Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Analisis Semiotika Ferdinand De Saussure Pada Konten Dakwah Ustaz Abdullah Gymnastiar di Media Sosial Instagram ramdani, fauziah; Tasruddin, Ramsiah; Zelfia
Tabayyun Vol 5 No 2 (2025): Tabayyun
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah dan Komunikasi Islam Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61519/tby.v5i2.80

Abstract

Media sosial telah menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan di era digital. Media sosial dengan berbagai jenisnya menyajikan berbagai akses informasi berisi pesan atau teks-teks dengan maknanya yang plural.  Akses kemudahan dalam berkomunikasi  tanpa adanya sekat ruang dan waktu bagi para penggunanya juga menjadi bagian yang menarik bagi pengguna media sosial Instagram.  Penelitian ini membahas tentang konten dakwah ustaz Abdullah Gymanastiar  dengan analisis pada teks-teks dakwah menggunakan pendekatan semiotika Ferdinand De Saussure. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif dengan studi pengumpulan data studi pustaka (library research). Observasi secara online juga dilakukan dengan  mengidentifikasi isi konten dakwah yang dishare di platform media instagram ustadz Abdullah Gymnastiar. Hasil penelitian menunjukkan meliputi: (1) media sosial instagram yang digunakan Abdullah Gymnastiar yang  berisi  7.910 konten dakwah diantaranya memuat pesan-pesan dakwah yang sarat dengan realitas kehidupan sehari-hari. Seperti tentang hakekat kehidupan dunia dan hal-hal yang berkaitannya dikemas dalam bentuk konten dakwah baik berupa ayat, hadis maupun quote. (2) Analisis konten dakwah mengggunakan teori tentang tanda De Saussure menunjukkan bahwa disebut penanda atau signifier dalam konten dakwah Abdullah Gymnastiar merujuk pada diksi yang ditulis, warna dan gambar yang digunakan. Adapun Petanda atau Signified merupakan konsep/makna yang terkandung dalam penanda tersebut yang bebas makna atau multi tafsir. (3) Konten dakwah tersebut menunjukkan bahwa penanda dan petanda  memiliki hubungan makna yang logis dan kesepakatan sebuah tanda  pada konten dakwah Abdullah Gymnstiar menunjukkan adanya prinsip sinkronik, dimana ada penyesuian unsur ruang dan waktu untuk mendapatkan makna yang kuat dan konten dakwah tersebut.
CULTURAL COMMUNICATION IN BUGIS SOCIETY IN PROCESS OF MARRIAGE CUSTOMS IN PANGKEP REGENCY Hadawiah; Zelfia
Jurnal Komunikasi dan Bisnis Vol. 11 No. 1 (2023): May
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Institut Bisnis dan Informatika Kwik Kian Gie

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46806/jkb.v11i1.972

Abstract

Cultural communication in the Bugis community in the customary process of marriage in Pangkep Regency is a marriage first carried out in the procession as a tradition, customs and characteristics of the region, as well as the identity of the community in describing themselves. The purpose of this study is to find out how cultural communication in the tradition of the community in Bugis in the district in Pangkep. The theory used in this research is Herber Blumer symbolic interaction, this theory emphasizes more on human interaction on the meaning and symbols and meanings that exist in an object. The research method used is the phenomelogical research method. The results of the study that cultural communication in the customary process of marriage in the Bugis Pangkep community in South Sulawesi passed three stages, namely the stage before the marriage, the marriage stage and the stages after the wedding which that humans perform actions based on the meanings that exist in something. The first stage is after marriage. In this process the meaning can be obtained for the social interactions carried out by others, obtained at the second stage of the marriage stage, and the third stage of the stage after marriage. The meaning of perfected is obtained after social intraction is ongoing. The meaning of social intraction as a society that has values in every activity in the customs of marriage as cultural communication for the next generation.