Batik besurek merupakan warisan budaya khas Bengkulu yang dalam praktiknya pewarnaannya masih banyak menggunakan zat pewarna sintetis, yang berpotensi menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan dan lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi potensi tumbuhan lokal sebagai pewarna alami dalam pembuatan batik besurek, serta mengevaluasi kualitas dan ketahanan warnanya berdasarkan standar SNI ISO-105. Penelitian dilakukan dengan pendekatan eksploratif untuk mengidentifikasi tumbuhan lokal berpigmen alami, serta pendekatan eksperimental untuk menguji ketahanan warna hasil pewarnaan terhadap pencucian (ISO 105-C06), penjemuran (ISO 105-B02), dan gesekan (ISO 105-X12). Ekstraksi dilakukan menggunakan teknik maserasi dan boiling treatment, serta diaplikasikan pada kain mori menggunakan 3 jenis mordan yaitu tawas, tunjung, dan kapur sirih. Empat tanaman yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu Hibiscus rosa-sinensis, Archidendron pauciflorum, Bougainvillea sp., dan Curcuma longa yang dikenal mengandung pigmen alami. Hasil menunjukkan bahwa Curcuma longa memiliki ketahanan warna tertinggi, dengan kategori “tidak pudar” untuk semua parameter ISO-105. Sebaliknya, Bougainvillea sp. menunjukkan ketahanan warna terendah, hanya mencapai skor 1-4 pada beberapa uji. Hasil ini menunjukkan bahwa penggunaan pewarna alami berbasis tumbuhan lokal memiliki potensi besar sebagai alternatif ramah lingkungan dalam pembuatan batik besurek. Pendekatan ini mendukung pelestarian lingkungan, pemanfaatan biodiversitas lokal, serta dapat diterapkan dalam pembelajaran kontekstual di sekolah.