Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

INKUIRI DAN PHET : KOMBINASI AMPUH UNTUK PEMBELAJARAN IPA YANG AKTIF DAN INTERAKTIF DI SMPN 15 KOTA BIMA Anggraini, Alif Tulusiyah; Zulkarnaen, Zulkarnaen
STRATEGY : Jurnal Inovasi Strategi dan Model Pembelajaran Vol. 5 No. 2 (2025)
Publisher : Pusat Pengembangan Pendidikan dan Penelitian Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51878/strategi.v5i2.4956

Abstract

ABSTRACT Through investigative activities involving active student participation, science learning in junior high school plays an important role in shaping students' understanding of natural phenomena and fostering scientific thinking skills. This makes the learning process more dynamic. It is necessary to implement a learning model that can activate student involvement, encourage the development of creative ideas, and provide valuable educational opportunities to improve the quality of the learning process. The purpose of this study was to assess how well PhET (Physics Education Technology) simulations and inquiry-based learning models work together to increase student engagement and interaction in science classes at SMPN 15 Kota Bima. The research methodology used was a quasi-experiment with a one-group pretest-posttest only control group design. Grade VIII students of SMPN 15 Kota Bima in the 2024–2025 academic year participated in this study; there were eight female participants and eight male participants. Tests, questionnaires, and observations were used to obtain data on student interactions and activities. Relevant statistical tests were then used for analysis. Based on the observation sheet, questionnaire, test and research results, it shows a positive influence of the combination of inquiry and PhET on student involvement in the science learning process that has been implemented on very good criteria, as well as its implications for increasing students' understanding of concepts and learning interests as seen from the analysis of the average N-Gain score with moderate criteria. Based on the description above, it can be concluded that inquiry and PhET can be a reference for teachers and other researchers in developing a more innovative and interesting science learning approach. ABSTRAK Melalui kegiatan investigasi yang melibatkan partisipasi aktif siswa, pembelajaran IPA di SMP berperan penting dalam membentuk pemahaman siswa terhadap fenomena alam dan menumbuhkan kemampuan berpikir ilmiah. Hal ini membuat proses pembelajaran jadi lebih dinamis. Diperlukan penerapan model pembelajaran yang dapat mengaktifkan keterlibatan siswa, mendorong pengembangan ide-ide kreatif, serta memberikan kesempatan pendidikan yang bernilai guna meningkatkan kualitas proses pembelajaran. Tujuan atas penelitian ini ialah guna menilai seberapa baik simulasi PhET (Teknologi Pendidikan Fisika) dan model pembelajaran berbasis penyelidikan bekerja sama untuk meningkatkan keterlibatan dan interaksi siswa di kelas IPA di SMPN 15 Kota Bima. Metodologi penelitian yang dipakai ialah eksperimen semu atas desain one-group pretest-posttest only control group design. Siswa kelas VIII SMPN 15 Kota Bima pada tahun ajaran 2024–2025 berpartisipasi dalam penelitian ini; terdapat delapan peserta perempuan dan delapan peserta laki-laki. Tes, kuesioner, dan observasi dipakai guna mendapatkan data tentang interaksi dan aktivitas siswa. Uji statistik yang relevan kemudian digunakan untuk analisis. Berdasarkan lembar observasi, kuesioner, tes dan hasil penelitian memperlihatkan adanya pengaruh positif penggabungan inkuiri dan PhET terhadap keterlibatan siswa dalam proses belajar IPA yang sudah dilaksanakan atas kriteria sangat baik, serta implikasinya terhadap peningkatan pemahaman konsep dan minat belajar siswa dilihat atas analisis rerata skor N- Gain dengan kriteria sedang. Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa inkuiri dan PhET dapat menjadi referensi bagi guru dan peneliti lain dalam mengembangkan pendekatan pembelajaran IPA yang lebih inovatif dan menarik.
PERBANDINGAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN PENDEKATAN KONTRUKTIVISME VERSUS PENDEKATAN TRADISIONAL DALAM MATA PELAJARAN IPA KELAS VII ANGGRAINI, ALIF TULUSIYAH; PUSPITA, RYAN DWI
SCIENCE : Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika dan IPA Vol. 4 No. 4 (2024)
Publisher : Pusat Pengembangan Pendidikan dan Penelitian Indonesia (P4I)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51878/science.v4i4.3841

Abstract

Natural Sciences (IPA) is one of the ten subjects taught at the junior high school level. Effectively teaching Natural Sciences requires an effective learning approach for students to gain meaningful understanding and skills. Before the numerous developments in learning approaches, teachers tended to use traditional approaches such as the lecture method. With the changing landscape of science and technology, various developments in learning approaches have emerged that teachers can utilize. Student-centered learning includes the constructivist approach. The constructivist approach emphasizes that learners must construct and build their own knowledge. This study aims to compare the effectiveness of these two approaches in improving students' learning outcomes in seventh-grade Natural Sciences. The data analysis technique used in this study is descriptive qualitative, to analyze students' activities in the learning process with the constructivist and traditional approaches. Based on the observation sheet and research results, it can be concluded that there are differences between the constructivist and traditional approaches during the learning process and a significant difference between students' learning outcomes using the constructivist and traditional approaches on the main topic of Ecosystems in the seventh grade at SMP Negeri 15 Kota Bima. The constructivist approach has greater potential to improve students' learning outcomes compared to the traditional approach, as students can be actively involved in the learning process, from explaining in their own words, applying concepts to new situations, and demonstrating curiosity about the material they are learning, with the teacher acting as a facilitator for students.. ABSTRAKIlmu Pengetahuan Alam (IPA) ialah salah satu dari sepuluh pelajaran yang terdapat pada tingkat SMP. Dalam memberikan pemahaman Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) memerlukan cara belajar yang efektif bagi siswa agar siswa mendapatkan pemahaman yang bermakna dan memiliki ketrampilan. Sebelum banyaknya perkembangan pendekatan pembelajaran. Dulu guru lebih cenderung menggunakan pendekatan tradisional seperti metode ceramah. Seiring perubahan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, muncullah berbagai perkembangan pendekatan pembelajaran yang bisa digunakan atas seorang guru. Pembelajaran berorientasi pada siswa diantaranya ada pendekatan kontruktivisme. Pendekatan pembelajaran kontruktivisme menekankan bahwa peserta didik diharuskan untuk mengkontruksikan dan membangun penegtahuannya sendiri. Tujuan penelitian ini dilakukan guna membandingkan efektivitas kedua pendekatan tersebut saat menaikkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA kelas VII. Teknik analisis data yang dipakai pada penelitian ini ialah deskriptif kualitatif, guna menganalisis aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dengan pendekatan kontruktivisme dan pendekatan tradisional. Berdasarkan lembar observasi dan hasil penelitian hasil belajar siswa dalam pembahasan bisa diperoleh bahwasannya terdapat ketidaksamaan diantara pendekatan kontruktivisme dan pendekatan tradisional saat proses kegiatan pembelajaran dan ketidaksamaan yang signifikan antara hasil belajar siswa menggunakan Pendekatan kontruktivisme juga pendekatan tradisional atas materi pokok Ekosistem pada kelas VII SMP Negeri 15 Kota Bima. Pendekatan kontruktivisme memiliki potensi yang lebih besar guna menaikkan hasil belajar siswa dibandingkan atas pendekatan tradisional, karena siswa bisa terlibat aktif di kegiatan pembelajaran mulai dari menjelaskan dengan kata – kata sendiri, menerapkan konsep dalam situasi yang baru, dan menunjukkan rasa ingin tahunya terhadap materi yang dipelajarinya, dan guru sebagai fasilitator siswa