Pangaribuan, Rosdinar
Unknown Affiliation

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Membaca Wahyu 1:11-19 sebagai Resistensi Simbolik:: Telaah Hermeneutik dengan pendekatan Sosiologi Pengetahuan Nendissa, Julio Eleazer; Taroreh, Steve Y; Pangaribuan, Rosdinar
Jurnal Salvation Vol. 6 No. 1 (2025): Juli 2025
Publisher : STT Bala Keselamatan Palu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56175/salvation.v6i1.62

Abstract

Abstract: This paper aims to examine the meaning of John's vision on the Island of Patmos as described in Revelation 1:11-19, using a hermeneutic approach within the theoretical framework of the sociology of knowledge. The methodological approach used is qualitative, exploratory, and interpretative-hermeneutic, integrating a textual reading of the Bible with an analysis of the historical and social context of the time. The findings of this study indicate that John's vision, which depicts Christ in divine glory and authority, can be understood as a symbol of transcendent power that provides comfort, hope, and spiritual legitimacy for a marginalized community. Within the framework of the sociology of knowledge, this text reflects social and theological constructions closely related to power dynamics, the formation of community identity, and forms of symbolic resistance to hegemonic cultural domination. Thus, John's vision can be interpreted as a theological narrative rich in social meaning, uniting spiritual and contextual aspects to strengthen the faith and collective identity of early Christians. Abstrak: Tulisan ini bertujuan untuk mengkaji makna penglihatan yang dialami oleh Yohanes di Pulau Patmos sebagaimana tercantum dalam Wahyu 1:11–19, dengan menggunakan pendekatan hermeneutik dalam kerangka teori sosiologi pengetahuan. Pendekatan metodologis yang digunakan bersifat kualitatif eksploratif dan interpretatif-hermeneutik, yang mengintegrasikan pembacaan tekstual Alkitab dengan analisis terhadap konteks historis dan sosial pada masa itu. Temuan dari kajian ini menunjukkan bahwa penglihatan Yohanes yang menampilkan Kristus dalam kemuliaan dan otoritas ilahi dapat dipahami sebagai simbol kekuatan transenden yang memberi penghiburan, harapan, serta legitimasi spiritual bagi komunitas yang mengalami marginalisasi. Dalam kerangka sosiologi pengetahuan, teks ini mencerminkan konstruksi sosial dan teologis yang erat kaitannya dengan dinamika kuasa, pembentukan identitas komunitas, dan bentuk resistensi simbolik terhadap dominasi budaya yang hegemonik. Dengan demikian, penglihatan Yohanes dapat ditafsirkan sebagai narasi teologis yang kaya makna sosial, yang menyatukan aspek spiritual dan kontekstual demi memperkokoh iman dan identitas kolektif umat Kristen mula-mula.
Model Aktualisasi “Manusia yang Lahir dari Allah” menurut 1 Yohanes 4:7 di Era Post Truth Pangaribuan, Rosdinar
ELEOS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Vol. 2 No. 2 (2023): PAK dan Teologi 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Kalvari Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53814/eleos.v2i2.95

Abstract

Abstract: Humans who are born from God are believers who continuously live in love with God's love. Because living in love is a command that must be actualized by believers as proof that they were born from God and know God. The person who has been born of God (1 John 2:29, 3:9, 5:1) is the person who brings God's love shining into the world. So based on 1 John 4:7 "Man who is born of God" is invited/urged to live a life of love for one another and the basis for a life of love for one another is God's love. Because the essence of a life of loving each other is actually being born from God and knowing God. In the midst of the challenges of the post-truth era that is being faced by society in general and believers in it in particular, the reality of people's lives is that they no longer seek truth but justification, truth is no longer the main thing. So this phenomenon means that people are no longer able to trust each other or even love each other. Ironically, people tend to suspect each other. In this situation, will believers still be able to actualize "Man born of God" according to 1 John 4:7? Abstrak: Manusia yang lahir dari Allah adalah orang percaya yang secara terus menerus hidup saling mengasihi dengan kasih Allah. Oleh karena hidup saling mengasihi merupakan perintah yang harus diaktualisasikan oleh orang percaya sebagai bukti telah lahir dari Allah dan mengenal Allah. Orang yang telah dilahirkan dari Allah (1 Yoh. 2:29, 3:9, 5:1) adalah orang yang membawa kasih Allah bersinar ke dunia. Maka berdasarkan 1 Yohanes 4:7 “Manusia yang lahir dari Allah” diajak/didesak untuk hidup saling mengasihi dan dasar untuk hidup saling mengasihi adalah kasih Allah. Karena sesungguhnya esensi hidup saling mengasihi adalah telah lahir dari Allah dan mengenal Allah. Ditengah tantangan era post truth yang sedang dihadapi oleh masyarakat pada umumnya dan secara khusus orang percaya didalamnya, bahwa realita kehidupan masyarakat yang tidak lagi mencari kebenaran melainkan pembenaran, kebenaran bukan lagi sesuatu yang utama. Sehingga fenomena ini membawa masyarakat tidak lagi mampu saling mempercayai bahkan saling mengasihi. Ironisnya, masyarakat cenderung saling mencurigai satu sama lain. Dalam situasi ini, akankah orang percaya tetap mampu mengaktualisasikan “Manusia yang lahir dari Allah” menurut 1 Yohanes 4:7?
PERAN REMAJA DALAM PERTUMBUHAN GEREJA LOKAL Pangaribuan, Rosdinar; Rumetor, Jelty Juriaty
Proskuneo: Journal of Theology Vol 1, No 1 (2024): Proskuneo Journal of Theology
Publisher : STT Transformasi Indonesia Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53674/pjt.v1i1.165

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peran remaja dalam pertumbuhan gereja di tengah pesatnya perkembangan teknologi. Meskipun remaja saat ini memiliki akses terhadap informasi yang luas dan potensi untuk berkontribusi secara signifikan, namun gaya hidup modern yang serba instan dan hedonis menjadi tantangan besar bagi mereka untuk terlibat aktif dalam kegiatan gereja. Penelitian ini menemukan bahwa kehadiran remaja di gereja semakin menurun, dan hal ini berdampak pada dinamika kehidupan jemaat. Namun, dengan pendekatan yang tepat, remaja dapat menjadi agen perubahan yang positif dalam gereja. Penelitian ini menyarankan beberapa strategi untuk melibatkan remaja secara aktif dalam pelayanan, seperti menciptakan program yang relevan dengan minat mereka, memanfaatkan teknologi dalam kegiatan keagamaan, serta memberikan ruang bagi mereka untuk berkontribusi dalam pengambilan keputusan di gereja.