Henti jantung mendadak merupakan kondisi kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan cepat untuk mencegah kematian. Di Indonesia, tingkat kematian akibat henti jantung di luar rumah sakit (OHCA) masih tinggi, salah satunya karena rendahnya keterampilan masyarakat dalam melakukan Bantuan Hidup Dasar (BHD). Remaja, khususnya anggota Palang Merah Remaja (PMR), memiliki potensi besar sebagai penolong awam pertama di lingkungan sekolah. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan keterampilan dan sikap anggota PMR dalam memberikan pertolongan pertama pada kasus henti jantung melalui pelatihan interaktif BHD. Metode pelatihan yang digunakan terdiri atas ceramah interaktif, demonstrasi, dan praktik langsung dengan evaluasi keterampilan menggunakan lembar observasi teknis dan penilaian sikap. Pelatihan dilaksanakan pada 8 Mei 2025 di SMA Negeri 3 Samarinda dengan melibatkan 35 siswa anggota PMR. Evaluasi dilakukan sebelum dan sesudah pelatihan untuk menilai perubahan nilai dan keterampilan peserta. Hasil menunjukkan adanya peningkatan signifikan dalam keterampilan dan sikap peserta. Nilai rata-rata evaluasi peserta meningkat dari 4,6 menjadi 9,2 setelah pelatihan. Sebanyak 82,9% peserta menunjukkan keterampilan praktik yang baik, sedangkan 14,3% cukup dan hanya 2,8% yang masih kurang. Peserta menunjukkan peningkatan pemahaman teknis, kesiapan mental, dan kepercayaan diri dalam menghadapi simulasi situasi darurat. Simpulan dari kegiatan ini adalah bahwa pelatihan BHD berbasis praktik terbukti efektif dalam meningkatkan kesiapan remaja sebagai penolong pertama. Metode pembelajaran yang menggabungkan ceramah, demonstrasi, dan praktik langsung dapat memperkuat penguasaan teknik BHD dan membentuk sikap positif. Pelatihan semacam ini penting untuk dilakukan secara berkala sebagai bagian dari edukasi kebencanaan dan tanggap darurat di sekolah.