Qonita, Aisyah
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Problematika Guru dalam Menerapkan Kurikulum Merdeka Belajar pada Siswa Kelas I & IV SD Negeri Qonita, Aisyah; Rahmawati, Dwi; Robiansyah, Firman; Adriweri, Erza
TERAMPIL: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Dasar Vol 10 No 2 (2023): TERAMPIL
Publisher : Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24042/terampil.v10i2.17405

Abstract

Tujuan penelitian untuk mengetahui implementasi kurikulum merdeka belajar di kelas 1 dan 4 serta upaya yang dilakukan guru dalam mengatasi problematika yang dihadapi dalam menerapkan Kurikulum Merdeka. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Subjek penelitian adalah kepala sekolah, guru dan siswa kelas I dan IV. Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner, wawancara,   dan   dokumentasi.   Untuk   menguji validitas data, peneliti menggunakan analisis data yang ketat dan triangulasi, memeriksa data dari lokasi yang sama menggunakan metode yang berbeda. Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa Kurikulum Merdeka Belajar mulai diterapkan secara bertahap untuk siswa kelas I dan IV sejak tahun 2021, sementara Kurikulum 2013 masih digunakan oleh kelas II, III, V, dan VI. Kurikulum ini mengubah pendekatan pembelajaran untuk siswa kelas I hingga IV dari pembelajaran tematik menjadi pembelajaran berbasis mata pelajaran. Namun, guru di SD Negeri Serang 8 menghadapi berbagai kesulitan dalam menerapkan Kurikulum Merdeka, terutama dalam hal perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran. Mereka kesulitan memahami dan membedakan Capaian Pembelajaran (CP) yang diberikan oleh pusat serta mengorganisasi Tujuan Pembelajaran (TP) menjadi Alur Tujuan Pembelajaran (ATP). Selain itu, guru juga mengalami kesulitan menemukan teknik dan metodologi pembelajaran yang sesuai, cenderung tetap menggunakan pendekatan pembelajaran yang sama seperti pada kurikulum sebelumnya karena masih khawatir dan belum mampu keluar dari zona nyaman mereka. Kurangnya strategi pembelajaran dan bahan ajar yang memadai juga menjadi masalah bagi guru dalam menerapkan Kurikulum Merdeka. Kurangnya dukungan dan sumber daya membuat mereka kesulitan beradaptasi dengan perubahan kurikulum ini. Selain itu, sarana dan prasarana juga menjadi masalah dalam penerapan Kurikulum Merdeka
Navigating Emerging Adulthood: The Role of Religious Coping in Promoting Flourishing Among Indonesian University Students Qonita, Aisyah; Saleh, Airin Yustikarini
Journal of Psychological Perspective Vol 7, No 4 (2025)
Publisher : Utan Kayu Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47679/jopp.7412162025

Abstract

This study examined the relationship between positive and negative religious coping and flourishing, conceptualized through the PERMA model of subjective well-being, among Indonesian university students in emerging adulthood. Emerging adulthood (ages 18–25) is a developmental stage marked by identity exploration and emotional transitions, making religious coping a potential protective factor for psychological flourishing. A total of 278 participants completed online questionnaires assessing religious coping and well-being. Data were analyzed using Spearman’s rho and partial correlation controlling for age, gender, and education. Results showed a significant positive association between positive religious coping and well-being (ρ = .284, p .001, 95% CI [0.16, 0.39]) and a weak negative association for negative religious coping (ρ = –.101, p = .033, 95% CI [–0.22, 0.02]). Effect sizes were small (R² = .08 and R² = .01), and post-hoc power analysis indicated adequate statistical power (1–β = .99). The strongest link was observed in the meaning dimension, underscoring spirituality’s central role in constructing purpose and acceptance. Although the effects were modest, the findings highlight that positive religious coping contributes to flourishing within Indonesia’s collectivist and religious culture, serving as a psychological resource that supports meaning-making and emotional well-being during the transition to adulthood.