Claim Missing Document
Check
Articles

Found 19 Documents
Search

Prinsip Teologi Kristen Pendidikan Orang tua terhadap Anak di Era Revolusi Industri 4.0 Diana, Ruat
BIA Vol 2, No 1 (2019): Juni 2019
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Kristen Negeri Toraja

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (660.691 KB) | DOI: 10.34307/b.v2i1.79

Abstract

This article discusses the role of parents in educating children in the industrial revolution era 4.0 based on Christian principles. The author analyzes several library sources both books and journals related to the topic of discussion. From the results of the analysis of several literature sources, children's education is God's mandate given to parents. Parents have a role to educate them to become mature Christians. Spiritual maturity is the provision for children to face challenges in the era of the industrial revolution. Parents also play a role in educating about love and fairness. Love and fair moral values need to be instilled so that children can compete in a healthy manner in the era of the industrial revolution. The next role is to provide guidance to be able to live in groups. The development of digital media causes behavior changes that become increasingly individualistic, therefore children need to be educated to live in groups because humans cannot escape social life. Education in the era of the industrial revolution was done by example. Children need a model that is a role model for living in the digital age.Abstrak: Artikel ini memembasan tentang peran orang tua mendidik anak di era revolusi industri 4.0 berdasarkan prinsip Kristen. Penulis melakukan analisis beberapa sumber pustaka baik buku maupun jurnal yang terkait dengan topik bahasan. Dari hasil analisis beberapa sumber pustaka, pendidikan anak merupakan mandat Allah yang diberikan pada orang tua. Orang tua memiliki peran untuk mendidik mereka untuk menjadi orang Kristen dewasa. Kedewasaan rohani adalah bekal untuk anak-anak menghadapi tantangan di era revolusi industri. Orang tua juga berperan utnuk mendidik tentang kasih dan adil. Nilai moral kasih dan adil perlu ditanamkan agar anak-anak dapat bersaing secara sehat di era revolusi industri. Peran selanjutnya adalah memberikan bimbingan untuk dapat hidup dalam kelompok. Berkembangnya media digital menyebabkan perubahan perilaku yang menjadi semakin individualistis, oleh sebab itu anak-anak perlu dididik hidup dalam kelompok sebab manusia tidak dapat lepas dari kehidupan sosial. Pendidikan di era revolusi industri dilakukan melalui teladan. Anak-anak membutuhkan model yang menjadi teladan untuk hidup di era digital.
Prinsip Hidup Kristen di Tengah Masyarakat yang Majemuk Diana, Ruat; Katarina, K; Tamara, Yesi; Priskila, Kiki
Veritas Lux Mea (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen) Vol 1, No 2 (2019): Agustus
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Kanaan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (56.457 KB) | DOI: 10.59177/veritas.v1i2.50

Abstract

This article discusses the principles of Christian life in a pluralistic society. Indonesia as a country with a pluralistic society has a diversity that can be used to build a nation. Christians in Indonesia have an important role as citizens to realize the progress of the nation. Through the literature research, the author presents the principles of Christian life in a pluralistic society by reviewing various relevant literature. From the results of the study that the authors did, the authors put forward four important principles that need to be done by Christians including 1) building harmony of life, 2) strengthening the faith in the family environment, 3) displaying love as the fruit of the Holy Spirit, 4) understanding the differences that are characteristic of a pluralistic society. Artikel ini membahas tentang prinsip hidup Kristen di tengah masyarakat majemuk. Indonesia sebagai negara dengan masyarakat majemuk memiliki keragaman yang dapat digunakan untuk membangun bangsa. Umat Kristen di Indonesia memiliki peran penting sebagai warga negara untuk mewujudkan kemajuan bangsa. Melalui penelitian pustaka, penulis mengemukakan prinsip hidup Kristen di tengah masyarakat majemuk dengan mengkaji berbagai literatur yang relevan. Dari hasil kajian yang penulis lakukan, penulis mengemukakan empat prinsip penting yang perlu dilakukan oleh orang Kristen antara lain 1) membangun kerukunan hidup, 2) melakukan penguatan iman dalam lingkungan keluarga, 3) menampilkan kasih sebagai buah Roh Kudus, 4) memahami perbedaan yang merupakan ciri dari masyarakat yang majemuk.
Konsep Alkitab tentang Peran Roh Kudus dalam Penginjilan Ruat Diana; Ayu Rotama Silitonga
Jurnal Teologi Praktika Vol 2, No 1 (2021): Juni
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Tenggarong

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51465/jtp.v2i1.22

Abstract

Pelayanan merupakan suatu kewajiban bagi setiap orang yang percaya, termasuk pelayanan penginjilan. Dalam pelayanan, orang percaya tidak bekerja sendiri, melainkan dengan bantuan dari Kuasa Roh Kudus. Alkitab menjelaskan bahwa Roh Kudus memberikan kuasa bagi setiap orang untuk memberikan kesaksian di seluruh muka bumi. Rumusan masalah dalam penulisan ini ialah bagaimana konsep Alkitab tentang peran Roh Kudus dalam pelayanan penginjilan? Adapun metode yang digunakan penulis adalah  dengan melakukan studi literature melalui sumber buku dan jurnal yang disatukan menjadi sebuah uraian yang baik. Penulis juga melakukan penelitian teologi dan pendidikan Kristen. Hasil dan simpulan dari penulisan ini ialah Alkitab menegaskan bahwa Roh Kudus berperan penting dalam pelayanan penginjilan, dalam memberikan kuasa atas orang percaya. Ada tiga cara yang dipakai Allah dalam pelayanan Roh Kudus khususnya penginjilan dalam Alkitab. Pertama, Allah menggunakan aktivitas Roh Kudus melalui firman-Nya atau Alkitab. Kedua, Allah menggunakan pelayanan Roh Kudus melalui kesaksian orang-orang percaya. Ketiga, Allah juga secara langsung menggunakan pekerjaan Roh Kudus dalam kehidupan orang-orang percaya supaya mereka bertobat dan menerima Kristus.
Keterampilan Kepala Sekolah Sebagai Manajer dalam Perspektif Kepemimpinan Alkitabiah I Putu Ayub Darmawan; Ruat Diana
KINAA: Jurnal Kepemimpinan Kristen dan Pemberdayaan Jemaat Vol. 1 No. 1 (2020): Kinaa: Jurnal Kepemimpinan Kristen dan Pemberdayaan Jemaat. Vol 1, No 1, Juni 2
Publisher : IAKN TORAJA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34307/kinaa.v1i1.5

Abstract

Abstract: Skills are part of the competencies that must continue to be built by leaders, including principals. To be a good leader, values are needed in order to be able to hold onto. Christian leadership values ​​based on the Bible need to be presented to enrich the scientific treasures of Christian education. The author conducted a library research to discuss the topic of principals' skills in the perspective of Christian leadership. In carrying out their duties as leaders, principals need to have conceptual skills as seen in the example of leaders in the Bible. Then the principal must also have human skills because based on the value of Christianity, a Christian leader does not carry out his leadership with an iron fist but rather pay attention to human values. Managerial skills are also an important component in the principal's function as a manager. These skills are basic skills that must also be possessed starting from planning, organizing, moving, and controlling.   Keywords: Skill, Function, Principal, Manager, Christian Leadership   Abstrak: Keterampilan merupakan bagian dari kompetensi yang terus harus dibangun oleh pemimpin, termasuk kepala sekolah. Untuk menjadi pemimpin yang baik diperlukan nilai-nilai yang dianut agar dapat menjadi pegangan. Nilai-nilai kepemimpinan Kristen yang berlandaskan Alkitab perlu disajikan untuk memperkaya khazanah keilmuan pendidikan Kristen. Penulis melakukan penelitian pustaka untuk membahas topik keterampilan kepala sekolah dalam perspektif kepemimpinan Kristen. Dalam menjalankan tugas sebagai pemimpin, kepala sekolah perlu memiliki keterampilan konseptual sebagaimana tampak dalam contoh pemimpin dalam Alkitab. Kemudian kepala sekolah juga harus memiliki keterampilan manusiawi karena berdasarkan nilai kekristenan, seorang pemimpin Kristen tidak menjalankan kepemimpinannya dengan tangan besi melainkan memperhatikan nilai kemanusiaan. Keterampilan manajerial juga merupakan komponen penting dalam  fungsi kepala sekolah sebagai manajer. Keterampilan ini adalah keterampilan dasar yang juga harus dimiliki mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pengerakan, dan pengawasan.   Kata kunci: Keterampilan, Fungsi, Kepala Sekolah, Manajer, Kepemimpinan Kristen
Peran Pembinaan Warga Jemaat Dalam Menghadapi Fenomena Kekerasan Dalam Pacaran Pada Remaja Mariani Harmadi; Ruat Diana
Integritas: Jurnal Teologi Vol 2 No 1 (2020): Integritas: Jurnal Teologi
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Jaffray Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47628/ijt.v2i1.21

Abstract

Violence in courtship is a problem that requires handling from various parties, both partially and structured. The author uses a literature study approach to examine this issue. In this study emphasizes that there is a role for the church in providing guidance to adolescents to reduce the occurrence of violence in courtship. The church needs to provide a forum within the framework of fostering members of the congregation to minimize the occurrence of dating violence.
Penebusan Rut Oleh Boas Sebagai Tipologi Penebusan Kristus Dan Refleksi Bagi Teologi Misi Masa Kini Ruat Diana; Sonny Eli Zaluchu; Deni Triastanti
KAPATA: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 1, No 2 (2020): Desember 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Bethel Ambon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (234.926 KB) | DOI: 10.55798/kapata.v1i2.10

Abstract

This article deals with Boaz's redemption of Ruth as an Old Testament typology in explaining Christ's redemption in the New Testament. The formulation of the research problem is how is the relationship between the redemption of Ruth in the Old Testament and the redemption of Christ and the reflection of today's mission theology? The author uses historical methods (Historical Research) and descriptive methods (Descriptive Research), namely literature studies through supporting books and journals, regarding the redemption of Ruth by Boaz in the Old Testament and explaining Christ's redemption in the New Testament. From the context of redemption (go'el) in the Old Testament, the redeemer must have more ability or strength than someone who is redeemed. Because people who are redeemed are often described as weak or slave. Meanwhile, the context of redemption in the New Testament was immediately carried out by the Lord Jesus Christ through Christ's death on the cross and His resurrection to reveal redemption to all tribes, nations, who exist on earth as weak and sinful creatures, which is also the basis of mission theology for the message. The gospel for all sinners. The redemption made by Christ is not only for one tribe of Israel, but all people have the same right to salvation and redemption to live in union with Christ. Artikel ini membahas tentang penebusan Rut oleh Boas sebagai tipologi Perjanjian Lama dalam menjelaskan penebusan Kristus dalam PerjanjianBaru. Rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana kaitan penebusan Rut dalam Perjanjian Lama dan penebusan Kristus dan refleksi teologi misi masa kini? Penulis menggunakan metode historis (Historical Research) dan metode deskriptif (Descriptive Research) yaitu studi pustaka melalui buku-buku dan jurnal yang mendukung, tentang penebusan Rut oleh Boas dalam Perjanjian Lama dan menjelaskan penebusan Kristus dalam Perjanjian Baru. Dari konteks penebusan (go’el) di dalam Perjanjian Lama,penebusharus memiliki kemampuan atau kekuatan lebih dari seseorang yang ditebus. Karenaorang yang ditebussering digambarkan sebagai orang yang lemah atau budak. Sedangkan konteks penebusan di dalam Perjanjian Baru langsung dilakukan Tuhan Yesus Kristus melalui kematian Kristus di kayu salib dan kebangkitan-Nya untuk menyatakan penebusan kepada semua suku, bangsa, yang ada di bumi sebagai mahkluk yang lemah dan berdosa, yang sekaligus sebagai dasar teologi misi bagi pekabaran Injil bagi semua manusia berdosa. Penebusan yang dilakukan oleh Kristus bukan hanya kepada satu suku Israel saja, tetapi semua orang memiliki hak yang sama untuk mendapatkan keselamatan dan penebusan untuk hidup bersatu dengan Kristus.
Permasalahan Pembinaan Warga Gereja Di Kewari Ruat Diana
Evangelikal: Jurnal Teologi Injili dan Pembinaan Warga Jemaat Vol 2, No 1 (2018): Januari
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Simpson

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (53.742 KB) | DOI: 10.46445/ejti.v2i1.93

Abstract

Ruat Diana, This article discusses the issue of church community development in Kewari. The main focus of this article is the difficulty of fostering church members to the Kewari community. Through this research, the authors describe the factors behind the difficulty of fostering church members in Kewari. These factors are seen from social and historical aspects. The author assesses the importance of exposing it as a reflection in carrying out church community development. The pattern of community life, language differences and the slow adjustment of language, the level of community education, and the beliefs of the community became a factor of difficulty of building church people in Kewari Ruat Diana, Permasalahan Pembinaan Warga Gereja di Kewari. Artikel ini membahas ten-tang permasalahan pembinaan warga gereja di Kewari. Fokus utama dari artikel ini adalah faktor kesulit-an pembinaan warga gereja kepada masyarakat Kewari. Melalui penelitian ini, penulis menggambarkan faktor-faktor yang melatarbelakangi kesulitan pembinaan warga gereja di Kewari. Faktor-faktor tersebut dilihat dari aspek sosial dan sejarah. Penulis menilai pentingnya memaparkan hal tersebut sebagai sebuah refleksi dalam melaksanakan pembinaan warga gereja. Pola hidup masyarakat, perbedaan bahasa dan lambatnya penyesuaian bahasa, tingkat pendidikan masyarakat, dan keyakinan masyarakat menjadi faktor kesulitan pembinaan warga gereja di Kewari.
Tinjauan Psiko-Teologi Terhadap Fenomena Kekerasan Dalam Pacaran Pada Remaja Mariani Harmadi; Ruat Diana
Evangelikal: Jurnal Teologi Injili dan Pembinaan Warga Jemaat Vol 4, No 1 (2020): Januari
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Simpson

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (312.124 KB) | DOI: 10.46445/ejti.v4i1.225

Abstract

Fenomena kekerasan dalam berpacaran bukan hanya terjadi di ruang tertutup atau pribadi saja melainkan sangat mudah ditemukan di ruang publik seperti halaman sekolah, tempat rental komputer, taman, trotoar, kendaraan umum, pada penumpang kendaraan roda dua di tengah lalu lintas. Dan ketika peristiwa itu berlangsung serta disaksikan oleh masyarakat umum, pelaku dan korban tidak merasa terganggu, rikuh, malu, atau berhenti. Padahal kekerasan dalam pacaran di kalangan remaja merupakan salah satu akses kepada kekerasan dalam rumah tangga, apabila hal ini tidak ditangani secara benar sebelum berkelanjutan dengan korban yang mengalami dampak pada fisik, psikis, sosial, moral, ekonomi dan masa depan generasi penerus. Metode yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan mengkaji fenomena kekerasan dalam pacaran dari sudut pandang Alkitab dan psikologi, dimana secara psikologis kekerasan seksual yang terjadi pada masa remaja berdampak negatif bagi pelaku maupun korban kekerasan seksual. Adapun kekerasan pada masa berpacaran dapat disebabkan karena remaja mengalami loncatan akibat gejolak hormon dan pesatnya teknologi informasi. Secara teologis hubungan seks sebelum menikah adalah tindakan merusak kehidupan para pelakunya dan kekerasan pada masa berpacaran merupakan tindakan yang bertentangan dengan konsep imago dei.  The phenomenon of dating violence does not only occur in closed or private spaces but is very easy to find in public spaces such as school yards, computer rental places, parks, sidewalks, public transportation, on two-wheeled vehicle passengers in the middle of traffic. And when the event took place and was witnessed by the general public, the perpetrators and victims did not feel disturbed, uncomfortable, embarrassed, or stopped. Whereas violence in courtship among adolescents is one access to domestic violence, if this is not handled properly before it is sustained with victims who have an impact on the physical, psychological, social, moral, economic and future generations. The method used is descriptive research by examining the phenomenon of dating violence from the perspective of the Bible and psychology, where psychologically sexual violence that occurs during adolescence has a negative impact on perpetrators and victims of sexual violence. The violence during dating can be caused by adolescents experiencing jumps due to hormone fluctuations and rapid information technology. Theologically sex before marriage is an act of destroying the lives of the perpetrators and violence during dating is an action that is contrary to the concept of Imago dei. 
Prinsip Teologi Kristen Pendidikan Orang tua terhadap Anak di Era Revolusi Industri 4.0 Ruat Diana
BIA': Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Kontekstual Vol 2, No 1 (2019): Juni 2019
Publisher : Institut Agama Kristen Negeri Toraja

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34307/b.v2i1.79

Abstract

This article discusses the role of parents in educating children in the industrial revolution era 4.0 based on Christian principles. The author analyzes several library sources both books and journals related to the topic of discussion. From the results of the analysis of several literature sources, children's education is God's mandate given to parents. Parents have a role to educate them to become mature Christians. Spiritual maturity is the provision for children to face challenges in the era of the industrial revolution. Parents also play a role in educating about love and fairness. Love and fair moral values need to be instilled so that children can compete in a healthy manner in the era of the industrial revolution. The next role is to provide guidance to be able to live in groups. The development of digital media causes behavior changes that become increasingly individualistic, therefore children need to be educated to live in groups because humans cannot escape social life. Education in the era of the industrial revolution was done by example. Children need a model that is a role model for living in the digital age.Abstrak: Artikel ini memembasan tentang peran orang tua mendidik anak di era revolusi industri 4.0 berdasarkan prinsip Kristen. Penulis melakukan analisis beberapa sumber pustaka baik buku maupun jurnal yang terkait dengan topik bahasan. Dari hasil analisis beberapa sumber pustaka, pendidikan anak merupakan mandat Allah yang diberikan pada orang tua. Orang tua memiliki peran untuk mendidik mereka untuk menjadi orang Kristen dewasa. Kedewasaan rohani adalah bekal untuk anak-anak menghadapi tantangan di era revolusi industri. Orang tua juga berperan utnuk mendidik tentang kasih dan adil. Nilai moral kasih dan adil perlu ditanamkan agar anak-anak dapat bersaing secara sehat di era revolusi industri. Peran selanjutnya adalah memberikan bimbingan untuk dapat hidup dalam kelompok. Berkembangnya media digital menyebabkan perubahan perilaku yang menjadi semakin individualistis, oleh sebab itu anak-anak perlu dididik hidup dalam kelompok sebab manusia tidak dapat lepas dari kehidupan sosial. Pendidikan di era revolusi industri dilakukan melalui teladan. Anak-anak membutuhkan model yang menjadi teladan untuk hidup di era digital.
Makna Penebusan Dalam Upacara Tiwah Sebagai Pendekatan Kontekstualisasi Injil Ruat Diana; Sabda Budiman; Maharin Maharin
Jurnal Teologi Kontekstual Indonesia Vol 2, No 1 (2021): Juni
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Simpson Ungaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (298.256 KB) | DOI: 10.46445/jtki.v2i1.381

Abstract

Budaya dalam agama Hindu Kaharingan, yaitu budaya Tiwah merupakan sebuah bentuk budaya yang dengan pelaksanaan upacara yang unik. Dalam proses pelaksaannya, upacara tiwah mengandung prosesi yang beragam dan penuh makna. Melalui makna upacara tiwah ini, penulis mengadopsikannya sebagai kontekstualisasi media untuk menyampaikan Injil. Penulis memahami pemahaman makna dan selanjutnya Kristus dalam upacara tiwah yang dilakukan oleh umat Hindu Kaharingan. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan penelusuran pelaksanaan upacara Tiwah melalui wawancara dan literatur yang ada, penulis mengkaji makna dalam upacara Tiwah tersebut yang kemudian disaring dengan metode yang mengubah, dan membuah dan firman Tuhan sebagai tolak ukurnya. Yesus sebagai korban dalam upacara tiwah, Yesus sebagai jalan menuju “Lewu Tatau” , dan Yesus sebagai pengantara antara manusia dan “Ranying Hatalla”. Poin-poin tersebut menjadi hasil pembahasan dalam pendekatan kontekstualisasi Injil dalam upacara Tiwah.