Strategi pemasaran up-selling dan cross-selling memainkan peran penting dalam meningkatkan pendapatan apotek dan kualitas pelayanan swamedikasi. Pelayanan swamedikasi adalah salah satu pelayanan farmasi yang berkontribusi penting dalam menampilkan profesionalisme praktik apoteker dan sekaligus meningkatkan laba usaha apotek. Pelayanan swamedikasi menjadi alternatif utama bagi masyarakat yang memerlukan pengobatan untuk keluhan gejala ringan, karena lebih efisien secara waktu dan lebih ekonomis secara finansial dibandingkan dengan ke fasilitas kesehatan seperti klinik dan rumah sakit. Apotek K-24 memiliki strategi up-selling, link-selling, dan cross-selling untuk meningkatkan volume penjualan. Penelitian ini akan melihat tingkat keberhasilan strategi up-selling dan cross-selling dalam pelayanan swamedikasi dan mengetahui gambaran kasus keluhan pasien yang mendapatkan pelayanan swamedikasi di Apotek K-24 Besi Yogyakarta. Metode penelitian digunakan metode deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Populasi dan sampel penelitian adalah semua pelayanan swamedikasi dari 18 November sampai 18 Desember 2024. Analisis data kuantitatif dengan persentase untuk menentukan keberhasilan strategi up-selling dan cross-selling dan jenis kasus dalam pelayanan swamedikasi. Data kualitatif berupa wawancara menggunakan kuesioner untuk mendapatkan data pendukung. Hasil penelitian menunjukkan keberhasilan rata-rata strategi up-selling dan cross-selling pada pelayanan swamedikasi sebesar 63,5%. Keberhasilan ini ditentukan oleh faktor kemampuan tenaga kefarmasian dalam menggali informasi dari pasien, product knowledge, serta kelengkapan varian obat dan produk pendukung. Kasus batuk, pilek, alergi menjadi keluhan pasien yang paling banyak (30,7%) diikuti demam (20,8%) karena faktor cuaca mempengaruhi tren keluhan pasien dalam pelayanan swamedikasi. Penelitian ini menunjukkan pentingnya peningkatan kemampuan tenaga kefarmasian secara terus-menerus.