Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Representasi Kondisi Sosial Dalam Musik Punk: Analisis Wacana Kritis Lirik Lagu "Bayar, Bayar, Bayar" Haris, Abdul; Nst, Atika Sania Samni; Togatorop, Juniati; Nasution, Jamila; Daulay, Muhammad Anggie J
Journal of Management Education Social Sciences InformationĀ andĀ Religion Vol 2, No 1 (2025): Maret 2025
Publisher : CV. Rayyan Dwi Bharata

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.57235/mesir.v2i1.5635

Abstract

Lagu "Bayar! Bayar! Bayar!" oleh band punk Sukatani merupakan kritik tajam terhadap praktik pungutan liar (pungli) dan korupsi dalam institusi kepolisian di Indonesia. Melalui lirik yang lugas dan repetitif, lagu ini menyoroti berbagai situasi di mana masyarakat harus membayar sejumlah uang kepada oknum polisi untuk mendapatkan layanan atau menghindari masalah, seperti pembuatan SIM, penilangan di jalan, hingga pengurusan laporan barang hilang. pendekatan analisis wacana kritis terhadap lirik lagu ini dapat mengungkap bagaimana teks tersebut mencerminkan dan memproduksi struktur kekuasaan serta dominasi dalam masyarakat. Menurut perspektif Pierre Bourdieu, modal simbolik yang dimiliki oleh institusi kepolisian digunakan untuk melegitimasi kekuasaan mereka, yang kemudian dieksploitasi untuk keuntungan pribadi melalui praktik koruptif. Lirik lagu ini berfungsi sebagai bentuk resistensi terhadap sistem yang koruptif, menggunakan satire dan ironi untuk mengkritik ketidakadilan yang terjadi. Selain itu, viralnya lagu ini menunjukkan bahwa masyarakat merasa terwakili oleh pesan yang disampaikan, menandakan adanya dukungan publik terhadap kritik yang diutarakan. Namun, setelah mendapatkan perhatian luas, band Sukatani memutuskan untuk menarik lagu tersebut dari semua platform musik dan mengunggah video permintaan maaf kepada Kapolri serta institusi kepolisian. Keputusan ini memicu spekulasi di kalangan netizen mengenai adanya tekanan terhadap band tersebut, terutama karena mereka sebelumnya selalu tampil menggunakan topeng dan tidak pernah menunjukkan identitas aslinya. Dengan demikian, analisis wacana kritis terhadap lirik lagu "Bayar! Bayar! Bayar!" dapat memberikan pemahaman mendalam tentang bagaimana musik punk digunakan sebagai medium untuk merepresentasikan kondisi sosial, mengkritik praktik korupsi, dan mengekspresikan resistensi terhadap struktur kekuasaan yang tidak adil.
Strategi Komunikasi dan Tindak Ujar Mahasiswa di Era Digital: Analisis Pragmatik pada Media Sosial Instagram Nst, Atika Sania Samni; Harahap, Wilda Lestari; Hasibuan, Siti Fadillah; Hasibuan, Lawri Aulia; Saputri, Dea; Simbolon, Ferdinand
Jurnal Pendidikan Tambusai Vol. 9 No. 3 (2025): Desember
Publisher : LPPM Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai, Riau, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini membahas strategi komunikasi dan tindak ujar mahasiswa di era digital dengan fokus pada interaksi di Instagram. Masalah utama yang dikaji adalah bentuk tindak ujar yang digunakan mahasiswa, strategi komunikasi yang tampak, serta pola komunikasi yang tercermin dalam ruang digital. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik dokumentasi berupa tangkapan layar caption, komentar, dan direct message (DM) mahasiswa aktif di Instagram, serta dianalisis menggunakan kerangka pragmatik lokusi, ilokusi, dan perlokusi, teori kesantunan, dan strategi komunikasi digital. Hasil penelitian menunjukkan bahwa caption didominasi tindak ujar deklaratif, motivasi, dan ajakan; komentar dipenuhi tindak ujar ekspresif berupa pujian, dukungan, dan sindiran ringan; sedangkan DM menampilkan tindak ujar personal yang menekankan kesantunan negatif dan kedekatan emosional. Kesimpulannya, mahasiswa membangun interaksi digital yang ekspresif, multimodal, dan adaptif, namun tetap menjaga prinsip kesantunan dalam konteks daring.