Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

COMPARISON OF COSEISMIC IONOSPHERIC DISTURBANCE WAVEFORMS REVISITED: STRIKE-SLIP, NORMAL, AND REVERSE FAULT EARTHQUAKE Cahyadi , Mokhamad Nur
GEOID Vol. 10 No. 1 (2014)
Publisher : Departemen Teknik Geomatika ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/geoid.v10i1.1444

Abstract

Using Total Electron Content (TEC) measurements with Global Positioning System we studied ionospheric responses to three large earthquakes with difference focal mechanism that occurred in the Sumatra Andaman 26 December 2004, North off Sumatra 11 April 2012, and North Japan 7 December 2012. These earthquakes have different focal mechanisms, i.e. high-angle reverse, strike-slip, and normal faulting, respectively. TEC responses to the Sumatra Andaman 2004 and north Japan 2012 events initiated with positive changes. On the other hand, the initial TEC changes in the Sumatra 2012 earthquake showed both positive and negative polarities depending on the azimuth around the focal area. Such a variety may reflect differences in coseismic vertical crustal displacements, which are dominated by uplift and subsidence in the Sumatra 2012 event. This phenomena has same characteristic with 1994 Kuril Arch earthquake. There are three different propagation velocity in the Sumatra 2012 earthquake, within the first 300 km until 430 km, the CID propagation velocity was ~3 km/s, which is equal to the secod sound speed at the height of the ionospheric F-layer. Starting from 380 km until 750 km out from the epicenter, the disturbance seems to divide into two separate perturbations, with each propagating at a different velocity, about 1 km/s for the one and about 0.4 m/s for the other. The apparent velocity in the Sumatra Andaman 2004 and Japan 2012 propagated ~ 1 km/s and ~ 0.3 km/s, consistent with the sound speed at the ionospheric F layer height and internal gravity wave respectively. Resonant oscillation of TEC with a frequency of ~ 3.7 mHZ and ~4.4 mHz have been found in the Sumatra 2012 and Sumatra Andaman 2004 events. Those earthquakes, which occurred during a period of quiet geomagnetic activity, also showed clear preseismic TEC anomalies similar to those before the 2011 Tohoku-Oki and 2007 Bengkulu earthquake. The positive anomalies started 30-60 minutes before the earthquake to the north of the fault region. However, preseismic ionospheric anomalies of the 2012 Japan earthquake could not be observed because moment magnitude of the earthquake is smaller than Mw 8.2
PERBANDINGAN PERUBAHAN TOTAL ELECTRON CONTENT (TEC) IONOSFER AKIBAT GEMPA BUMI DAN LETUSAN GUNUNG API (STUDI KASUS : GEMPA BUMI 2 MARET 2016 DAN GUNUNG MERAPI 2010) Cahyadi , Mokhamad Nur; Saputra, Febrian Adi
GEOID Vol. 12 No. 2 (2017)
Publisher : Departemen Teknik Geomatika ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/geoid.v12i2.1537

Abstract

Pada saat gempa bumi atau letusan gunung api terjadi, ada tiga jenis gelombang yang dihasilkan, yaitu : (1) Gelombang Acoustic (kecepatan 1 km/s) yang dihasilkan dekat dari pusat gempa bumi, gelombang tersebut bergerak naik ke arah vertikal hingga ketinggian lapisan F di ionosfer dalam waktu 10 menit atau lebih. (2) Gelombang gravity (kecepatan 0.3 km/s) yang dihasilkan dari gelombang tsunami akibat dari gempa bumi, dan (3) Gelombang Rayleigh (kecepatan 4 km/s) yang dihasilkan dari epicenter dan bergerak secara bersamaan baik horisontal-vertikal, gelombang ini merambat menjauh mengelilingi bumi dari pusat gempa bumi. Gelombang-gelombang ini membuat gangguan di lapisan ionosfer yaitu pada kerapatan elektron. Kerapatan elektron pada lapisan ionosfer ini disebut dengan Total Elektron Content (TEC). Fenomena ini terdeteksi sebagai CIDs (Coseismic Ionosphere Disturbances), yaitu fluktuasi TEC yang terjadi 15 menit hingga 30 menit setelah gempa terjadi. Di sisi lain, satelit GNSS beredar pada ketinggian 20.000 km dari permukaan bumi dengan memancarkan sinyal melewati lapisan ionosfer pada ketinggian 350 km. Sinyal tersebut mengalami delay ketika melewati lapisan ionosfer, berupa arah, kecepatan, dan kekuatan. Di sisi lain, dengan mengamati delay ini maka gangguan ionosfer yang disebabkan oleh gelombang acoustic dapat dianalisa dan diamati. Gangguan TEC yang disebabkan oleh gunung api dan gempa bumi mempunyai karakter yang berbeda, perbedaan karakteristik gangguan ionosfer terletak pada besaran amplitude, frekwensi gelombang dan lama gangguan setelah terjadinya letusan gunung merapi maupun gempa bumi. Amplitude pada letusan gunung api sebesar ....dan gempa bumi sebesar...., demikian pula durasi terjadinya gangguan pada letusan gunung api terjadi pada....menit setelah meletus, sedangkan pada gempa bumi terjadi pada ...menit setelah terjadinya gempa bumi. Dalam penelitian ini dilakukan pengamatan perubahan menggunakan data GNSS dari stasiun CORS milik Badan Informasi Geospasial (BIG) yang berada di daerah Sumatra, yaitu stasiun CAIR, CBKT, CPAR, CPDG, dan CSEL. Dan di daerah jawa tengah yaitu....., juga beberapa stasiun Sumatra GPS Array yang dimiliki oleh LIPI dan ...Hasil dari pengolahan data menunjukkan anomali TEC muncul pada waktu 11 – 15 menit setelah gempa dengan besar anomali 1,5 – 3,5 TECU yang direkam oleh satelit GPS nomor 17 dan 0,5 – 1,7 TECU yang direkam oleh satelit Glonass nomor 14.
GEOMARINE 1: AUTONOMOUS USV (UNMANNED SURFACE VEHICLE) UNTUK MENDUKUNG SURVEI HIDRO-OCEANOGRAFI Pratomo, Danar Guruh; Rahmadiansah, Andi; Cahyadi , Mokhamad Nur; Anjasmara, Ira Mutiara; Khomsin, Khomsin; Adi, Fajar Setio
GEOID Vol. 13 No. 2 (2018)
Publisher : Departemen Teknik Geomatika ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/geoid.v13i2.1576

Abstract

Survei hidro-oceanografi dilakukan untuk mengetahui karakteristik fisik dari suatu perairan. Salah satu kegiatan yang termasuk dalam survei hidro-oceanografi adalah penentuan kedalaman dan pencitraan bentuk topografi dasar laut. Pada umumnya, survei tersebut dilakukan dengan menggunakan wahana apung (kapal) yang relatif besar yang minimal dapat menampung surveyor dan pengemudi kapal. Wahana apung konvensional tersebut memiliki keterbatasan dalam bermanuver, terutama di daerah perairan yang dangkal dan sempit. Keterbatasan dalam mobilisasi, juga menjadi kendala ketika wahana apung konvensional akan digunakan untuk survei di area perairan pedalaman (sungai, waduk, dam, bekas galian tambang). Geomarine 1 merupakan solusi alternatif untuk melakukan survei hidro-oseanografi di daerah perairan dimana penggunaan wahana apung konvensional tidak dapat digunakan secara efektif. Geomarine 1 merupakan wahana apung tanpa awak (Unmanned Surface Vehicle) yang memiliki sistem mandiri (autonomous).  Wahana apung tanpa awak ini dilengkapi dengan sensor anti tabrakan (collision avoidance) dan fungsi kembali ke titik awal (home return) apabila survei sudah selesai dilakukan ataupun pada saat baterai akan habis. Sensor survei hidro-oceanografi yang terdapat pada wahana ini merupakan kombinasi sensor akustik dan optik. Sensor akustik digunakan untuk penentuan kedalaman dan pencitraan topografi dasar laut, sedangkan sensor optik digunakan untuk perekaman kondisi fisik perairan secara visual.
Pemanfaatan GNSS pada Smartphone untuk Pembuatan Informasi Sebaran Covid-19 Berbasis Android (Studi Kasus: Kota Surabaya) Akbar, Anzhari Hibatul; Cahyadi , Mokhamad Nur
GEOID Vol. 16 No. 1 (2020)
Publisher : Departemen Teknik Geomatika ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/geoid.v16i1.1674

Abstract

Covid-19 merupakan penyakit pernapasan diperkirakan menyebar terutama di antara orang-orang yang berhubungan dekat satu sama lain dalam jarak kurang lebih dua meter. Tercatat pada tanggal 06 Juni 2020 di Surabaya terdapat 3906 kasus ODP, 3303 kasus PDP, 2918 kasus konfirmasi Covid-19. GNSS merupakan metode penentuan posisi menggunakan satelit, yang dapat digunakan banyak orang sekaligus, untuk mendapatkan posisi tiga dimensi. SIG merupakan ilmu pengetahuan yang berbasis pada perangkat lunak komputer, yang digunakan untuk memberikan informasi bentuk digital dan analisis terhadap permukaan geografi bumi. Dengan menggabungkan data spasial sebaran kasus Covid-19 di Kota Surabaya dan penentuan posisi pada GNSS smartphone, diharapkan dapat memberikan informasi terkait kondisi kesehatan masyarakat Kota Surabaya khususnya terkait Covid-19, dan juga mempermudah akses informasi karena berbasis aplikasi. Pembuatan aplikasi menggunakan flutter dan juga visual basic code. GNSS pada smartphone berfungsi untuk mengetahui nilai akurasi dengan aplikasi GPS Essentials dan untuk fitur-fitur pada aplikasi seperti penentuan lokasi pengguna, notifikasi sesuai lokasi pengguna, dan penentuan rute menuju suatu titik. Data yang digunakan adalah data sebaran Covid-19 pada 06 Juni 2020, data sebaran fasilitas kesehatan, dan fasilitas umum protokol kesehatan. Pada kelurahan dengan tingkat kasus Covid-19 tertinggi tidak selalu memiliki fasilitas umum protokol kesehatan yang sedikit tetapi yang banyak pun bisa menjadi kelurahan dengan tingkat kasus Covid-19 tertinggi, dan sebaran rumah sakit rujukan Covid-19 tidak ada yang berlokasi di kelurahan dengan tingkat kasus Covid-19 tertinggi. Berdasarkan hasil kuesioner, aplikasi yang dibuat mendapat tanggapan yang baik. Aplikasi yang dibuat dinamakan “Cegah Covid-19 Surabaya” saat ini mampu dijalankan di smartphone android pada versi Android 10, Pie, Oreo, Nougat, Marshmallow, dan Lollipop.Covid-19 is a respiratory disease that is thought to spread mainly between people who are in close contact with each other within a distance of approximately two meters. It was recorded that on June 6, 2020 in Surabaya there were 3906 ODP cases, 3303 PDP cases, 2918 cases of Covid-19 confirmation. GNSS is a method of positioning using satellites, which can be used by many people at once, to get a three-dimensional position. GIS is a science based on computer software, which is used to provide digital form information and analysis of the Earth's geographic surface. By combining the spatial data on the distribution of Covid-19 cases in the City of Surabaya and positioning on the GNSS smartphone, it is hoped that it can provide information regarding the health conditions of the people of Surabaya City, especially regarding Covid-19, and also facilitate access to information because it is application-based. Creating applications using flutter and visual basic code. GNSS on smartphones functions to find out the accuracy value with the GPS Essentials application and for features in the application such as determining the user's location, notifications according to the user's location, and determining the route to a point. The data used are data on the distribution of Covid-19 on June 6, 2020, data on the distribution of health facilities, and health protocols facilities. In sub-districts with the highest Covid-19 case rates, they do not always have a few public health protocol facilities, and none of the Covid-19 referral hospitals are located in the sub-districts with case rates Highest Covid-19. Based on the results of the questionnaire, the applications made received good responses. The application called “Cegah Covid-19 Surabaya” is currently able to run on Android smartphones on versions of Android 10, Pie, Oreo, Nougat, Marshmallow, and Lollipop.