Penelitian ini mengkaji pemahaman masyarakat Desa Balirejo terhadap kesenian Kuda Lumping dalam perspektif akidah Islamiah. Kesenian tradisional ini menghadapi dilema antara pelestarian budaya dan kepatuhan terhadap nilai-nilai Islam, khususnya terkait dengan praktik mistis yang menyertainya. Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis langkah-langkah pementasan kesenian Kuda Lumping dan mengidentifikasi nilai-nilai akidah Islamiah yang terkandung di dalamnya. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain fenomenologi, melibatkan informan yang terdiri dari tiga pelaku kesenian, dua tokoh agama, dan dua tokoh masyarakat. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam, observasi partisipatif, dan dokumentasi. Analisis data menggunakan model interaktif Miles dan Huberman dengan tahapan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Validitas data dipastikan melalui triangulasi sumber dan metode. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pementasan Kuda Lumping di Desa Balirejo memiliki lima tahapan utama: persiapan ritual, pembukaan dengan tari tradisional, adegan trance, aksi atraktif, dan penutup. Dari perspektif akidah Islamiah, kesenian ini mengandung nilai-nilai positif seperti ilahiah imaniah, ilahiah ubudiah, dan ilahiah muamalah yang tercermin dalam lagu-lagu sholawat dan doa-doa perlindungan. Namun, praktik pemanggilan roh dan konsumsi minuman keras dalam pementasan menjadi aspek yang dipandang bertentangan dengan akidah Islam. Penelitian ini berkontribusi pada pemahaman komprehensif tentang negosiasi antara tradisi budaya dan nilai-nilai agama dalam masyarakat Muslim Indonesia, khususnya dalam konteks kesenian tradisional yang mengandung unsur mistis.