Background: Diabetes mellitus is a non-communicable disease with a rising global prevalence and is a serious problem in Indonesia, including in rural areas. Low public awareness of risk factors, symptoms, and prevention is a major challenge. Community-based health education has proven effective in increasing knowledge and preventive behaviors. Therefore, an educational intervention was conducted in Kuta Krueng Village to improve public health literacy about diabetes and encourage healthy lifestyle changes. Purpose: To increase community knowledge in identifying and anticipating diabetes mellitus. Methods: The activity was conducted in Kuta Krueng Village, Pidie Jaya, on July 5, 2025, from 9:30 a.m. to 11:30 a.m. WIB, with 30 respondents participating in educational activities and health screenings. This activity used a one-group pre-test and post-test design, with the intervention providing education on recognizing, preventing, and anticipating diabetes mellitus early. Analysis of pre-test and post-test questionnaire data was used to systematically measure changes in community knowledge following the education. Results: The mean age of participants was 37.6 years, with a standard deviation of 13.3 years, and they ranged from 20 to 60 years. The majority of participants were aged 30 to 39, with 10 (33.3%). Most participants were female, with 22 (73.3%). The highest level of education for participants was junior high school or high school, with 17 (56.7%), and the majority of participants were married, with 18 (60.0%). There was an increase in participants' knowledge level, from 5 (16.7%) to 18 (60.0%). The average knowledge score increased to 11.73 after education, with a mean difference of -3.13 and a p-value of 0.000. Conclusion: Diabetes mellitus education activities have been shown to significantly increase participants' knowledge and broaden their understanding of the definition, etiology, risk factors, and prevention, as well as encourage behavioral changes towards a healthy lifestyle. With its easy-to-understand methods, this program is worthy of being used as a model for preventive and promotive education in efforts to control non-communicable diseases in other regions. Suggestion: Diabetes mellitus education needs to be continued and expanded to high-prevalence areas, involving health workers, cadres, and community leaders. The material should be tailored to the local context, delivered in an engaging manner, and supported by ongoing monitoring through Posbindu (Community Health Posts) and routine check-ups to foster a community that is aware and independent in diabetes prevention. Keywords: Diabetes mellitus; Early prevention; Health education; Public awareness Pendahuluan: Diabetes melitus merupakan penyakit tidak menular dengan prevalensi global yang terus meningkat dan menjadi masalah serius di Indonesia, termasuk di daerah pedesaan. Rendahnya kesadaran masyarakat tentang faktor risiko, gejala, dan pencegahan menjadi tantangan utama. Edukasi kesehatan berbasis komunitas terbukti efektif dalam meningkatkan pengetahuan dan perilaku pencegahan. Oleh karena itu, dilakukan intervensi edukatif di Desa Kuta Krueng untuk meningkatkan literasi kesehatan masyarakat tentang diabetes dan mendorong perubahan gaya hidup sehat. Tujuan: Meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam mengidentifikasi dan mengantisipasi tentang kejadian diabetes melitus. Metode: Kegiatan dilaksanakan di Desa Kuta Krueng, Pidie Jaya, tanggal 5 Juli 2025, dimulai pukul 09.30 WIB hingga 11.30 WIB, dengan responden sebanyak 30 orang yang mengikuti kegiatan edukatif dan skrining kesehatan. Kegiatan ini menggunakan disain one grup pre-test dan post-test dengan intervensi berupa pemberian edukasi tentang mengenali, cara mencegah dan mengantisipasi kejadian diabetes melitus sejak dini. Analisa data kuesioner pre-test dan post-test digunakan untuk mengukur secara sistematis perubahan pengetahuan masyarakat setelah dilakukan edukasi. Hasil: Menunjukkan bahwa usia rata-rata peserta adalah 37.6 tahun, dengan standar deviasi 13.3 tahun, dan dalam rentang usia 20-60 tahun. Mayoritas peserta berusia 30-39 tahun yaitu sebanyak 10 (33.3%). Sebagian besar peserta berjenis kelamin perempuan sebesar 22 (73.3%). Tingkat pendidikan terakhir peserta paling banyak pada SMP–SMA yaitu 17 (56.7%), dan sebagian besar peserta dengan status menikah 18 (60.0%). Terdapat peningkatan tingkat pengetahuan para peserta dalam kategori baik yaitu dari 5 (16.7%) menjadi 18 (60.0%). Rata-rata skor pengetahuan meningkat menjadi 11.73 setelah edukasi, dengan selisih rata-rata sebesar -3.13 dan mendapatkan pValue=0.000. Simpulan: Kegiatan edukasi diabetes mellitus terbukti secara signifikan meningkatkan pengetahuan dan memperluas pemahaman peserta tentang definisi, etiologi, faktor risiko, dan pencegahan, serta mendorong perubahan perilaku menuju pola hidup sehat. Dengan metode yang mudah dipahami, program ini layak dijadikan model edukasi preventif dan promotif dalam upaya penanggulangan penyakit tidak menular di wilayah lain. Saran: Edukasi diabetes mellitus perlu dilanjutkan dan diperluas ke wilayah prevalensi tinggi dengan melibatkan tenaga kesehatan, kader, dan tokoh masyarakat; materi disesuaikan konteks lokal, disampaikan secara menarik, serta didukung pemantauan berkelanjutan melalui Posbindu dan pemeriksaan rutin untuk membentuk masyarakat yang sadar dan mandiri dalam pencegahan diabetes.