Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

LOGOS IN JOHN 1: 1-18 As an Analysis of The Implications of Logos for Christian Religious Education Sendow, Mieke Nova; Tarumingi, Denny Adri; Tewu, Peggy Sandra; Ratag, Linda Patricia
Educatio Christi Vol 6 No 1 (2025): Januari 2025
Publisher : UPT Penelitian Fakultas Teologi Universitas Kristen Indonesia Tomohon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.70796/educatio-christi.v6i1.152

Abstract

Logos is a term known to many Christians. The word logos is expressed by humans, translated from Greek meaning: word, saying, message or word. The word Word also refers to what dwells in the human mind such as; mind, reason or logic. The problem is that many people discuss and write about logos theologically but no one has written about logos who have become human beings and are present in the midst of Jewish society to educate and teach. This research aims to explore the meaning of logos that have become human in Jesus Christ based on the Gospel of John 1:1-18 and raise its implications for Christian Religious Education. The research method used to answer this problem is a qualitative research method with literature study work that supports a historical criticism approach to the text. From this discussion, the author offers the result as a new perspective that the church needs to implement the meaning of the logos, through Christian education for the congregation.
The Lord's Prayer as a Model of Prayer; A Hermeneutical Study of Matthew 6:5–15 Karundeng, Karli Williams; Tewu, Peggy Sandra
Abdurrauf Science and Society Vol. 1 No. 2 (2025): Abdurrauf Science and Society
Publisher : Yayasan Abdurrauf Cendekia Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.70742/asoc.v1i2.206

Abstract

This paper is a hermeneutic study of the prayer taught by Jesus to His disciples based on the Gospel of Matthew 6:5-15. The main question in this study is how was the model of prayer taught by Jesus to his disciples? According to Matthew, this prayer formula was given by Jesus on His own initiative after He criticized the wrong understanding and practice of prayer among Judaism. This study uses a descriptive qualitative approach, where the data obtained is in the form of explanations of concepts or texts and not numbers. These data were obtained from literature studies, especially through exegetical studies of Bible manuscripts. The analysis concludes that Jesus provided a new paradigm of prayer through the Lord's Prayer as a model of prayer for His disciples. The prayer model includes several essential elements, starting from the prayer address, worship, petition and doxology. The end of this study is a conclusion about how God's servants should follow the way of prayer taught by Jesus, especially the simple but clear and concise prayer pattern, which consists of the prayer address, worship, petition and doxology.
Kerajaan Allah dan Polarisasi Politik Kristen: Telaah Teologis Berdasarkan Injil Matius Manampiring, Putri Yuni; Tewu, Peggy Sandra
Theosebia: Jurnal Teologi, Pendidikan Agama Kristen dan Psikospiritual Vol 2 No 2 (2025): August
Publisher : PT. Giat Konseling Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.70420/theosebia.v2i2.175

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dimensi Kerajaan Allah dalam Injil Matius serta implikasinya terhadap polarisasi politik di kalangan umat Kristen. Dalam konteks sosial-politik yang semakin terbelah, pemahaman teologis mengenai Kerajaan Allah menjadi penting untuk menolong gereja bersikap kritis dan profetik. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode analisis teologis-biblis, studi literatur, serta kajian kontekstual di Kota Tomohon, Sulawesi Utara. Data dianalisis secara deskriptif-interpretatif untuk menggali makna teologis dan relevansinya terhadap persoalan kekinian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kerajaan Allah dalam Injil Matius dipahami sebagai pemerintahan ilahi yang menuntut pertobatan, pembaruan hidup, dan komitmen moral, sekaligus menghadirkan dimensi eklesiologis, eskatologis, dan etis yang transformatif. Nilai-nilai kasih, keadilan, kerendahan hati, dan rekonsiliasi yang diajarkan Yesus terbukti relevan sebagai alternatif terhadap budaya politik yang sarat permusuhan dan identitas eksklusif. Gereja dipanggil untuk tidak terjebak dalam politik partisan, tetapi tampil sebagai komunitas profetik yang menghadirkan suara alternatif, membangun persaudaraan lintas perbedaan, dan menjadi agen perdamaian. Kesimpulannya, penelitian ini menegaskan urgensi bagi gereja untuk merekonstruksi pemahaman dan praktik politiknya sesuai dengan visi Kerajaan Allah, sehingga dapat berfungsi sebagai garam dan terang dunia di tengah masyarakat yang terpolarisasi.
LUKAS 19:1-10 SEBAGAI PEDOMAN MENGATASI STIGMA TERHADAP ORANG-ORANG BERTUBUH PENDEK Watung, Christie Debora; Tewu, Peggy Sandra; Suwetja, I Ketut
Imitatio Christo : Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Vol. 1 No. 3 (2025): Jurnal Imitatio Christo - Edisi September
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Kristen Arastamar Grimenawa Jayapura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.63536/imitatiochristo.v1i3.23

Abstract

Stigma terhadap orang-orang yang bertubuh pendek merupakan bentuk diskriminasi fisik yang seringkali tidak disadari dalam masyarakat, tetapi sangat berdampak terhadap harga diri, integrasi sosial dan kesempatan hidup dalam berbagai aspek kehidupan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji teks Lukas 19:1-10 sebagai dasar teologis dan sosial yang dapat digunakan untuk merumuskan pendekatan inklusif guna mengatasi stigma dalam masyarakat. Masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana perjumpaan dan penerimaan Yesus terhadap Zakheus dapat menjadi pedoman dalam membangun perspektif yang inklusif terhadap orang-orang bertubuh pendek. Dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif dan kerja tafsir terhadap teks. Temuan penelitian menunjukkan bahwa dalam Lukas 19:1-10, Yesus secara terbuka menerima Zakheus, tidak dilihat dari fisik maupun masa lalunya tetapi melihat hati dan usahanya. Teks ini memberikan pedoman yang sangat berharga menghadapi kehidupan masyarakat yang memiliki kecenderungan menilai seseorang berdasarkan fisiknya saja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Lukas 19:1-10 dapat menjadi pedoman untuk membentuk sikap gereja dan masyarakat yang lebih inklusif, guna mendorong dan memperkuat nilai-nilai penerimaan dalam relasi sosial maupun pelayanan.
A Pastoral Theological Study Of Faithfulness Tested Through Relational Wounds And Rehabilitation In A Trauma-Informed Perspective Tintingon, Angel Ribka; Tewu, Peggy Sandra
International Journal of Education, Information Technology, and Others Vol 8 No 3.A (2025): International Journal of Education, information technology   and others (On Pro
Publisher : Peneliti.net

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

In human connections, loyalty serves as the bedrock, frequently challenged by acts of disloyalty, letdowns, and emotional scars from relationships. Such injuries inflict not just psychological pain but also disrupt one's spiritual equilibrium, leading to a profound loss of confidence in self, fellow beings, and even the divine. From a Christian viewpoint, concepts of fidelity and treachery are framed within the promise of healing through Christ's boundless affection. This investigation seeks to examine the interplay of steadfastness under strain from interpersonal harms and its mending process, guided by a pastoral theology attuned to trauma. Employing a qualitative methodology centered on literary review, information is gathered from scriptural passages, writings on pastoral divinity, insights from trauma psychology, and modern analyses of ecclesiastical practices. Proceeds descriptively and analytically, juxtaposing doctrinal concepts with trauma viewpoints to forge a practical framework for pastoral application. Findings reveal that tested loyalty transcends mere moral concerns, intertwining deeply with the essence of one's belief system. Pastoral theology stresses that mending relational breaches should anchor in unwavering devotion to the Almighty, acknowledging that complete human reconciliation may remain elusive. A trauma-sensitive pastoral strategy proves apt, as it prioritizes establishing secure environments, weaving in elements of devotion and ritual, and viewing absolution as an ongoing journey rather than a swift mandate. Within the Reformed GMIM framework, such relational afflictions are seen as facets of flawed humanity, yet redeemable into avenues for spiritual maturation via divine mercy. Ultimately, this inquiry underscores that authentic renewal surpasses simple interpersonal mending, evolving into a holistic life metamorphosis grounded in the Lord's enduring compassion and reliability.
Peran Roh Kudus dalam Yohanes 14:16-26 Sebagai Landasan Hidup Bagi Pemuda Kristen Yang Mengalami Insecure Kaligis, Kardia; Tewu, Peggy Sandra
Educatio Christi Vol 6 No 2 (2025): Juli 2025
Publisher : UPT Penelitian Fakultas Teologi Universitas Kristen Indonesia Tomohon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.70796/educatio-christi.v6i2.196

Abstract

Penelitian ini ditujukan untuk menelusuri dan mendalami peran Roh Kudus dalam Yohanes 14:16–26 sebagai landasan hidup bagi pemuda yang mengalami rasa insecure. Insecure merupakan perasaan tidak aman, takut, dan ragu terhadap diri sendiri yang umum dialami oleh generasi muda masa kini. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi pustaka, di mana penulis menganalisis perikop Yohanes 14:16–26 melalui pendekatan hermeneutika tematik dan mengaitkannya dengan literatur teologi serta realitas kehidupan pemuda kontemporer. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Roh Kudus berperan sebagai Penghibur, Penolong, dan Pemberi damai yang menyertai orang percaya. Kehadiran Roh Kudus memberikan kekuatan spiritual, ketenangan batin, dan keyakinan identitas diri dalam Kristus. Dengan demikian, pemuda yang mengalami insecure dapat memperoleh keteguhan dan pengharapan melalui relasi pribadi dengan Roh Kudus.
PERINGATAN SUPAYA JANGAN MURTAD: Kajian Hermeneutik Ibrani 5:11-14-6:1-8 dan Relevansinya Bagi Jemaat GMIM Imanuel Laikit Tintingon, Angel Ribka; Tewu, Peggy Sandra
Educatio Christi Vol 4 No 1 (2023): Januari 2023
Publisher : UPT Penelitian Fakultas Teologi Universitas Kristen Indonesia Tomohon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.70796/educatio-christi.v4i1.97

Abstract

Artikel ini membahas tentang peringatan supaya tidak murtad dan menekankan betapa pentingnya kedewasaan rohani dalam memperkuat iman dan menolak godaan dosa. Jemaat modern dihadapkan pada tantangan serupa seperti jemaat yang ditulis dalam kitab Ibrani, yaitu godaan untuk meninggalkan iman karena berbagai alasan seperti penganiayaan, kebingungan teologis, atau godaan dosa. Peringatan ini juga menegaskan tentang karakter Allah yang adil dan kudus, yang akan memberikan hukuman yang adil bagi mereka yang sengaja meninggalkan iman. Jemaat modern dipanggil untuk bertahan dalam iman mereka, tidak tergoda untuk meninggalkan iman meskipun diperhadapkan dengan tekanan atau kesulitan. Peringatan keras tentang bahaya meninggalkan iman setelah mengetahui kebenaran, Analogi tentang tanah yang menyerap hujan, menghasilkan tanaman yang bermanfaat atau berduri, menunjukkan pilihan antara keselamatan atau kebinasaan. Jemaat diajak untuk menghindari godaan murtad dengan memperdalam hubungan mereka dengan Tuhan dan hidup sesuai dengan ajaran-Nya.
Perkawinan yang Berkenan: Kajian Hermeneutik Kritik Historis Berdasarkan 1 Korintus 7:1-16 dan Implikasinya Bagi Jemaat Sangian, Eiffel; Tewu, Peggy Sandra
Educatio Christi Vol 5 No 1 (2024): Januari 2024
Publisher : UPT Penelitian Fakultas Teologi Universitas Kristen Indonesia Tomohon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.70796/educatio-christi.v5i1.118

Abstract

This article is about marriage and divorce. This letter was written by Paul to the church in Corinth. Paul emphasized the importance of maintaining the sanctity of marriage and avoiding fornication. He also offered a solution for married couples to stay away from each other by mutual consent for a while, in case of problems in their marriage. Paul reminds us that divorce is not a way out. The article entitled "Marriage Pleasing to God" teaches the attitude of love, respect, and appreciation in living a harmonious Christian family relationship but also the fear of God. And invite every individual, including congregations, married families to prioritize common interests. In the context of the congregation, by reflecting the message of "Marriage that is pleasing to God" in the practice of church and family life, we can create a more harmonious family relationship, oriented towards the ministry of love for the common good.
PEMULIHAN HOLISTIK DALAM LUKAS 8:40–48: TAFSIR TEOLOGIS ATAS MISI YESUS BAGI KAUM TERMARGINALKAN Pontoh, Andrew Otto Sergius; Tewu, Peggy Sandra
EKKLESIA: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol. 4 No. 1 (2025): November 2025
Publisher : STT Ekklesia Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.63576/ekklesia.v4i1.155

Abstract

Abstract: This article analyzes Luke 8:40–48 with a focus on Jesus’ act of restoring the woman who had suffered from chronic bleeding for twelve years as a form of holistic restoration encompassing physical, social, and spiritual dimensions. In the context of first-century Jewish society, the woman was considered unclean and experienced both social and religious exclusion. Using a qualitative approach with narrative-critical and socio-historical methods, this study highlights how Luke presents Jesus as the Messiah who transcends social and religious boundaries to manifest God’s saving love in its fullness. Drawing on modern interpretive theories from Stephen D. Moore, Joel B. Green, Barbara E. Reid, Mary H. Schertz, and Dedi Bili Laholo, this research demonstrates that the healing event is not merely a physical miracle but a theological symbol of liberation and inclusivity within the Kingdom of God. Theologically and pastorally, this study affirms the church’s calling to embody Jesus’ love through inclusive, empathetic, and holistic ministry one that not only proclaims spiritual salvation but also restores human dignity and builds solidarity with the marginalized. Abstrak: Artikel ini menganalisis Lukas 8:40–48 dengan fokus pada tindakan Yesus yang memulihkan perempuan yang menderita pendarahan selama dua belas tahun sebagai bentuk pemulihan holistik yang mencakup dimensi fisik, sosial, dan spiritual. Dalam konteks masyarakat Yahudi abad pertama, perempuan tersebut dianggap najis dan mengalami keterasingan sosial serta religius. Melalui pendekatan kualitatif dengan metode kritik naratif dan sosio-historis, penelitian ini menyoroti bagaimana Lukas menampilkan Yesus sebagai Mesias yang melampaui batas-batas sosial dan religius untuk menghadirkan kasih Allah yang menyelamatkan secara utuh. Dengan memanfaatkan teori-teori tafsir modern dari Stephen D. Moore, Joel B. Green, Barbara E. Reid, Mary H. Schertz, dan Dedi Bili Laholo, kajian ini menunjukkan bahwa peristiwa penyembuhan tersebut tidak sekadar mukjizat fisik, tetapi simbol teologis pembebasan dan inklusivitas Kerajaan Allah. Secara teologis dan pastoral, penelitian ini menegaskan panggilan gereja masa kini untuk meneladani kasih Yesus melalui pelayanan yang inklusif, empatik, dan holistik yang tidak hanya berfokus pada keselamatan rohani, tetapi juga memulihkan martabat manusia dan membangun solidaritas dengan kaum termarginalkan.