 (2023): Maret
Publisher : Universitas Tadulako

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22487/mtj.v8i1.813

Abstract

Latar Belakang: Pneumonia merupakan penyebab kematian menular terbesar pada anak di bawah 5 tahun di seluruh dunia. Pada tahun 2013 di Indonesia, pneumonia telah merenggut sekitar 25.000 jiwa balita. Di Provinsi Sulawesi Tengah sendiri, terdapat 1.354 balita yang menderita pneumonia. Penegakan diagnosis pneumonia cukup sulit, manifestasi klinik pneumonia anak menimbulkan gejala mirip non-spesifik sehingga X-ray thoraks dilakukan sebagai penegak diagnosis dan keparahan pneumonia. Tujuan: Untuk mengetahui hubungan antara gambaran foto toraks dengan derajat keparahan gejala klinis pada pasien pneumonia anak di Rumah Sakit Umum Anutapura Kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah. Metode: Penelitian menerapkan desain analisis retrospektif pada data rekam medis pasien pneumonia anak periode Maret 2020 – 31 Maret 2022 di RSU Anutapura. Data kemudian di seleksi melalui kriteria inklusi dan eksklusi. Gambaran foto toraks (konsolidasi, infiltrat, dan efusi pleura) dan derajat keparahan gejala klinis (ringan, sedang, dan berat) kemudian diamati. Hasil: Terdapat 159 dari 208 data rekam medis yang memenuhi kriteria. Laki- laki merupakan jenis kelamin yang umum diamati (60,4%) dengan rentang usia terbanyak pada 1 bulan – 5 tahun (81,8%). Gambaran foto toraks menunjukkan infiltrat sebagai gambaran umum (84,9%), diikuti konsolidasi (9,4%), dan efusi pleura (5,7%). Mayoritas pasien menunjukkan gejala ringan (52,8%), diikuti gejala berat (45,3%), dan gejala sedang (1,9%). Korelasi antara gambaran dan derajat keparahan gejala klinis tidak menunjukkan hubungan signifikan (p value 0,438). Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan antara gambaran foto toraks dengan derajat keparahan gejala klinis pada pasien pneumonia anak di RSU Anutapura. Kata Kunci: Pneumonia, anak, foto toraks, derajat keparahan.
Utilizing Interactive Techniques to Enhance Primary School Pupils' Understanding of Epilepsy : Penelitian Fitriah Handayani; Ria Sulistiana; Vera Diana Towidjojo; Junjun Fitriani; Margareta
Jurnal Pengabdian Masyarakat dan Riset Pendidikan Vol. 3 No. 4 (2025): Jurnal Pengabdian Masyarakat dan Riset Pendidikan Volume 3 Nomor 4 (April 2025
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jerkin.v3i4.1307

Abstract

Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap siswa kelas 1 SD Inpres Baru Kota Palu tentang epilepsi melalui strategi penyuluhan dasar dan interaktif. Didukung oleh Rumah Sakit Umum Tadulako Palu dan Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Tadulako, penyuluhan dilaksanakan pada tanggal 4 September 2024, melibatkan lima dosen dari berbagai institusi dan dua mahasiswa dari Fakultas Kedokteran Universitas Tadulako. Metode interaktif yang diterapkan antara lain percakapan singkat, penjelasan dengan spanduk bergambar, sesi tanya jawab, dan permainan tentang kosakata epilepsi. Strategi ini dipilih untuk memastikan anak-anak dapat memahami materi dengan mudah dan mendorong partisipasi aktif siswa. Siswa memilih jawaban dengan menandai “ya” atau “tidak” menggunakan tanda centang atau silang pada tes pra dan pasca yang sederhana menggunakan pertanyaan lisan. Pengetahuan siswa tentang epilepsi—termasuk kesadaran, gejala, dan tindakan pertolongan pertama selama kejang—menunjukkan peningkatan yang signifikan sebagai respons terhadap program ini. Selain perkembangan kognitif, sikap siswa juga berubah; mereka menjadi lebih empati terhadap teman sebaya penyandang epilepsi. Kegiatan ini menunjukkan bahwa literasi kesehatan dasar pada anak-anak sekolah dasar dapat ditingkatkan secara efektif melalui pendekatan pendidikan visual sederhana, diskusi, dan permainan; strategi ini dapat diterapkan di sekolah lain untuk mengurangi stigma terkait epilepsi sejak usia dini.
HUBUNGAN TINGKAT AKTIVITAS FISIK DENGAN DERAJAT DISMENORE PADA MAHASISWI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO Fitriana Nur, Maftilah; Ria Sulistiana
Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran Vol. 9 No. 1 (2024): Maret
Publisher : Universitas Tadulako

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22487/mtj.v9i1.1187

Abstract

Latar Belakang : Dismenore merupakan gangguan siklus menstruasi dengan prevalensi tertinggi dan wanita yang aktif secara fisik dilaporkan lebih sedikit dismenore. Sebagai mahasiswa kedokteran, mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Tadulako memiliki pengetahuan mengenai dismenore dan faktor risikonya, contohnya aktivitas fisik. Tetapi, mereka juga memiliki kesibukkan dengan kegiatan perkuliahan yang beragam, baik akademik maupun organisasi. Oleh karena itu, mahasiswi kedokteran mempunyai kecenderungan lebih tinggi untuk mengalami dismenore Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan tingkat aktivitas fisik dengan derajat dismenore pada mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Tadulako Metode : Penelitian ini merupakan penelitian observasional yang bersifat analitik dengan menggunakan pendekatan cross-sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Tadulako angkatan 2022. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling dengan sampel sebanyak 30 orang. Teknik analisis : Data diolah menggunakan Statistical Program for Social Science (SPSS) dengan metode Spearman dengan Spearman's rho <0,05. Hasil : Hasil uji statistik Spearman’s rho hubungan tingkat aktivitas fisik dengan derajat dismenore p = 0,744 atau p = >0,05 sehingga hal ini menunjukkan tidak ada hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan derajat dismenore.