Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

KAJIAN SEMANTIK KATA RAHMAH DALAM AL-QUR’AN: STUDI TERHADAP AYAT-AYAT TENTANG HUBUNGAN ANTARMANUSIA Feni Andri Mulyani; Bashori Bashori
Jurnal Intelek Dan Cendikiawan Nusantara Vol. 2 No. 3 (2025): JUNI-JULI 2025
Publisher : PT. Intelek Cendikiawan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Artikel ini mengkaji makna semantik kata rahmah dalam Al-Qur'an dengan fokus pada ayat-ayat yang berhubungan dengan interaksi antarmanusia, yaitu QS. Ar-Rum ayat 21, QS. Al-Hujurat ayat 10, dan QS. Al-Isra ayat 24. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif melalui analisis semantik dan penafsiran tematik dengan merujuk pada Tafsir Al-Misbah karya M. Quraish Shihab. Hasil kajian menunjukkan bahwa rahmah memiliki makna yang kontekstual dan multidimensional: sebagai dasar cinta kasih dalam relasi suami istri, sebagai semangat rekonsiliasi dalam ukhuwah sosial, serta sebagai bentuk empati dan penghormatan dalam hubungan anak dan orang tua. Secara semantik, kata rahmah mencakup makna kelembutan, kasih sayang, empati, dan keadilan yang aktif. Temuan ini menegaskan bahwa rahmah bukan sekadar nilai spiritual, melainkan juga prinsip sosial yang membentuk masyarakat yang harmonis, adil, dan penuh kepedulian. Kajian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pemahaman Al-Qur'an yang lebih kontekstual dan aplikatif, khususnya dalam menjawab tantangan sosial kontemporer.
PENAFSIRAN SURAH ATH-THÛR AYAT 6 (AL-BAHR AL-MASJÛR) DALAM PERSPEKTIF TAFSIR KLASIK DAN SAINS MODERN Mahbubah Hasanah; Miffah Khadijah; Nasriah Ramadhan; Feni Andri Mulyani; Ahmad Mujahid
Jurnal Intelek Insan Cendikia Vol. 2 No. 6 (2025): JUNI 2025
Publisher : PT. Intelek Cendikiawan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Makna “al-bahr al-masjūr” dalam Surah At-Tur ayat 6 telah menarik perhatian para mufasir dari masa klasik hingga era modern. Kajian ini menelaah penafsiran ayat tersebut dengan menggunakan pendekatan tafsir klasik dan pendekatan ilmiah modern. Melalui metode studi kepustakaan, tulisan ini mengeksplorasi berbagai penafsiran dari ulama klasik seperti Ath-Thabari dan Al-Qurthubi yang menjelaskan “laut yang menyala” sebagai laut yang penuh, menyala-nyala, atau bahkan laut yang telah kehilangan airnya. Dalam perkembangan modern, makna ini memperoleh dimensi ilmiah melalui penemuan-penemuan terkait aktivitas vulkanik di dasar laut, gunung api bawah laut, dan fenomena geotermal di kedalaman samudra. Penemuan magma dengan suhu melebihi 1000°C di bawah lautan, yang tidak mampu menguapkan seluruh air laut, menjadi bukti ilmiah yang mendukung penafsiran al-masjūr sebagai “laut yang menyala.” Penafsiran ilmiah ini semakin diperkuat oleh pandangan para sarjana seperti Tantawi Jauhari dan Zaghlul an-Najjar yang mengaitkan ayat-ayat kauniyyah dengan realitas kosmologis dan geologis. Dengan demikian, integrasi antara tafsir klasik dan sains modern tidak hanya memperkaya pemahaman terhadap ayat tersebut, tetapi juga menunjukkan bahwa Al-Qur’an memuat petunjuk yang selaras dengan fenomena alam yang baru terungkap di era teknologi masa kini.