Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

ANALISIS MORAL-ETIKA POLITIK DALAM REVISI BATAS USIA CAPRES-CAWAPRES BERDASARKAN MORALITAS IMMANUEL KANT Gaol, Covin Lumban; B. Lena Meo, Yohanes Wilson
JURNAL ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK Vol 5, No 1 (2025): Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Publisher : Universitas Wijaya Kusuma Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30742/juispol.v5i1.4315

Abstract

Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) terkait revisi dan batasan usia calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) telah memicu polemik di masyarakat. Terdapat indikasi bahwa perubahan ini dibuat untuk memperkuat peluang salah satu pasangan calon tertentu untuk maju sebagai cawapres. Penelitian ini bertujuan untuk menelaah nilai-nilai moral yang mungkin telah dilanggar dalam pengambilan keputusan tersebut, khususnya dengan melihatnya melalui perspektif etika Immanuel Kant. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode literatur, dengan mengkaji berbagai referensi pustaka serta studi kasus terkait, didukung oleh data moralitas Kant dan berita-berita yang relevan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan undang-undang ini belum sesuai dengan prinsip moralitas universal Kant, yang menekankan bahwa tindakan baik harus dilakukan atas dasar kebaikan itu sendiri tanpa pamrih atau alasan kepentingan tertentu. Selain itu, penelitian ini mengungkap bahwa prinsip moralitas tampaknya tidak lagi menjadi landasan dalam pembentukan hukum, mengakibatkan aturan-aturan yang cenderung fleksibel terhadap kepentingan kelompok tertentu daripada berorientasi pada kebaikan bersama. Implikasi dari temuan ini menunjukkan adanya potensi penyalahgunaan aturan untuk kepentingan pihak tertentu, yang pada akhirnya dapat merugikan masyarakat luas.Kata Kunci: Konstitusi, Moralitas Kant, Batas Usia Capres-Cawapres, Etika Hukum, Politik
Menjadi Diri Sendiri Di Dunia Yang Terkoneksi Ditinjau Dari Perspektif Kierkegaard Dan Krisis Subjektivitas Digital ., Dendri; B. Lena Meo, Yohanes Wilson; Rohit, Urbanus; Ignasius Koten, Santo; Deva Hexanno, Sirilus Anantha
Seri Filsafat Teologi Vol. 35 No. 34 (2025)
Publisher : Sekolah Tinggi Widya Sasana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35312/serifilsafat.v35i34.272

Abstract

Di era digital yang ditandai oleh konektivitas konstan dan dominasi media sosial, individu, khususnya kaum muda, menghadapi krisis subjektivitas yang mendalam. Identitas sering kali dibentuk oleh tuntutan performatif digital, pencarian validasi eksternal, dan pelarian dari kecemasan eksistensial melalui estetika citra diri. Artikel ini mengkaji krisis tersebut melalui lensa filsafat Søren Kierkegaard, yang menekankan pentingnya subjektivitas otentik, keberanian menghadapi kecemasan, dan relasi personal dengan Yang Mutlak. Dunia digital dibaca sebagai perwujudan dari tahap estetis dalam pemikiran Kierkegaard, di mana individu cenderung menghindari tanggung jawab eksistensial dan terjebak dalam keputusasaan tersembunyi. Dengan menggali tahap-tahap eksistensial—estetis, etis, dan religius—artikel ini mengusulkan pendekatan reflektif terhadap penggunaan teknologi: bukan penolakan, melainkan transformasi. Filsafat Kierkegaard memberikan kerangka untuk membangun subjektivitas otentik di tengah distraksi digital, melalui kesadaran diri, pilihan etis, dan iman yang hidup. Akhirnya, menjadi diri sendiri di era digital memerlukan lebih dari sekadar manajemen citra; ia menuntut integritas batin, keberanian eksistensial, dan kesetiaan terhadap panggilan terdalam manusia.
Peran Kaum Muda dalam Meningkatkan Iman Melalui Katekese Jebar, Sirilus; Darmingtri, Yonas; Melo, Paulus; B. Lena Meo, Yohanes Wilson
Vocat : Jurnal Pendidikan Katolik Vol. 4 No. 1 (2024): Juni 2024
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Katolik Negeri Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52075/vctjpk.v4i1.437

Abstract

This article discusses the role of catechesis in the proclamation of the faith of the Catholic Church, with a focus on youth participation. Catechesis is a form of faith proclamation, with the center being the development and proclamation of faith values about Jesus Christ. This article aims to highlight the relevance of the role of young people in catechesis, as well as the objectives and methods of the proclamation of faith carried out through catechesis. The author uses a methodology through theological reflection, taking into account various aspects of the spiritual life of Catholics such as the experience of God and the understanding of Church teachings. The findings of this article emphasize the important role of young people in the proclamation of faith, both personally and communally. Catechesis is considered an important tool in honing and strengthening the faith of young people, as well as helping them take an active part in proclaiming the teachings of the faith. The novelty of this article is the emphasis on the existence of young people as the vanguard of the Church, who have great potential to bring change and renewal in proclaiming the faith. The relevance of this article lies in the urgency of paying attention to the role of young people in catechesis as an integral part of the Church's mission, as well as the importance of facilitating and supporting their participation in the proclamation of the faith.
Menjadi Diri Sendiri di Dunia Yang Terkoneksi Ditinjau dari Perspektif Kierkegaard dan Krisis Subjektivitas ., Dendri; B. Lena Meo, Yohanes Wilson; Rohit , Urbanus; Koten , Santo Ignasius; Deva Hexanno , Sirilus Anantha
Seri Filsafat Teologi Vol. 35 No. 34 (2025)
Publisher : Sekolah Tinggi Widya Sasana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35312/serifilsafat.v35i34.265

Abstract

Di era digital yang ditandai oleh konektivitas konstan dan dominasi media sosial, individu, khususnya kaum muda, menghadapi krisis subjektivitas yang mendalam. Identitas sering kali dibentuk oleh tuntutan performatif digital, pencarian validasi eksternal, dan pelarian dari kecemasan eksistensial melalui estetika citra diri. Artikel ini mengkaji krisis tersebut melalui lensa filsafat Søren Kierkegaard, yang menekankan pentingnya subjektivitas otentik, keberanian menghadapi kecemasan, dan relasi personal dengan Yang Mutlak. Dunia digital dibaca sebagai perwujudan dari tahap estetis dalam pemikiran Kierkegaard, di mana individu cenderung menghindari tanggung jawab eksistensial dan terjebak dalam keputusasaan tersembunyi. Dengan menggali tahap-tahap eksistensial estetis, etis, dan religius—artikel ini mengusulkan pendekatan reflektif terhadap penggunaan teknologi: bukan penolakan, melainkan transformasi. Filsafat Kierkegaard memberikan kerangka untuk membangun subjektivitas otentik di tengah distraksi digital, melalui kesadaran diri, pilihan etis, dan iman yang hidup. Akhirnya, menjadi diri sendiri di era digital memerlukan lebih dari sekadar manajemen citra; ia menuntut integritas batin, keberanian eksistensial, dan kesetiaan terhadap panggilan terdalam manusia.