MADARHAKAD
Unknown Affiliation

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Pembacaan Terhadap Keluaran 18:13-27 dengan Mempertimbangkan Teori Konflik Sosial Menurut Dean G . Pruitt dan Jeffrey Z. Rubin, Sebagai Tantangan Kepemimpinan Kristen Mengelola Konflik Membangun Perdamaian MADARHAKAD
LOKO KADA TUO: Jurnal Teologi Kontekstual dan oikumenis Vol. 2 No. 1 (2025): Maret 2025
Publisher : SEKOLAH TINGGI TEOLOGI MAMASA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.70418/58j5g744

Abstract

Konflik merupakan salah satu realitas kehidupan sosial umat manusia, dahulu, kini dan yang akan datang. Dengan demikian setiap orang seharusnya mampu menghadapi sekaligus mengelola konflik. Tentu banyak hal dan faktor yang dapat membantu kita dalam rangka menghadapi sekaligus mengelola konflik. Alkitab antara lain menyaksikan dan mengajarkan bagaimana mengelola  konflik berdasarkan hikmat Allah dan melalui peran dan keterlibatan langsung umat manusia di dalamnya. Kemampuan mengelola konflik dalam rangka membangun perdamaian merupakan tugas tanggungjawab sekaligus tantangan setiap pemimpin. Pemimpin masyarakat sekaligus pemimpin gereja dituntut untuk mampu dan terampil mengelola konflik demi terwujudnya kedamaian hidup. Kemampuan dan keterampilan mengelola konflik membangun perdamaian juga merupakan salah satu tantangan kepemimpinan Kristen. Pruitt dan Rubin adalah dua orang pemikir Psikologi yang handal dan telah menulis banyak buku. Salah satu buku mereka  berjudul “Teori Konflik Sosial” yang diterbitkan Pustaka Pelajar, tahun 2004. Buku tersebut akan menjadi salah satu referensi utama dalam kajian ini. Kajian ini bertujuan untuk mendalami dan mendeskripsikan pembacaan Keluaran 18:13-27 kaitannya dengan teori konflik sosial menurut Pruitt dan Rubin sebagai suatu tantangan kepemimpinan Kisten dalam rangka mengelola konflik untuk membangun perdamaian. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif deskriptif berdasarkan studi kepustakaan. Penulis melakukan kajian teks melalui pembacaan Keluaran 18:13-27 dan selanjutnya menganalisis buku-buku dan jurnal yang relevan dengan pokok kajian. Tulisan ini diharapkan dapat berkontribusi dan menghasilkan pokok-pokok pikiran yang konstruktif dan bermanfaat untuk setiap pemimpin Kristen menjawab tantangan dalam hal mengelola konflik demi membangun perdamaian.
Pandangan Alkitabiah Mengenai Kerukunan dan Asas-asas Toleransi di Mamasa Terkait Poin-poin Pemikiran Th. Sumartana MADARHAKAD
LOKO KADA TUO: Jurnal Teologi Kontekstual dan oikumenis Vol. 2 No. 2 (2025): September 2025
Publisher : SEKOLAH TINGGI TEOLOGI MAMASA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.70418/lkt.v2i2.92

Abstract

Tulisan ini menguraikan pandangan Alkitabiah tentang kerukunan dan asas-asas toleransi sebagai dasar kehidupan bersama umat manusia. Alkitab menegaskan bahwa Allah adalah sumber damai sejahtera dan menghendaki umat hidup rukun, harmonis, serta saling menghargai. Kisah Menara Babel (Kej. 11) menunjukkan bahwa perpecahan merupakan akibat dosa, sementara Allah menghendaki persatuan yang kudus. Panggilan Abraham (Kej. 12) menekankan peran umat percaya sebagai saluran berkat bagi semua bangsa. Mazmur 133 menegaskan bahwa hidup rukun membawa berkat. Nubuat Yesaya 2 memaparkan visi damai universal tanpa peperangan. Dalam Perjanjian Baru, Matius 5 menegaskan panggilan orang percaya sebagai pembawa damai melalui Kristus, Sang Raja Damai. Dengan demikian, kerukunan dan toleransi bukan sekadar wacana sosial, melainkan kehendak Allah yang harus diwujudkan dalam kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat, hingga bangsa. Perbedaan agama, suku, dan budaya merupakan kekayaan yang memperkaya kehidupan bersama. Hidup rukun dan toleran adalah kebutuhan mendasar sekaligus panggilan iman bagi setiap orang percaya.
Kajian Historis-Teologis  Decade To Overcome  Violence Oleh Dewan Gereja-Gereja Se-Dunia Dan Relevansinya Terhadap Teori Multikulturalisme Menurut John Rawls Dan Charles Taylor STEPANUS; MADARHAKAD
LOKO KADA TUO: Jurnal Teologi Kontekstual dan oikumenis Vol. 1 No. 2 (2024): September 2024
Publisher : SEKOLAH TINGGI TEOLOGI MAMASA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.70418/2fen0a74

Abstract

Pada dekade 2001-2010, Dewan Gereja-Gereja se-Dunia mencanangkan Decade to Overcome Violence (DOV) sebagai wujud nyata kerinduan sekaligus tanggungjawab gereja mewujudkan harapan dan kebutuhan masyarakat internasional membangun perdamaian dunia berdasarkan keadilan. Dalam hal ini gereja sebagai persekutuan orang-orang percaya kepada Yesus Kristus, terpanggil sekaligus bertanggungjawab mengambil bagian dalam upaya menghapuskan kekerasan demi mewujudkan perdamaian yang menyeluruh dan abadi. Sebagai bagian dari persekutuan orang percaya, setiap orang percaya juga terpanggil sekaligus bertanggungjawab menghapuskan kekerasan dan membangun perdamaian. Penulis melihat adanya relevansi mengenai pemahaman Dewan Gereja-Gereja se-Dunia dengan dicanangkannya DOV tersebut,  dengan teori multikulturalisme yang digagas dua orang pemikir yakni  John Rawls dan Charles Taylor. Relevansi yang dimaksudkan dalam hal ini, terkait pentingnya peranan manusia sebagai individu sekaligus peranan manusia sebagai kolektifitas selaku mahluk sosial yang memang sangat dibutuhkan dalam upaya umat manusia membangun perdamaian berdasarkan keadilan. Menghapuskan kekerasaan dalam rangka membangun  perdamaian adalah harapan, dambaan dan kebutuhan setiap orang sekaligus kebutuhan bersama umat manusia kapan dan dimanapun.