Shohibatussholihah, Fiana
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

From Extremists to Loyalists: Religious Moderation in Lingkar Perdamaian Shohibatussholihah, Fiana; Abidin, Munirul; Kawakip, Akhmad Nurul; Huda, Miftachul
el Harakah: Jurnal Budaya Islam Vol 25, No 2 (2023): EL HARAKAH
Publisher : UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18860/eh.v25i2.21337

Abstract

A sequence of radicalism movements in Indonesia have drawn international attention, especially the Ambon-Poso conflict and the Bali bombings, due to the fact that the perpetrators have established Lingkar Perdamaian Foundation (YLP) in Lamongan. YLP was established to protect society from extremist organizations and to promote love for the Republic of Indonesia. What becomes the main concern of this study is the implementation of religious moderation in YLP. Therefore, this article aims at finding out: (1) The strategies implemented by YLP to internalize religious moderation values, (2) The internalization process of moderation values in YLP and (3) The impacts obtained from the process. The research implemented descriptive qualitative design through field observations at YLP, interviews with YLP founder and members as well as documentation from related publications. The results obtained are: (1) The strategies used are indoor, outdoor, and humanistic. (2) The value of moderation is internalized through 5 stages, namely the radical stage, confrontation with reality, openness of perspective, reorientation of values and contributions (3) The impacts show that members can involve in active social interactions with society, get decent work and help deradicalization program. Serangkaian gerakan radikalisme yang terjaadi di Indonesia menarik perhatian dunia, terutama konflik Ambon-Poso dan serentetan Bom Bali. Hal ini karena pelaku dari aksi-aksi tersebut membentuk sebuah yayasan yang bernama Yayasan Lingkar Perdamaian (YLP) di Lamongan. YLP ini sengaja didirikan untuk menumbuhkan cinta NKRI dan meninggalkan kelompok radikal. Disamping itu, topik terhangat di masyarakat adalah moderasi beragama yang menggelitik peneliti untuk mencaritahu penerapannya di YLP. Artikel ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Strategi yang diterapkan YLP untuk menginternalisasikan nilai moderasi beragama kepada anggota YLP, (2) Proses internalisasi nilai moderasi beragama kepada anggota YLP dan (3) Dampak yang dihasilkan dari proses internalisasi nilai moderasi beragama itu. Peneliti menggunakan desain deskriptif kualitatif melalui observasi lapangan di YLP, wawancara dengan pendiri dan anggota YLP serta dokumentasi dari publikasi terkait. Hasil penelitian yaitu (1) Strategi yang digunakan meliputi indoor, outdoor dan humanistik. (2) Proses internalisasi nilai-nilai moderasi beragama meliputi lima tahapan: tahap radikal, tahap konfrontasi dengan realitas, tahap pembukaan perspektif, tahap reorientasi nilai dan tahap kontribusi. (3) Dampak yang dihasilkan yaitu anggota YLP dapat aktif bermasyarakat, memperoleh pekerjaan yang layak dan membantu pemerintah dalam program deradikalisasi. Penelitian ini berkontribusi pada teori lima tahapan dalam proses perubahan dari radikal ke nasionalis yang terintegrasi nilai-nilai moderasi beragama.
The Great Islamic Mughal Empire during Jalaluddin Akbar’s Era: Sulh-i-kul Policy Determination Shohibatussholihah, Fiana; Barizi, Ahmad
el Harakah: Jurnal Budaya Islam Vol 24, No 1 (2022): EL HARAKAH
Publisher : UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18860/eh.v24i1.14905

Abstract

This research aims to reveal the main factors underlying the glory of the Mughal Islamic empire by using a qualitative approach with a descriptive method. Data are collected through literature study of books and ebooks. The results of the research prove that: Jalaluddin Muhammad Akbar was the first Muslim ruler who could maintain his position for a long time, not merely to fulfill his personal ambitions but to take advantage of his position as a king to unite all Mughal society under his rule. To realize the vision, Akbar must legitimize his government and build a strong military superiority among his pluralistic society. The sulh-i-kul or tolerance for all policy that he implemented became a driving tool for several subsequent policies such as the abolition of the jizyah, the establishment of ibadat-khana, and the application of din-i-Ilahi to unite the Mughal community in building a superpower empire based on universal tolerance. Without the basic ideology of sulh-i-kul, the Mughal society could not have become a famous empire back then. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor utama yang melandasi kejayaan kerajaan Islam Mughal dengan menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Metode pengumpulan data menggunakan studi pustaka dari buku, ebook dan sejenisnya. Hasil penelitian membuktikan bahwa: Jalaluddin Muhammad Akbar merupakan penguasa muslim pertama yang dapat mempertahankan kerjaaan Islam dalam waktu lama. Hal ini tidak semata-mata untuk memenuhi ambisi pribadinya tapi untuk memanfaatkan posisinya sebagai raja dalam menyatukan semua masyarakat Mughal di bawah kekuasaannya. Untuk mewujudkan visi tersebut, Akbar harus melegitimasi pemerintahannya serta membangun superioritas militer yang kuat diantara masyarakatnya yang majemuk. Kebijakan Sulh-i-Kul atau toleransi kepada semua yang diterapkannya mampu menjadi alat penggerak beberapa kebijakan berikutnya seperti penghapusan jizyah, pendirian ibadat-khana, dan penerapan din-i-Ilahi untuk menyatukan masyarakat Mughal dalam membangun kerajaan yang superpower berdasarkan toleransi. Tanpa ideologi dasar sulh-i-kul ini belum tentu masyarakat Mughal kala itu dapat menjadi kerajaan yang masyhur.