Gagal ginjal kronik (GGK) adalah kondisi gangguan fungsi ginjal yang memengaruhi kesehatan secara signifikan. Hemodialisis merupakan metode pengganti fungsi ginjal untuk mengatasi gejala akibat penurunan laju filtrasi glomerulus. Pengaturan asupan protein pasien GGK dengan hemodialisis perlu diperhatikan, karena konsumsi protein yang tinggi dapat memperberat kerja ginjal dalam mengeluarkan sisa metabolisme, sehingga meningkatkan kadar ureum dan kreatinin. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan asupan protein dengan kadar ureum dan kreatinin pada pasien GGK yang menjalani hemodialisis di RSUD Pringsewu tahun 2024. Penelitian menggunakan desain cross-sectional dengan populasi 423 orang dan sampel 36 responden. Penelitian dilakukan di ruang Alamanda, RPDP, RPDW, dan ruang Hemodialisis pada 29 Mei–26 Juni 2024. Data asupan protein dikumpulkan menggunakan formulir Semi Quantitative Food Frequency Questionnaire (SQ-FFQ). Kadar ureum dan kreatinin diperoleh dari hasil laboratorium di buku rekam medis pasien atau pengecekan langsung dengan bantuan perawat dan petugas laboratorium. Analisis data dilakukan menggunakan uji korelasi Spearman. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan bermakna antara asupan protein dengan kadar ureum (p=0,080) maupun kadar kreatinin (p=0,995). Hal ini disebabkan oleh penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG) dan ekskresi urin yang terganggu, sehingga metabolisme protein menghasilkan penumpukan ureum dan kreatinin. Akibatnya, meskipun asupan protein rendah, kadar ureum dan kreatinin tetap tinggi karena penumpukan kembali ke sistem sirkulasi darah.