Firman Zakaria, Chepi Ali
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

TRANSFORMASI ALAT BUKTI ELEKTRONIK MENGGUNAKAN DIGITAL FORENSIK DALAM PEMBAHARUAN HUKUM ACARA PIDANA Fernando, Dennis; Heniarti, Dini Dewi; Firman Zakaria, Chepi Ali
Journal Justiciabelen (JJ) Vol 5, No 01 (2025): January
Publisher : Univeristas Suryakancana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35194/jj.v5i01.5506

Abstract

ABSTRAKPerkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah mendorong pergeseran sistem pembuktian pidana ke arah digitalisasi, di mana bukti elektronik memainkan peran penting dalam mengungkap tindak pidana. Meskipun telah diakui secara normatif dalam UU ITE dan RUU KUHAP, penerapan bukti elektronik masih menghadapi tantangan prosedural, khususnya terkait keabsahan dan integritasnya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis urgensi integrasi digital forensik sebagai syarat formil keabsahan bukti elektronik dalam pembaharuan hukum acara pidana. Metode yang digunakan adalah pendekatan yuridis normatif dengan spesifikasi deskriptif-analitis, yang mengkaji data sekunder berupa peraturan perundang-undangan, literatur hukum, dan studi kasus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiadaan standar operasional prosedur digital forensik menyebabkan inkonsistensi penilaian alat bukti di pengadilan, mengancam kepastian hukum, dan membuka peluang pelanggaran hak terdakwa. Oleh karena itu, reformasi hukum acara pidana harus diarahkan pada penguatan regulasi teknis digital forensik sebagai bagian integral sistem pembuktian pidana di era digital. ABSTRACTThe development of information and communication technology has encouraged a shift in the criminal evidence system towards digitalization, where electronic evidence plays an important role in uncovering criminal acts. Although it has been normatively recognized in the ITE Law and the KUHAP Bill, the application of electronic evidence still faces procedural challenges, especially regarding its validity and integrity. This research aims to analyze the urgency of digital forensic integration as a formal requirement for the validity of electronic evidence in the reform of criminal procedure law. The method used is a normative juridical approach with descriptive-analytical specifications, which examines secondary data in the form of laws and regulations, legal literature, and case studies. The results showed that the absence of standard operating procedures for digital forensics led to inconsistencies in the assessment of evidence in court, threatened legal certainty, and opened up opportunities for violations of defendants' rights. Therefore, criminal procedure law reform should be directed at strengthening the technical regulation of digital forensics as an integral part of the criminal evidence system in the digital era.
Kriteria Trading in Influence Sebagai Tindak Pidana Korupsi Dan Kebijakan Kriminalisasinya Mahmud, Ade; Firman Zakaria, Chepi Ali; Ravena, Dey; Citra, Dhanila; Ismi, Widya
JURNAL USM LAW REVIEW Vol. 7 No. 1 (2024): APRIL
Publisher : Universitas Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26623/julr.v7i1.8540

Abstract

This research aims to analyze the criteria for trading in influence as a criminal act of corruption and develop a criminal policy for trading in influence as part of a criminal act of corruption. The act of trading in influence is corrupt behavior that deviates from morality because it is used to obtain rewards by exploiting or abusing influence, either due to public office or influence arising from political relationships, kinship, closeness, or other relationships. This research method uses a normative and conceptual approach with secondary data sources in the form of articles and books that review theories and doctrines surrounding trading in influence, complemented by secondary data collected through literature and field study techniques and then classified and analyzed qualitatively. The research results show that trading in influence has criteria for corruption, namely that there is a subject who has influence who uses his influence on state officials to abuse his authority with the intention of benefiting the influencer or other people. The criminalization of trading in influence is carried out by revising the law on eradicating corruption. So the estimated novelty value of this research can be used as policy material for drafting a revision of the law on eradication, which will regulate influence trading as part of criminal acts of corruption. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan menganalisis kriteria trading in influence sebagai tindak pidana korupsi dan menyusun kebijakan kriminalisasi tindakan trading in influence sebagai bagian dari tindak pidana korupsi. Perbuatan trading in influence merupakan perilaku koruptif yang menyimpangi moralitas karena digunakan untuk mendapatkan imbalan dengan memanfaatkan atau menyalahgunakan pengaruh baik karena jabatan publik atau pengaruh yang timbul dari hubungan politik, kekerabatan, kedekatan atau hubungan lainnya. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan normatif dan konseptual dengan sumber data sekunder berupa artikel, buku yang mengulas teori dan doktrin seputar trading in influence dilengkapi dengan data sekunder yang dikumpulkan melalui teknik studi kepustakaan dan lapangan lalu diklasifikasi dan dianalisis secara kualitatif. Hasil penelitian menunjukan trading in influence memiliki kriteria sebagai tindak pidana korupsi yaitu adanya subjek pemilik pengaruh yang menggunakan pengaruhnya pada penyelenggara negara untuk menyalahgunakan kewenangannya dengan maksud menguntungkan pemberi pengaruh atau orang lain, kriminalisasi trading in influence dilakukan dengan merevisi UU pemberantasan korupsi. Dengan demikian nilai kebaruan penelitian ini diperkirakan dapat menjadi bahan kebijakan menyusun revisi UU PTPK yang akan mengatur trading in influence sebagai bagian dari tindak pidana korupsi.