Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Hubungan Durasi Kerja Dan Postur Kerja Dengan Keluhan Nyeri Punggung Bawah Pada Pekerja Kantoran Putri, Mutiara Amelia; Andriyani, Andriyani; Sekarputri, Ayunda Larasati
Barongko: Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 3 No. 3 (2025): Barongko : Jurnal Ilmu Kesehatan (Juli)
Publisher : Asosiasi Guru dan Dosen Seluruh Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59585/bajik.v3i3.662

Abstract

Low back pain (LBP) is one of the most common health problems among office workers, especially those with long working hours and unergonomic sitting postures. Many work responsibilities must be completed so that the time to rest and return to work is uncertain. This study aims to analyze the relationship between work duration and work posture with NPB complaints in office workers and the factors that influence them. The method used is literature review by reviewing 15 journals that discuss the risk factors of NPD. The results of the analysis showed that work duration exceeding 8 hours and poor sitting posture had a significant correlation with an increased risk of NPD. In addition, several other factors contribute to the incidence of NCD, such as age, workload, and work attitude. Older workers are at higher risk of NBP due to reduced bone elasticity and muscle stability. Heavy workloads and long working hours cause muscle fatigue, which increases complaints of NBP. Unergonomic work attitudes, such as bending or sitting that are not ideal, also increase the risk of musculoskeletal disorders. Prevention can be done through the application of ergonomic principles and good working time management to reduce musculoskeletal risks.
Pengaruh Faktor Cuaca (Curah Hujan, Kelembapan, dan Suhu) Terhadap Kejadian DBD Dissa Nur Olivia; Suherman; Sekarputri, Ayunda Larasati
Health & Medical Sciences Vol. 2 No. 3 (2025): May
Publisher : Indonesian Journal Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47134/phms.v2i3.412

Abstract

Demam Berdarah Dengue menjadi masalah kesehatan yang besar bagi masyarakat belum lagi ditambah karena pengaruh perubahan cuaca yang dapat mempengaruhi perkembangan nyamuk Aedes Aegypti. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh faktor perubahan cuaca terhadap kejadian DBD yang marak di seluruh dunia. Metode analisis yang digunakan adalah kajian literatur serta menggunakan jurnal terbit 5 tahun terakhir dengan Google Scholar, PubMed, dan ScienceDirect. Waktu pelaksanaan pekerjaan dimulai dari bulan Maret-April. Hasil penelitian ini berfokus pada pengaruh perubahan cuaca seperti suhu, udara, dan curah hujan dalam perkembangbiakan nyamuk Aedes Aegypti. Faktor suhu sekitar 25-30 derajat celcius yang cocok untuk tempat telur nyamuk, faktor curah hujan yang tidak tinggi dan terus menerus bisa menjadi peluang untuk tempat perindukannya karena banyak genangan air sebagai media, dan kelembaban yang paling cocok dengan perkembangan nyamuk itu sekitar lebih dari 60% tidak kurang dari itu. Perubahan faktor cuaca sangat mempengaruhi siklus hidup nyamuk bisa menjadi lebih cepat perkembangbiakannya bisa juga justru menghambat perkembangbikannya.  
Kajian Literatur Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) Rahma, Nur Aini Luthfia; Suherman; Sekarputri, Ayunda Larasati
Galen: Jurnal Riset Ilmu Farmasi dan Kesehatan Vol. 1 No. 2 (2025): Galen: Jurnal Riset Ilmu Farmasi dan Kesehatan
Publisher : PT Pustaka Cendekia Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.71417/galen.v1i2.11

Abstract

Demam Berdarah Dengue (DBD) ialah Kejadian Luar Biasa (KLB) global nan kompleks dan dipengaruhi oleh berbagai faktor. Pembahasan ini merangkum literatur terkait faktor-faktor risiko DBD yang meliputi lingkungan (biologi, fisik, dan tempat perindukan nyamuk Aedes aegypti), karakteristik individu (usia, jenis kelamin, status gizi), perilaku masyarakat (kebiasaan menggantung pakaian, kepadatan hunian, PSN), pengetahuan, sikap, tindakan pencegahan, serta peran pelayanan kesehatan dan informasi. Hasil kajian menunjukkan bahwa lingkungan yang mendukung perkembangbiakan nyamuk, kerentanan individu, perilaku yang meningkatkan kontak dengan vektor, kurangnya kesadaran dan tindakan pencegahan yang optimal, serta akses informasi dan peran petugas kesehatan yang belum maksimal berkontribusi terhadap kejadian DBD. Oleh karena itu, pencegahan dan pengendalian DBD memerlukan pendekatan multisektoral yang terintegrasi, meliputi perbaikan lingkungan, perubahan perilaku, peningkatan kesadaran melalui edukasi yang efektif, penguatan peran kader kesehatan dan akses informasi, serta mempertimbangkan aspek sosial ekonomi masyarakat. Penelitian lebih lanjut yang kontekstual diperlukan untuk mengidentifikasi faktor risiko dominan di tingkat lokal guna menyusun kebijakan dan intervensi yang lebih tepat sasaran.