Sri Setyawati
Universitas Andalas

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Musik Orkes Taman Bunga: Pandangan Antropologi Musik Rizqa Gumilang; Sri Setyawati; Syahrizal Syahrizal; Ade Irwandi
Kaganga:Jurnal Pendidikan Sejarah dan Riset Sosial Humaniora Vol. 8 No. 1 (2025): Kaganga: Jurnal Pendidikan Sejarah dan Riset Sosial Humaniora
Publisher : Institut Penelitian Matematika, Komputer, Keperawatan, Pendidikan dan Ekonomi (IPM2KPE)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31539/kaganga.v8i1.13155

Abstract

This study aims to explain the sustainability of Minang Orchestra music today, especially the Taman Bunga Orchestra group in West Sumatra Province. This research method uses a qualitative descriptive approach. Analysis from the perspective of Music Anthropology explains holistically about the sustainability of this group. Counter Hegemony as an analytical tool, what is the background to the selection of the Minang orchestra music genre and the sustainability of this group in facing the music industry. The results of the study show that there is a struggle between the ideology of this group and the market, especially the power of hegemony in the music industry market in Indonesia. The tenacity of its musical ideology is able to survive without disturbing or changing the form of its music. The principle of kinship is the main capital for the sustainability of this music group. The conclusion of this study is that the Taman Bunga Orchestra, also known as the Minang Orchestra, is a group of musicians who use traditional Minang music as the foundation of their music which is influenced by various elements such as rhythm, vocal techniques, and activities related to the event. Keyword: Counter Hegemony, Minang Orchestra Music, Musical Anthropology, Survival.
Makna Simbolik Ritual E’eruk pada Orang Mentawai Agustinus Agustinus; Sri Setyawati; Maskota Delfi
Kaganga:Jurnal Pendidikan Sejarah dan Riset Sosial Humaniora Vol. 7 No. 2 (2024): Kaganga: Jurnal Pendidikan Sejarah dan Riset Sosial Humaniora
Publisher : Institut Penelitian Matematika, Komputer, Keperawatan, Pendidikan dan Ekonomi (IPM2KPE)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31539/kaganga.v7i2.12068

Abstract

Penelitian ini membahas tentang makna simbolik ritual atau Puliaijat E’eruk yang merupakan salah satu pranata sosial religius masyarakat Mentawai yang berusaha menjalin komunikasi dengan alam gaib atau roh. Penelitian ini dilakukan di Desa Matotonan, Siberut Selatan, Kabupaten Kepulauan Mentawai. Metode yang digunakan adalah pendekatan kualitatif etnografi dengan menggunakan teori makna simbolik Victor Turner. Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengamatan, observasi partisipasi, wawancara mendalam, dokumentasi dan audiovisual, dan studi literatur. Hasil penelitian menunjukkan temuan peneliti sebanyak 26 simbol yang terdapat dalam pelaksanaan ritual E’eruk (pembersihan diri) salah satunya adalah daun aileleppet (daun ungu/Graptophyllum sp) yang digunakan oleh sikerei sebagai simbol kesejukan. Simbol-simbol tersebut sebagai representasi kehidupan masyarakat Mentawai khususnya di Rereiket dan sekaligus sebagai identitas kebudayaan masyarakat Mentawai. Simpulan penelitian ini menunjukkan bahwa melalui ritual E’eruk masyarakat Mentawai menjaga keseimbangan alam serta cara beradaptasi dengan gejala alam, lingkungan dan spiritual yang dilakukan melalui ritual yang sakral. Kata Kunci: Arat Sabulungan, Makna Simbolik, Mentawai, Puliaijat E’eruk.