Nuryanto , I Kadek
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Comparison of the Effectiveness of Providing Blanket Warmers, Warm Parenteral Fluids, and Operating Room Temperature Modification in Preventing Perioperative Hypothermia Purwadadi, I Kadek; Agustini, Ni Luh Putu Inca Buntari; Nuryanto , I Kadek; Putri, Ni Made Manik Elisa
Babali Nursing Research Vol. 6 No. 2 (2025): April
Publisher : Babali Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37363/bnr.2025.62459

Abstract

Introduction: Perioperative hypothermia can cause various adverse physiological effects if not prevented. Preventing perioperative hypothermia includes using a blanket warmer, warm parenteral fluid, and operating room temperature modification. The research aimed to compare the effectiveness of blanket warmer, warm parenteral fluid, and operating room temperature modification in preventing perioperative hypothermia. Method: The research design was a true experiment with a posttest-only control design approach. The sample size was 47 for each group, with 188 samples used for the four groups (warmer blanket, warm parenteral fluids, room-modified temperature, and control). This study employed a simple random sampling technique. The instruments used included Standard Operating Procedures (SOP) and an axillary thermometer. The data was collected by filling out an observation sheet, which included observations—and data analysis using the Kruskal-Wallis test. Results: The highest average in preventing hypothermia was observed in the group with operating room temperature modification, with a value of 136.84. The second highest was the blanket warmer group, with an average of 95.59, followed by the warm parenteral fluid group, with an average of 87.20. The control group had the lowest average at 58.3. Conclusion: The group with operating room temperature modification showed a significant difference from the other groups, indicating that this intervention is more effective in preventing perioperative hypothermia.
HUBUNGAN STATUS FUNGSIONAL AKTIVITAS FISIK DENGAN KUALITAS HIDUP PASIEN STROKE NON HEMORAGIC YANG MEMERLUKAN PERAWATAN JANGKA PANJANG DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GIANYAR I Ngr. Andreana T.A, Gst. Agung; Nuryanto , I Kadek; Tri Agustini, Ni Komang
Jurnal Keperawatan Widya Gantari Indonesia Vol 9 No 2 (2025): JURNAL KEPERAWATAN WIDYA GANTARI INDONESIA (JKWGI)
Publisher : Nursing Department, Faculty of Health, Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Status fungsional merupakan kemampuan seseorang dalam menjalani aktivitas sehari-hari secara mandiri. Bagi pasien stroke, penurunan status fungsional dapat menurunkan kualitas hidup, mengurangi produktivitas, dan meningkatkan ketergantungan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan status fungsional aktivitas fisik dengan kualitas hidup pasien stroke non hemoragic yang memerlukan perawatan jangka panjang di Wilayah Kerja Puskesmas Gianyar I karena meningkatnya angka kejadian stroke di daerah ini. Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat analitik korelasi dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Gianyar I. Teknik sampling yang digunakan adalah total sampling mengambil sampel 144 responden. Instrumen yang digunakan untuk mengukur aktifitas fisik adalah Bhartel Indeks dan untuk mengukur kualitas hidup menggunakan kuesioner   SSQOL (Stroke Specific Quality of Life). Analisa bivariat dilakukan dengan uji Spearman-r. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden memiliki ADL ketergantungan ringan yaitu sebanyak 118 responden (81,9%) dan sebanyak 26 responden (18,1%) memiliki ADL yang mandiri. Pada kualitas hidup menunjukkan sebagian besar responden memiliki kualitas hidup baik yaitu sebanyak 127 orang (88,5%), sebanyak 14 orang (9,8%) memiliki kualitas hidup sedang dan 3 orang (2,1%) memiliki kualitas hidup kurang. Hasil uji statistik dengan Spearman rho didapatkan nilai p-value 0,003 yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik dengan kualitas hidup pasien stroke. Hasil dari perhitungan correlation coeficient yaitu (0,246) menunjukan bahwa arah korelasi pada perhitungan yaitu positif dengan kekuatan korelasi yang cukup. Dari hasil penelitian ini diharapkan tenaga kesehatan memberikan edukasi terkait aktivitas fisik pasien stroke agar semakin baik kualitas hidup pasien stroke di puskesmas Gianyar I.