Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Pagit-Pagit sebagai Tanda Budaya: Analisis Semiotika Tipologi Tanda Charles Sanders Pierce terhadap Kuliner Khas Suku Karo Ayu Eka Prasetyawati; Elvira Eninta Br Ginting; Chindy; Adibah Agustini; Najwa Fitri Sahira
Jejak digital: Jurnal Ilmiah Multidisiplin Vol. 1 No. 4 (2025): JULI
Publisher : INDO PUBLISHING

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.63822/3mkvz998

Abstract

Penelitian ini membahas makna semiotic dalam kuliner tradisional Suku Karo, yaitu Pagit-Pagit, melalui pendekatan tipologi tanda dari Charles Sanders Pierce: ikon, indeks, dan simbol. Pagit-Pagit merupakan makanan berbahan dasar isi rumen hewan ruminansia yang diolah dengan rempah-rempah khas, dan memiliki peran penting dalam berbagai ritual dan upacara adat. Penelitian dilakukan dengan metode kualitatif melalui analisis pustaka. Hasil analisis menunjukkan bahwa Pagit-Pagit lebih menonjol sebagai indeks dan simbol budaya daripada ikon, karena mengindeks hubungan masyarakat Karo dengan lingkungan agraris dan menyimbolkan identitas serta nilai-nilai budaya lokal. Kajian ini menegaskan pentingnya pelestarian makanan tradisional sebagai sarana komunikasi budaya dan memperkuat solidaritas etnis.
Pelanggaran Maksim Grice dalam Sketsa Komedi Digital: Studi Pragmatik pada Video Main Hakim Sendiri Adibah Agustini; Ayu Eka Prasetyawati; Chindy; Elvira Eninta Br Ginting; Najwa Fitri Sahira
Jejak digital: Jurnal Ilmiah Multidisiplin Vol. 1 No. 4 (2025): JULI
Publisher : INDO PUBLISHING

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.63822/n3khpf68

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pelanggaran maksim percakapan menurut teori Paul Grice dalam sketsa komedia digital Main Hakim Sendiri di YouTube, khususnya dalam episode “Desta Boiyen Diceramahin Habib Jafar (1/4)”. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan metode analisis teks, penelitian ini mengidentifikasi bagaimana pelanggaran maksim kualitas dan maksim relevansi digunakan untuk menciptakan efek humor. Hasil analisis menunjukkan bahwa pelanggaran maksim kualitas dan relevansi paling dominan digunakan untuk menciptakan kelucuan melalui ketidaksesuaian konteks, absurditas, dan permainan bahasa. Penelitian ini juga membandingkan pola pelanggaran maksim antara komedi sketsa dan stand-up comedy serta menyoroti pentingnya konteks budaya dalam interpretasi humor. Temuan ini memberikan kontribusi terhadap studi pragmatik dan memperkaya pemahaman tentang strategi linguistik humor dalam media digital