Septiandry, Robertus
Unknown Affiliation

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

KESADARAN AKAN IDENTITAS MAKHLUK SOSIAL DALAM DIRI MANUSIA UNTUK MEMBANGUN PERSAUDARAAN DAN DIALOG “TANPA BATAS”: Refleksi Kritis tentang Persaudaraan dan Persahabatan Sosial dalam Ensiklik Fratelli Tutti Viyo , Kornelius I.; Simanullang, Gonti; Septiandry, Robertus
LOGOS Vol. 21 No. 1 (2024): Januari 2024
Publisher : UNIKA Santo Thomas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54367/logos.v21i1.3415

Abstract

Kenyataan pada diri manusia sebagai makhluk sosial harus disadari sebagai sebuah identitas yang melekat dalam diri manusia. Melalui kenyataan dan kesadaran ini, manusia dituntut untuk membangun persaudaraan “tanpa batas”. Bukan lagi melihat siapa manusia dalam batas kelompok tertentu, tetapi menyadari bahwa ia manusia yang memiliki hakekat yang sama di hadapan Pencipta. Persaudaran yang terbuka akan sekat-sekat dalam kehidupan manusia, memberi peluang berharga untuk terciptanya perdamaian. Karena persaudaraan tersebut, manusia diberi tanggungjawab untuk berjalan bersama dalam menciptakan perdamaian. Sinodalitas menjadi hal penting dalam diri manusia terlepas dari kesadaran akan identitas diri sebagai makhluk sosial. Inilah sebuah perubahan dari karakter diri manusia yang mementingkan diri sendiri menjadi manusia dalam hakikatnya sebagai makhluk sosial.
GEREJA SEBAGAI PERSAUDARAAN YANG MENERIMA DAN MENGHADIRKAN KERAJAAN SURGA Sudirman, Marselinus; Ara, Alfonsus; Septiandry, Robertus
LOGOS Vol. 21 No. 1 (2024): Januari 2024
Publisher : UNIKA Santo Thomas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54367/logos.v21i1.3417

Abstract

Pada hakekatnya Gereja bertugas mewartakan Kerajaan Surga di dunia ini. Untuk dapat menghadirkan Kerajaan Surga itu, Gereja seyogyanya membuka hati dan seluruh diri untuk menerima kehadiran Kerajaan Surga. Menjadi seperti anak kecil, yaitu sikap bergantung total pada kekuatan Allah, adalah tindakan yang cocok untuk menyambut Kerajaan Surga. Kekuatan Allah yang ada memotivasi Gereja untuk menghadirkan dengan pasti Kerajaan Surga ke dunia ini. Kehadiran Kerajaan Surga diwujudkan secara konkrit oleh Gereja membentuk hidup persaudaraan sejati. Ide persaudaraan ini muncul karena dalam Gereja itu sendiri belum terwujud hidup persaudaraan yang harmonis. Gereja seyogyanya menjalin relasi yang akrab dengan sesama saudara dan melihat saudara lain sebagai bagian dari dirinya. Dengan demikian terciptalah hubungan kasih antar-subyek. Perikop Matius 18:15-20 melukiskan bahwa bentuk persaudaraan tampak tatkala seorang saudara berbuat dosa, Gereja berusaha menegur saudara itu dalam kasih persaudaraan. Selain itu, bentuk persaudaraan diwujudkan juga dalam doa bersama, yang didalamnya Gereja dapat menggali akar permasalahan dan mencari solusi yang terbaik sehingga dapat tercipa hidup damai, adil dan penuh persaudaraan sebagai wujud kehadiran Kerajaan Surga.
KESADARAN AKAN IDENTITAS MAKHLUK SOSIAL DALAM DIRI MANUSIA UNTUK MEMBANGUN PERSAUDARAAN DAN DIALOG “TANPA BATAS”: Refleksi Kritis tentang Persaudaraan dan Persahabatan Sosial dalam Ensiklik Fratelli Tutti Viyo , Kornelius I.; Simanullang, Gonti; Septiandry, Robertus
LOGOS Vol. 21 No. 1 (2024): Januari 2024
Publisher : UNIKA Santo Thomas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54367/logos.v21i1.3415

Abstract

Kenyataan pada diri manusia sebagai makhluk sosial harus disadari sebagai sebuah identitas yang melekat dalam diri manusia. Melalui kenyataan dan kesadaran ini, manusia dituntut untuk membangun persaudaraan “tanpa batas”. Bukan lagi melihat siapa manusia dalam batas kelompok tertentu, tetapi menyadari bahwa ia manusia yang memiliki hakekat yang sama di hadapan Pencipta. Persaudaran yang terbuka akan sekat-sekat dalam kehidupan manusia, memberi peluang berharga untuk terciptanya perdamaian. Karena persaudaraan tersebut, manusia diberi tanggungjawab untuk berjalan bersama dalam menciptakan perdamaian. Sinodalitas menjadi hal penting dalam diri manusia terlepas dari kesadaran akan identitas diri sebagai makhluk sosial. Inilah sebuah perubahan dari karakter diri manusia yang mementingkan diri sendiri menjadi manusia dalam hakikatnya sebagai makhluk sosial.
GEREJA SEBAGAI PERSAUDARAAN YANG MENERIMA DAN MENGHADIRKAN KERAJAAN SURGA Sudirman, Marselinus; Ara, Alfonsus; Septiandry, Robertus
LOGOS Vol. 21 No. 1 (2024): Januari 2024
Publisher : UNIKA Santo Thomas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54367/logos.v21i1.3417

Abstract

Pada hakekatnya Gereja bertugas mewartakan Kerajaan Surga di dunia ini. Untuk dapat menghadirkan Kerajaan Surga itu, Gereja seyogyanya membuka hati dan seluruh diri untuk menerima kehadiran Kerajaan Surga. Menjadi seperti anak kecil, yaitu sikap bergantung total pada kekuatan Allah, adalah tindakan yang cocok untuk menyambut Kerajaan Surga. Kekuatan Allah yang ada memotivasi Gereja untuk menghadirkan dengan pasti Kerajaan Surga ke dunia ini. Kehadiran Kerajaan Surga diwujudkan secara konkrit oleh Gereja membentuk hidup persaudaraan sejati. Ide persaudaraan ini muncul karena dalam Gereja itu sendiri belum terwujud hidup persaudaraan yang harmonis. Gereja seyogyanya menjalin relasi yang akrab dengan sesama saudara dan melihat saudara lain sebagai bagian dari dirinya. Dengan demikian terciptalah hubungan kasih antar-subyek. Perikop Matius 18:15-20 melukiskan bahwa bentuk persaudaraan tampak tatkala seorang saudara berbuat dosa, Gereja berusaha menegur saudara itu dalam kasih persaudaraan. Selain itu, bentuk persaudaraan diwujudkan juga dalam doa bersama, yang didalamnya Gereja dapat menggali akar permasalahan dan mencari solusi yang terbaik sehingga dapat tercipa hidup damai, adil dan penuh persaudaraan sebagai wujud kehadiran Kerajaan Surga.