Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Optimization of Construction Material Inventory Using Material Requirement Planning Rani, Hafnidar A.; Syammaun, Tamalkhani; Rachman, Firmansyah; Amin, Jurisman; Mahzarullah, Mahzarullah
Jurnal Linears Vol 8, No 1 (2025): Jurnal LINEARS
Publisher : Universitas Muhammadiyah Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26618/j-linears.v8i1.17116

Abstract

ABSTRAK: Pengelolaan persediaan material yang efisien sangat penting dalam proyek konstruksi untuk menghindari keterlambatan, pembengkakan biaya, serta kekurangan dan kelebihan material. Penelitian ini menyelidiki optimalisasi pengelolaan persediaan material menggunakan metode Material Requirements Planning (MRP), dengan fokus pada teknik Lot Sizing—Lot for Lot (LFL) dan Part Period Balancing (PPB). Studi kasus dilakukan pada pembangunan Kantor Kementerian Agama di Banda Aceh. Penelitian ini menargetkan material beton bertulang, seperti semen, pasir, dan besi tulangan, yang merupakan bahan penting bagi proyek tersebut. Data primer dikumpulkan melalui observasi lapangan dan wawancara, sementara data sekunder diperoleh dari dokumentasi proyek, termasuk Bill of Materials (BOM), jadwal, dan rincian biaya. Dengan menggunakan MRP, penelitian ini menghitung kebutuhan material, jadwal pengadaan, dan biaya untuk teknik LFL dan PPB. Hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik LFL secara signifikan mengurangi biaya dan meningkatkan efisiensi dibandingkan dengan metode PPB. Pada lantai pertama, teknik LFL menghasilkan penghematan biaya sekitar 51,9% dibandingkan dengan metode PPB. Demikian pula, untuk lantai kedua, penghematan biaya sekitar 72,2%. Penelitian ini menyimpulkan bahwa teknik LFL merupakan teknik yang optimal untuk pengelolaan persediaan material dalam proyek konstruksi, memastikan ketersediaan material tepat waktu dan biaya penyimpanan minimal. Temuan ini memberikan kerangka praktis untuk meningkatkan efisiensi pengadaan dan menawarkan wawasan berharga bagi proyek konstruksi di masa depan yang ingin mengurangi biaya dan meningkatkan keandalan penjadwalan.ABSTRACT: Efficient material inventory management is critical in construction projects to avoid delays, cost overruns, and both shortages and surpluses of materials. This study investigates the optimization of material inventory management using the Material Requirements Planning (MRP) method, focusing on Lot Sizing techniques—Lot for Lot (LFL) and Part Period Balancing (PPB). A case study was conducted on the construction of the Ministry of Religious Affairs Office in Banda Aceh. The research targeted reinforced concrete materials, such as cement, sand, and rebar, which are crucial for the project. Primary data was collected through field observations and interviews, while secondary data was obtained from project documentation, including the Bill of Materials (BOM), schedules, and cost breakdowns. Using MRP, the study calculated material requirements, procurement schedules, and costs for both LFL and PPB techniques. The findings revealed that the LFL technique significantly reduces costs and improves efficiency compared to the PPB method. For the first floor, the LFL technique resulted in a cost saving of approximately 51.9% compared to the PPB method. Similarly, for the second floor, the cost savings were around 72.2%. This study concluded that LFL is the optimal technique for material inventory management in construction projects, ensuring timely availability and minimal storage costs. These findings provided a practical framework for improving procurement efficiency and offered valuable insights for future construction projects seeking to reduce costs and enhance scheduling reliability.
OPTIMALISASI JUMLAH BUS TRANS KOETARADJA DI KOTA BANDA ACEH: (Studi Kasus Koridor I: Pusat Kota - Darussalam) Syammaun, Tamalkhani; Rachman, Firmansyah; Safriadi, Safriadi
Tameh Vol. 7 No. 1 (2018): JURNAL TEKNIK SIPIL
Publisher : University of Muhammadiyah Aceh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37598/9537ft94

Abstract

Pada dasarnya, pengguna kendaraan angkutan umum menghendaki adanya tingkat pelayanan yang cukup memadai, baik waktu tempuh, waktu tunggu, maupun keamanan dan kenyamanan yang terjamin selama dalam perjalanan. Tuntutan akan hal tersebut dapat dipenuhi bila penyediaan armada angkutan penumpang umum berada pada garis yang seimbang dengan permintaan jasa angkutan umum. Salah satu tolak ukur keberhasilan pengelolaan perangkutan adalah terpenuhinya kebutuhan kendaraan atau armada yang siap operasi pada saat diperlukan dalam jumlah yang optimal. Jumlah armada yang tepat sesuai dengan kebutuhan sulit dipastikan, yang dapat dilakukan adalah jumlah yang mendekati besarnya kebutuhan. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti seberapa besar kebutuhan perjalanan penumpang pada sebuah koridor angkutan umum, yang koridornya melayani pusat kota- Darussalam. Cara pelaksanaan penelitian di lapangan dilakukan dengan survei yang dilaksanakan didalam kendaraan dengan metode pencatatan jumlah penumpang yang naik dan turun kendaraan yang menempuh suatu trayek, dimana petugas mencatat jumlah penumpang yang naik dan turun dan atau waktu perjalanan pada tiap rute. Pengumpulan data jumlah penumpang naik/turun, jumlah penumpang diatas kendaraan, waktu tempuh kendaraan, waktu sirkulasi kendaraan, waktu henti kendaraan di halte dan waktu antara (headway) yang dilakukan selama 4 (empat) hari yaitu hari senin, rabu, sabtu dan minggu. Pengamatan dilakukan pada jam- sibuk yaitu pukul 06:30 – 09:00; 11:30 – 14:00; dan pukul 16:00 – 18:30 jam. Dari survei lapangan diketahui bahwa jumlah bus yang optimal pada koridor I Pusat Kota-darussalam adalah sebanyak, pagi 3 unit kendaraan, siang 3 unit kendaraan dan sore 3 unit kendaraan yang berangkat dari masing-masing rute (Keudah-Darussalam dan Darussalam-Keudah) dengan nilai headway yang efektif 40 menit. Faktor pembebanan (load factor) angkutan umum Trans Koetaradja terhadap jumlah penumpang per jam pada seksi terpadat pada jam sibuk lebih kecil dari 70% kapasitas bus.
PERBANDINGAN KARAKTERISTIK ASPAL BETON MENGGUNAKAN FILLER TANAH DENGAN FILLER ABU BATU BATA Rachman, Firmansyah; Syammaun, Tamalkhani; Saputra, T. R. B.
Tameh Vol. 7 No. 2 (2018): JURNAL TEKNIK SIPIL
Publisher : University of Muhammadiyah Aceh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37598/b0gkjs27

Abstract

Aspal beton adalah perkerasan yang umum digunakan dalam kontruksi jalan raya. Aspal beton dipakai sebagai lapis permukaan (surface) untuk melayani beban lalu lintas serta melindungi lapisan perkerasaan yang ada di bawahnya. Aspal beton terdiri dari agregat kasar, halus dan filler (bahan pengisi) . Agregat kasar di dalam campuran aspal beton berfungsi sebagai rangka (frames) perkerasan yang memberi kekuatan/stabilitas (stability), sedangkan agregat halus dan filler berfungsi sebagai pengisi rongga antar agregat kasar di dalam campuran yang akan meningkatkan angka stabilitas. Aspal beton yang menjadi objek penelitian ini merupakan aspal beton dengan filler tanah dan abu batu bata. Umumnya filler yang digunakan dalam campuran aspal beton adalah semen. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui mana diantara tanah dan abu batu bata yang lebih baik untuk dapat dijadikan sebagai filler pengganti semen dalam campuran aspal beton. Perbandingan kedua jenis filler tersebut berguna karena apabila penggunaan tanah dan abu batu bata sebagai filler lolos uji spesifikasi teknis maka biaya untuk pembuatan aspal beton akan lebih ekonomis. Berdasarkan hasil yang diperoleh, kedua campuran tidak memiliki perbedaan karakteristik yang signifikan namun berbeda nyata berdasarkan hasil analisa anova single factor. Kedua jenis filler yang digunakan menunjukkan bahwa keduanya dapat digunakan sebagai opsi filler pengganti semen. Kedua campuran mempunyai nilai KAO yang berbeda. Untuk campuran dengan filler tanah diperoleh KAO sebesar 4,8 % dengan nilai setiap karakteristiknya yaitu nilai stabilitas (1938,56 kg), flow (3,78 mm), Density (2,41 gr/cm3), VIM (4,34 %), VMA (16,33%), VFB (68,21%) dan MQ (550,97 kg/mm). Sedangkan untuk campuran dengan filler abu batu bata nilai KAO diperoleh sebesar 5,3 % dengan nilai stabilitas (1966,47 kg), flow (3,21 mm), Density (2,40 gr/cm3), VIM (3,95 %), VMA (17,13%), VFB (72,03%) dan MQ (614,29 kg/mm).
ANALISIS PERBANDINGAN TEBAL PERKERASAN LENTUR DENGAN METODE ANALISA KOMPONEN DAN METODE MANUAL DESAIN PERKERASAN 2013 (STUDI KASUS: RUAS JALAN BANDARA REMBELE KABUPATEN BENER MERIAH – BATAS KABUPATEN ACEH TENGAH Syammaun, Tamalkhani; Rachman, Firmansyah; Wahyuni, Tya
Tameh Vol. 7 No. 2 (2018): JURNAL TEKNIK SIPIL
Publisher : University of Muhammadiyah Aceh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37598/yegj9k60

Abstract

Perencanaan tebal suatu struktur perkerasan jalan merupakan salah satu bagian dari rekayasa jalan yang bertujuan memberikan pelayanan terhadap arus lalu lintas sehingga memberikan rasa aman dan nyaman terhadap pengguna jalan. Kesesuaian dan ketetapan dalam menentukan parameter pendukung dan metode perencanaan tebal perkerasan yang digunakan, sangat mempengaruhi efesiensi penggunaan biaya konstruksi dan pemeliharaan jalan. Pada proses perencanaan tebal lapis perkerasan jalan raya ada beberapa metode yang dapat digunakan antara lain metode AASHTO 93, metode Asphalt institute, Metode Analisa Komponen (MAK) dan Metode Manual Desain Perkerasan (MDP) 2013. Masing-masing dari metode tersebut telah diaplikasikan dalam perhitungan tebal perkerasan jalan di Indonesia. Dalam penelitian ini akan dilakukan perbandingan untuk menganalisa dua dari metode tersebut agar didapatkan perencanaan tebal perkerasan yang lebih efisien dan ekonomis dan sesuai dengan kondisi lapangan dan lingkungan. Tujuan dari penelitian ini adalah membandingkan tebal perkerasan lentur yang dihitung dengan menggunakan metode MAK dan metode MDP 2013 pada ruas jalan Bandara Rembele Kabupaten Bener Meriah. Dari hasil penelitian didapatkan tebal perkerasan masing-masing metode perhitungan yaitu tebal perkerasan dengan Metode MAK untuk lapis permukaan atas (surface) adalah 8 cm, lapis pondasi atas (base course) 40 cm, pondasi bawah (subbase course) 20 cm, dan untuk tebal timbunan pilihan sebesar 50 cm. Sedangkan tebal perkerasan dengan metode MDP 2013 untuk lapisan AC-WC adalah 4 cm, lapis AC-BC 6 cm, dan lapisan AC-Base 14,5 cm, serta untuk tebal lapisan LPA sebesar 30 cm. Hasil tebal perkerasan lentur dari kedua metode menunjukkan metode MDP 2013 lebih efisien dan ekonomis, dilihat dari segi biaya dan umur rencana yang telah diperhitungkan.
PENGARUH LIMBAH BATU BARA SEBAGAI FILLER TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL DAN INDEK KEKUATAN SISA (IKS) PADA CAMPURAN ASPAL BETON AC-WC Rachman, Firmansyah; Syammaun, Tamalkhani; Heikal, Fadjra
Tameh Vol. 8 No. 1 (2019): JURNAL TEKNIK SIPIL
Publisher : University of Muhammadiyah Aceh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37598/jv3xze23

Abstract

Penambangan batubara di Indonesia banyak menghasilkan limbah berupa abu batubara. Salah satunya ialah Batubara yang terdapat di Nagan Raya, memiliki kandungan silika (Si O2) lebih banyak daripada jenis lainnya. Berdasarkan literatur, penggunaan sulfur dalam campuran beraspal dapat meningkatkan stabilitas Marshall. Penelitian ini dilakukan untuk mendukung penelitian sebelumnya tentang filler dan untuk memperbaik mutu dalam campuran beraspal. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh abu batubara sebagai filler terhadap karakteristik dan indeks kekuatan sisa pada campuran aspal beton AC-WC. Penelitian ini menggunakan metode marshall dan indeks kekuatan sisa (IKS). Aspal yang digunakan penelitian ini merupakan aspal pertamina Pen 60/70 dengan penambahan limbah abu batubara pada variasi 0%, 1%, 2%, 3%, 4% dan 5% sebagai filler. Pelaksanaan penelitian dimulai dengan pengambilan material lalu dilanjutkan dengan sifat-sifat fisis agregat sehingga dapat diketahui apakah memenuhi spesifikasi yang ditetapkan. Pada penelitian ini banyak benda uji/sampel KAO sebanyak 25 buah benda uji. Dengan memperoleh kadar aspal 6,1 yang bakal dipakai pada 6 variasi dimana pervariasi 5 sampel benda uji. Untuk variasi yang menggunakan abu batubara yaitu sebanyak 30 buah benda uji satu diantara benda uji akan dilakukan indek kekuatan sisa (IKS). Jadi jumlah total benda uji yang dibuat yaitu sebanyak 55 benda uji. Hasi penelitian menunjukkan peggunaan abu batubara sebagai filler pada parameter marshall semuanya memenuhi spesifikasi begitu juga dengan indeks kekuatan sisa (IKS) dimana > 80 sehingga hasil nilai tertinggi pada IKS yaitu pada variasi 3% dengan nilai 102.50.
PERBANDINGAN METODE GREENSHIELD DAN GREENBERG PADA RUAS JALAN JENDERAL AHMAD YANI TERHADAP PENGARUH KARAKTERISTIK LALU LINTAS Syammaun, Tamalkhani; Rachman, Firmansyah; Nanditha, Dwi Murza Nanditha
Tameh Vol. 9 No. 2 (2020): JURNAL TEKNIK SIPIL
Publisher : University of Muhammadiyah Aceh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37598/b4t43754

Abstract

Setiap tahun pertumbuhan penduduk dan jumlah kendaraan terus meningkat sehingga menimbulkan persoalan terhadap tundaan pergerakan arus lalu lintas. Pada Jalan Jenderal Ahmad Yani Kota Langsa tundaan pergerakan terjadi karena jalan tersebut berada pada daerah perkotaan sehingga terdapat fasilitas umum seperti perkantoran, rumah sakit, sekolah dan lain-lain. Selain itu tundaan pergerakan juga terjadi karena adanya hambatan samping seperti kendaraan yang parkir pada badan jalan. Hal ini tentu saja berpengaruh terhadap karakteristik lalu lintas seperti bertambahnya volume lalu lintas, berkurangnya kecepatan dan meningkatnya kepadatan. Ketiga parameter tersebut yang menentukan nilai matematis kapasitas jalan yang dianalisis menggunakan metode Greenshield dan Greenberg. Dari pemodelan tersebut maka diperoleh nilai koefisien determinasi (R²) tertinggi yaitu 0,852 untuk hubungan kecepatan dengan kepadatan, kemudian diperoleh nilai R2 tertinggi 0,986 untuk hubungan volume dengan kepadatan dan nilai R2 tertinggi 0,750 untuk hubungan volume dengan kecepatan. Setelah mendapatakan nilai hubungan matematis antar kedua model, kemudian menentukan volume maksimum dari kedua model. Nilai volume maksimum (VM) menggunakan model Greenshield adalah sebesar 3652,95 smp/jam dan nilai volume maksimum (VM) menggunakan model Greenberg adalah sebesar 434033,692 smp/jam. sehingga dari nilai VM tersebut dapat disimpulkan bahwa model Greenberg lebih baik dibandingkan model Greenshield.
Optimization of Construction Material Inventory Using Material Requirement Planning Rani, Hafnidar A.; Syammaun, Tamalkhani; Rachman, Firmansyah; Amin, Jurisman; Mahzarullah, Mahzarullah
Jurnal Linears Vol. 8 No. 1 (2025): Jurnal LINEARS
Publisher : Universitas Muhammadiyah Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26618/j-linears.v8i1.17116

Abstract

ABSTRAK: Pengelolaan persediaan material yang efisien sangat penting dalam proyek konstruksi untuk menghindari keterlambatan, pembengkakan biaya, serta kekurangan dan kelebihan material. Penelitian ini menyelidiki optimalisasi pengelolaan persediaan material menggunakan metode Material Requirements Planning (MRP), dengan fokus pada teknik Lot Sizing—Lot for Lot (LFL) dan Part Period Balancing (PPB). Studi kasus dilakukan pada pembangunan Kantor Kementerian Agama di Banda Aceh. Penelitian ini menargetkan material beton bertulang, seperti semen, pasir, dan besi tulangan, yang merupakan bahan penting bagi proyek tersebut. Data primer dikumpulkan melalui observasi lapangan dan wawancara, sementara data sekunder diperoleh dari dokumentasi proyek, termasuk Bill of Materials (BOM), jadwal, dan rincian biaya. Dengan menggunakan MRP, penelitian ini menghitung kebutuhan material, jadwal pengadaan, dan biaya untuk teknik LFL dan PPB. Hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik LFL secara signifikan mengurangi biaya dan meningkatkan efisiensi dibandingkan dengan metode PPB. Pada lantai pertama, teknik LFL menghasilkan penghematan biaya sekitar 51,9% dibandingkan dengan metode PPB. Demikian pula, untuk lantai kedua, penghematan biaya sekitar 72,2%. Penelitian ini menyimpulkan bahwa teknik LFL merupakan teknik yang optimal untuk pengelolaan persediaan material dalam proyek konstruksi, memastikan ketersediaan material tepat waktu dan biaya penyimpanan minimal. Temuan ini memberikan kerangka praktis untuk meningkatkan efisiensi pengadaan dan menawarkan wawasan berharga bagi proyek konstruksi di masa depan yang ingin mengurangi biaya dan meningkatkan keandalan penjadwalan.ABSTRACT: Efficient material inventory management is critical in construction projects to avoid delays, cost overruns, and both shortages and surpluses of materials. This study investigates the optimization of material inventory management using the Material Requirements Planning (MRP) method, focusing on Lot Sizing techniques—Lot for Lot (LFL) and Part Period Balancing (PPB). A case study was conducted on the construction of the Ministry of Religious Affairs Office in Banda Aceh. The research targeted reinforced concrete materials, such as cement, sand, and rebar, which are crucial for the project. Primary data was collected through field observations and interviews, while secondary data was obtained from project documentation, including the Bill of Materials (BOM), schedules, and cost breakdowns. Using MRP, the study calculated material requirements, procurement schedules, and costs for both LFL and PPB techniques. The findings revealed that the LFL technique significantly reduces costs and improves efficiency compared to the PPB method. For the first floor, the LFL technique resulted in a cost saving of approximately 51.9% compared to the PPB method. Similarly, for the second floor, the cost savings were around 72.2%. This study concluded that LFL is the optimal technique for material inventory management in construction projects, ensuring timely availability and minimal storage costs. These findings provided a practical framework for improving procurement efficiency and offered valuable insights for future construction projects seeking to reduce costs and enhance scheduling reliability.
Evaluating the Effects of Travel Time and Cost on Mode Choice in Transportation System Ruslan; Rachman, Firmansyah; Abdullah, Zulfhazli
Disaster in Civil Engineering and Architecture Vol. 2 No. 2: October 2025
Publisher : Popular Scientist

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.70028/dcea.v2i2.59

Abstract

Mode choice in transportation is influenced by factors such as comfort, safety, travel time, cost, and reliability, with most commuters in Banda Aceh preferring private vehicles due to flexibility and efficiency. Travel time and travel cost are identified as major barriers preventing people from switching to public transport, which is often considered less attractive. While studies abroad examine elasticity from multiple perspectives, research in Indonesia has mainly focused on vehicle attributes. The objective of this paper is to analyze the elasticity of travel time and travel cost for users of private vehicles and public transportation. The study employs a binary probit model to estimate elasticity values, utilizing data from a Stated Preference survey of transportation users. The results show that both trip attributes and individual characteristics significantly influence transport mode choice. Longer travel distances, higher travel time, and increased operating costs raise the likelihood of choosing public transport, while being male and having higher education also increase the tendency to select it. Conversely, motorcycle ownership strongly favors private mode choice, and holding a valid driver’s license is an important determinant of travel behavior. The elasticity analysis further reveals that reducing travel and access times for the TransK bus could significantly increase its usage, while policies restricting private vehicle use, such as the odd-even system, may also encourage shifts toward public transport. The study concludes that mode choice in Banda Aceh is mainly driven by travel time, with TransK highly responsive to time improvements, while private vehicles dominate despite cost changes. Encouraging public transport use requires faster, more reliable bus services and restrictions on private vehicle advantages.