Fransisca Tjandrasih Adji
Universitas Sanata Dharma

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Sejarah Kekuasaan di Magelang: Era Klasik hingga Kolonial Heri Priyatmoko; S.R.L. Aji Sampurno; Fransisca Tjandrasih Adji
Prosiding Vol 4 (2022): SNISTEK
Publisher : LPPM Universitas Putera Batam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Magelang was already old, long before the Dutch held the reins. Recorded in a number of inscriptions, Magelang had been favored by Mataram Kuno rulers due to the consideration of its prolific nature and location, in the center of Java. The local term “pakuning tengah pulo Jawa” (nail in the center of Java) is a cultural fact that confirms the geographical position of Magelang. Authority turnover did not make Magelang overturned by rulers. Mataram Islam assigned Magelang as their granary because of its good vegetation due to being surrounded by Mount Merapi, Merbabu, Sumbing, Sindoro, Andong, Ungaran, Telomoyo, and Menoreh. As a negaragung (core area) of Mataram Islam, Magelang had become agricultural product supplier. In 1817, Dutch East Indies government established Kedu as a separate residency. A year later, Magelang was made as the capital of Kedu Residency. In 1906, Magelang was appointed as an autonomous city. In 1926, Magelang gained status of stadsgemeente (town municipality) and had the right to regulate its own domestic. History of authority shows territorial changes in Magelang which adjusts the rulers’ interests from time to time.
Pengembangan Augmented Reality Spot Wisata Sejarah melalui Kegiatan Pengabdian Masyarakat di Desa Wisata Pentingsari Anastasia Rita Widiarti; Robertus Adi Nugroho; Kartono Pinaryanto; Fransisca Tjandrasih Adji
E-Dimas: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Vol 15, No 4 (2024): E-DIMAS
Publisher : Universitas PGRI Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26877/e-dimas.v15i4.16694

Abstract

Desa Pentingsari merupakan sebuah desa wisata, di lereng Gunung Merapi Yogyakarta, yang sudah dikenal masyarakat baik di tingkat nasional maupun internasional. Selain menawarkan keindahan alam, desa wisata ini juga menawarkan tempat-tempat bersejarah. Permasalahan yang dijumpai di Desa Pentingsari adalah kurangnya penggunaan teknologi digital dalam promosi potensi wisata yang ada. Salah satu teknologi terkini yang menarik untuk digunakan adalah Augmented Reality (AR). Akan tetapi, teknologi ini belum dikenal dengan baik oleh pengelola maupun masyarakat Desa Pentingsari. Program Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) ini bertujuan untuk mengenalkan teknologi AR kepada pengelola wisata dan masyarakat Desa Pentingsari khususnya para pemuda. Metode pelaksanaan kegiatan PkM ini mengombinasikan pengenalan teknologi AR dan pengembangan aplikasi AR. Beberapa tahapan dilakukan, mulai dari identifikasi masalah, survei lokasi spot AR, pengembangan prototipe, pelatihan pengantar teknologi AR dan sosialisasi penerapannya, dan diakhiri dengan evaluasi kegiatan. Berdasarkan evaluasi, peserta pelatihan sangat antusias, bahkan pengelola sudah mempunyai gagasan baru untuk membuat rute wisata alam berbasis teknologi AR. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan PkM ini berhasil mengenalkan teknologi AR kepada pengelola dan masyarakat Desa Pentingsari.