Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Reinterpretasi Tradisi Islam: Larangan Menikah Di Bulan Muharram (Suro) Dalam Adat Jawa Khusaini, Muhammad; Yusman, Armanda; Ali, Zezen Zainul; Adila, Queen
Realita: Jurnal Penelitian dan Kebudayaan Islam Vol. 22 No. 2 (2024): Jurnal Realita: Jurnal Penelitian dan Kebudayaan Islam
Publisher : LP2M Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kediri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30762/realita.v22i2.480

Abstract

The prohibition against marrying in the month of Muharram (Suro) is a deeply rooted belief among Javanese communities, including Muslims in Pakuan Baru Village, Pakuan Ratu Subdistrict, Way Kanan Regency. Although Islam does not explicitly forbid marriage in Muharram, local customs—passed down through generations—consider this month inauspicious for wedding ceremonies. This study aims to reinterpret the tradition of prohibiting marriage during Muharram in light of Islamic teachings and Javanese cultural values. Employing a descriptive qualitative approach, the research collects data through field observations, interviews with community members, religious leaders, and local elders. Findings indicate that the prohibition is still strongly upheld due to reverence for ancestral customs and the perception of Muharram as a sacred and solemn month. While this belief aligns with the Javanese ethic of spiritual caution, it also reflects a syncretic understanding that merges Islamic reverence for sacred time with local cultural interpretations. The study offers a reinterpretation that encourages critical reflection on inherited traditions while promoting harmony between religious doctrine and cultural expression
Reinterpretasi Tradisi Islam: Larangan Menikah Di Bulan Muharram (Suro) Dalam Adat Jawa Khusaini, Muhammad; Yusman, Armanda; Ali, Zezen Zainul; Adila, Queen
Realita: Jurnal Penelitian dan Kebudayaan Islam Vol. 22 No. 2 (2024): Jurnal Realita: Jurnal Penelitian dan Kebudayaan Islam
Publisher : LP2M Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kediri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30762/realita.v22i2.480

Abstract

The prohibition against marrying in the month of Muharram (Suro) is a deeply rooted belief among Javanese communities, including Muslims in Pakuan Baru Village, Pakuan Ratu Subdistrict, Way Kanan Regency. Although Islam does not explicitly forbid marriage in Muharram, local customs—passed down through generations—consider this month inauspicious for wedding ceremonies. This study aims to reinterpret the tradition of prohibiting marriage during Muharram in light of Islamic teachings and Javanese cultural values. Employing a descriptive qualitative approach, the research collects data through field observations, interviews with community members, religious leaders, and local elders. Findings indicate that the prohibition is still strongly upheld due to reverence for ancestral customs and the perception of Muharram as a sacred and solemn month. While this belief aligns with the Javanese ethic of spiritual caution, it also reflects a syncretic understanding that merges Islamic reverence for sacred time with local cultural interpretations. The study offers a reinterpretation that encourages critical reflection on inherited traditions while promoting harmony between religious doctrine and cultural expression
The Dynamics of Women's Involvement in the Formulation of Islamic Family Law in Indonesia: Analysis of Law No. 1 of 1974 Adila, Queen; Ahmad, Zamzami
Jurnal Mediasas: Media Ilmu Syari'ah dan Ahwal Al-Syakhsiyyah Vol. 8 No. 2 (2025): Jurnal Mediasas: Media Ilmu Syariah dan Ahwal Al-Syakhsiyyah
Publisher : Islamic Family Law Department, STAI Syekh Abdur Rauf Aceh Singkil, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58824/mediasas.v8i2.345

Abstract

This study aims to uncover the history of family law formation in Indonesia, the role of women's groups in the legislative process, and women's efforts to support family law reform based on equality and justice. The research method used is normative legal research or library research, which involves analyzing bibliographic sources or secondary data. The findings of this study indicate that, first, Dutch colonialism influenced marriage law in Indonesia. Second, women had no role in the process of drafting family law, making them a minority and often placing them in stereotypical positions. Third, the standardization of roles in several articles of Law No. 1 of 1974 on Marriage and the Compilation of Islamic Law has driven women to fight for equality through family law reform.   [Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap sejarah pembentukan hukum keluarga di Indonesia, dan peran kelompok perempuan dalam proses legislasi, serta upaya perempuan dalam mendukung reformasi hukum keluarga yang berbasis kesetaraan dan keadilan. Metode penelitian yang digunakan yaitu, penelitian hukum normatif atau penelitian hukum kepustakaan, yang dilakukan dengan cara menganalisis bahan pustaka atau data sekunder. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pertama, kolonialisme Belanda berpengaruh terhadap hukum perkawinan di Indonesia. Kedua, perempuan tidak memiliki peran dalam proses penyusunan hukum keluarga, sehingga mereka menjadi minoritas dan sering ditempatkan dalam posisi stereotip. Ketiga, pembakuan peran dalam beberapa pasal UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan KHI mendorong perempuan untuk memperjuangkan kesetaraan melalui reformasi hukum keluarga..]
Kontekstualisasi Kafa’ah dalam Q.S. Al-Nur Ayat 26 Perspektif Māqaṣid Al-Syari’ah Cum Mubādalah Adila, Queen; Alamsyah, Muhammad Nurravi; Khusaini, Muhammad
MAHAKIM Journal of Islamic Family Law Vol 8 No 2 (2024): July 2024
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kediri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30762/mahakim.v8i2.626

Abstract

Fenomena meningkatnya angka perceraian di Indonesia, yang sebagian besar disebabkan oleh ketidaksesuaian visi dan misi hidup dalam pernikahan, menjadi latar belakang penting dalam mengkaji ulang konsep kafa’ah dalam al-Qur’an, khususnya Q.S al-Nur ayat 26. Permasalahan utama yang dikaji adalah pemahaman penafsiran yang kaku dan kurang kontekstual terhadap ayat tersebut yang selama ini hanya menekankan aspek moral semata, tanpa mempertimbangkan dimensi kesetaraan visi, misi, dan relasi pasangan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan termasuk penelitian kepustakaan (library research) dengan pendekatan doktrinal-normatif. Data dianalisis secara deskriptif-analitis dengan teori maqāṣid al-syari’ah cum mubādalah. Argumen utama artikel ini adalah bahwa pemaknaan kafa’ah seharusnya melampaui batas tekstual dari semata kesepadanan moral menuju relasi timbal balik yang adil, setara, dan kooperatif antara laki-laki dan perempuan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kontekstualisasi kafa’ah dalam Q.S. al-Nur ayat 26 akan lebih bermakna apabila mencakup unsur kesetaraan visi-misi, kemampuan untuk menjalin relasi yang seimbang, serta keterbukaan dalam menerima perbedaan pasangan. Prinsip kesalingan yang menjadi inti pendekatan maqāṣid al-syari’ah cum mubādalah menegaskan pentingnya komitmen bersama (mitsāqan ghalīzhan), relasi kerja sama, musyawarah, kenyamanan emosional dan penerimaan mutual sebagai fondasi rumah tangga. Hasil ini penting karena memberikan paradigma baru dalam membangun keluarga yang maslahat, berbasis pada prinsip keadian gender dan maqāṣid al-syari’ah yang inklusif dan relevan sesuai kebutuhan zaman.