Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Human strongyloidiasis in rural villages of South Kalimantan, Indonesia: A case series Kristi, Priska PP.; Kusumasari, Peni; Puspawati, Puspawati; Tanzil, Yurniah; Nurmansyah, Dian; Syairaji, Muhammad; Kusumasari, Rizqiani A.; Sholikhah, Eti N.; Buehler, Nina; Sy, Issa; Schneitler, Sophie; Becker, Sören L.; Murhandarwati, Elsa H.
Narra J Vol. 5 No. 3 (2025): December 2025
Publisher : Narra Sains Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52225/narra.v5i3.2515

Abstract

Strongyloidiasis, caused by the nematode Strongyloides stercoralis, can lead to severe complications, including hyperinfection syndrome and disseminated disease, particularly in immunocompromised individuals. However, data on its epidemiology and clinical significance in Indonesia remain scarce and outdated. The aim of this study was to investigate the presence of S. stercoralis, identify potential sources of infection, and explore associated risk factors. A case series of strongyloidiasis was identified during a soil-transmitted helminth survey conducted in two villages in Banjar District, South Kalimantan, Indonesia, between May and July 2024. S. stercoralis larvae were detected in four individuals out of 224 fecal samples (1.8%) using the Baermann funnel method, with confirmation via quantitative polymerase chain reaction (qPCR). All infected individuals were female farmers who reported nonspecific clinical symptoms. Subsequent environmental sampling revealed viable S. stercoralis larvae in soil from one of the villages. The detection of asymptomatic, infected individuals suggests that humans serve as reservoirs for ongoing transmission. In the context of open defecation practices, sustained transmission is likely unless targeted interventions are implemented. Urgent actions are needed, including community education and the provision of basic sanitation infrastructure such as latrines and access to clean water. These interventions are especially critical given that ivermectin—the first-line treatment for strongyloidiasis—is not currently available in Indonesia.
Skrining dan pelayanan kesehatan kulit sebagai upaya pencegahan penyakit kulit di desa Banyu Urip widyastuti; Kusumasari, Peni; Pratiwi, Rini; Amri Mustaqim, Benor
Jurnal Abdimas Mandiri Vol. 9 No. 2
Publisher : UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36982/jam.v9i2.5856

Abstract

Penyakit kulit merupakan salah satu masalah kesehatan yang umum dijumpai. Penyakit kulit tidak hanya berdampak pada kesehatan fisik, tetapi juga pada kualitas hidup dan kesejahteraan psikososial individu. Desa Banyu Urip merupakan desa di Kecamatan Tanjung Lago yang merupakan daerah lahan basah dengan penyakit terkait air merupakan salah satu keluhan yang umum dijumpai. Di wilayah pedesaan dan daerah dengan keterbatasan akses layanan kesehatan, permasalahan kulit seringkali tidak mendapatkan penanganan yang memadai, baik karena minimnya pengetahuan masyarakat maupun keterbatasan tenaga medis yang kompeten di bidang dermatologi dan venereologi. Sebagai bagian dari peran institusi pendidikan dalam mendukung program pemerintah mengenai kampus berdampak serta meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat, kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat ini dilaksanakan dengan melakukan konsultasi kesehatan, pengisian kuesioner serta menyampaikan edukasi yang relevan dengan kesehatan kulit. Pasien juga mendapatkan obat gratis sesuai peresepan dokter spesialis. Kegiatan ini diikuti oleh 100 orang masyarakat Desa Banyu Urip, 12 diantaranya memiliki keluhan kulit. Berdasarkan hasil survei, keluhan kulit paling banyak adalah eksim yang merupakan salah satu penyakit kulit yang sering dijumpai di daerah lahan basah. Kegiatan ini dilakukan sebagai salah satu upaya promotif dan preventif berbasis komunitas. Edukasi mengenai kesehatan kulit diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat mengenai kesehatan kulit. Keterbatasan akses masyarakat pedesaan terhadap pelayanan medis terutama oleh Dokter Spesialis mengakibatkan perlunya kegiatan pengabdian ini dilakukan secara berkala.