Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

The Value of Life from the Poem "Senja Di Pelabuhan Kecil " by Chairil Anwar with a Mimetic Approach Triaviranda, Triaviranda; Sari, Diana Permata; Yolanda, Esti; Nasution, Jamila; Samosir, Jusca Santanovalina; Rosmawaty, Rosmawaty
EDUCTUM: Journal Research Vol. 3 No. 4 (2024): Eductum: Journal Research
Publisher : Lembaga Riset Mutiara Akbar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56495/ejr.v3i4.620

Abstract

Literary works are works composed of the author's thoughts and feelings which describe imaginative thoughts and then express them into a work in oral or written form. Poetry is a text consisting of lines. The mimetic approach is an approach that views fictional prose as a human creation written based on materials taken from the universe. The aim of this research is to find out the meaning in Chairil Anwar's poetry and to improve the writer's understanding of the mimetic approach. The research method used in analyzing this poetry is the qualitative descriptive method. Based on the results of the analysis of the poem "Sunja Di Pelabuhan Kecil" it can be concluded that this poem contains the meaning of sadness about loss and the lesson taken from this poem is that as humans we must remain sincere about all destiny because in this world nothing is eternal.
Representasi Kondisi Sosial Dalam Musik Punk: Analisis Wacana Kritis Lirik Lagu "Bayar, Bayar, Bayar" Haris, Abdul; Nst, Atika Sania Samni; Togatorop, Juniati; Nasution, Jamila; Daulay, Muhammad Anggie J
Journal of Management Education Social Sciences Information and Religion Vol 2, No 1 (2025): Maret 2025
Publisher : CV. Rayyan Dwi Bharata

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.57235/mesir.v2i1.5635

Abstract

Lagu "Bayar! Bayar! Bayar!" oleh band punk Sukatani merupakan kritik tajam terhadap praktik pungutan liar (pungli) dan korupsi dalam institusi kepolisian di Indonesia. Melalui lirik yang lugas dan repetitif, lagu ini menyoroti berbagai situasi di mana masyarakat harus membayar sejumlah uang kepada oknum polisi untuk mendapatkan layanan atau menghindari masalah, seperti pembuatan SIM, penilangan di jalan, hingga pengurusan laporan barang hilang. pendekatan analisis wacana kritis terhadap lirik lagu ini dapat mengungkap bagaimana teks tersebut mencerminkan dan memproduksi struktur kekuasaan serta dominasi dalam masyarakat. Menurut perspektif Pierre Bourdieu, modal simbolik yang dimiliki oleh institusi kepolisian digunakan untuk melegitimasi kekuasaan mereka, yang kemudian dieksploitasi untuk keuntungan pribadi melalui praktik koruptif. Lirik lagu ini berfungsi sebagai bentuk resistensi terhadap sistem yang koruptif, menggunakan satire dan ironi untuk mengkritik ketidakadilan yang terjadi. Selain itu, viralnya lagu ini menunjukkan bahwa masyarakat merasa terwakili oleh pesan yang disampaikan, menandakan adanya dukungan publik terhadap kritik yang diutarakan. Namun, setelah mendapatkan perhatian luas, band Sukatani memutuskan untuk menarik lagu tersebut dari semua platform musik dan mengunggah video permintaan maaf kepada Kapolri serta institusi kepolisian. Keputusan ini memicu spekulasi di kalangan netizen mengenai adanya tekanan terhadap band tersebut, terutama karena mereka sebelumnya selalu tampil menggunakan topeng dan tidak pernah menunjukkan identitas aslinya. Dengan demikian, analisis wacana kritis terhadap lirik lagu "Bayar! Bayar! Bayar!" dapat memberikan pemahaman mendalam tentang bagaimana musik punk digunakan sebagai medium untuk merepresentasikan kondisi sosial, mengkritik praktik korupsi, dan mengekspresikan resistensi terhadap struktur kekuasaan yang tidak adil.
Simbol Alam dan Perempuan dalam Puisi ‘Sungai’: Kajian Ekofeminisme Karya Sapardi Djoko Damono Sari, Diana Permata; Triaviranda, Triaviranda; Wsilah, Atika; Munthe, Esti Yolanda; Samosir, Juska Santanovalina; Nasution, Jamila
Jurnal Pendidikan Tambusai Vol. 9 No. 2 (2025): Agustus
Publisher : LPPM Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai, Riau, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji peran puisi sebagai media ekspresi kesadaran ekologis dari perspektif ekofeminis melalui analisis puisi “Sungai, Tabanan” karya Sapardi Djoko Damono. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif untuk menginterpretasi makna simbolis yang terkandung dalam puisi, khususnya yang terkait dengan representasi perempuan dan alam. Pengumpulan data dilakukan melalui dokumentasi dan pembacaan puisi secara mendalam, dengan fokus pada unsur-unsur yang mencerminkan hubungan antara manusia, lingkungan, dan ketidakadilan gender. Temuan penelitian mengungkapkan bahwa puisi tersebut membangun hubungan simbolis yang mendalam antara perempuan dan alam, menggambarkan keduanya sebagai entitas sakral dan misterius yang menolak dominasi patriarki. Perempuan digambarkan sebagai penjaga alam dan makhluk spiritual yang terintegrasi dalam siklus ekologi, sehingga puisi tersebut berfungsi sebagai kritik terhadap eksploitasi lingkungan dan penindasan terhadap perempuan. Penelitian ini berkontribusi pada bidang sastra hijau dan ekofeminisme, memperluas pemahaman tentang bagaimana karya sastra dapat membentuk kesadaran kolektif dan mendorong transformasi sosial yang berkelanjutan.