Tingkat ketaatan penderita Tuberkulosis (TBC) dalam menjalani terapi Obat Anti Tuberkulosis (OAT) masih menjadi hambatan utama di wilayah Kabupaten Batu Bara. Ketidakpatuhan ini berisiko mengurangi efektivitas pengobatan dan memicu timbulnya resistensi terhadap obat. Studi ini bertujuan untuk menilai sejauh mana penyuluhan melalui media audiovisual mampu meningkatkan kepatuhan minum OAT, sekaligus merancang pendekatan praktis yang dapat diimplementasikan di fasilitas layanan primer seperti Puskesmas. Penelitian memakai desain kuasi eksperimen dengan model one group pre-test and post-test. Populasi mencakup seluruh pasien TBC yang terdaftar sepanjang tahun 2024, dan dipilih 30 orang sebagai sampel yang hadir dalam sesi edukasi pada 4 Maret 2025. Penilaian kepatuhan dilakukan menggunakan instrumen MMAS-8, yang diberikan sebelum dan satu pekan setelah intervensi edukasi. Materi video dikembangkan secara kontekstual untuk menjelaskan penyakit TBC paru serta urgensi kepatuhan terhadap pengobatan. Pengolahan data mencakup analisis univariat, bivariat menggunakan uji t, dan analisis lanjutan melalui regresi logistik. Temuan menunjukkan peningkatan kepatuhan yang signifikan pasca intervensi audiovisual (p = 0,003). Dua aspek yang paling memengaruhi kepatuhan adalah jenis pekerjaan (p = 0,021) dan beban biaya pengobatan (p = 0,015), yang mengindikasikan adanya pengaruh yang bermakna dari kondisi sosial ekonomi terhadap perilaku kepatuhan pasien. Berdasarkan hasil tersebut, disarankan agar media audiovisual dijadikan sarana edukasi rutin di Puskesmas, khususnya bagi pasien dengan keterbatasan finansial. Dibandingkan dengan metode ceramah konvensional, pendekatan ini terbukti lebih menarik, mudah dipahami, dan dapat meningkatkan keterlibatan pasien dalam pengobatan. Hasil ini dapat menjadi rujukan dalam merancang program edukatif berbasis media di lini pelayanan kesehatan dasar, terutama untuk pengendalian kasus TBC.