Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search
Journal : Journal of Community Empowerment

PENGELOLAAN TPQ (TAMAN PENDIDIKAN AL-QUR’AN) AL-ANSHOR WALUOM BERBASIS KURIKULUM DINIYAH DESA WOLWAL TENGAH Jusriadi, Jusriadi; Kaibana, Bustami; Lapung, Jamra; Bain, Siti Nurhayati; Lobang, Ismail
Journal of Community Empowerment Vol 4, No 2 (2025): September (in Progress)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/jce.v4i2.33934

Abstract

ABSTRAK                                                                                     Pada tahun  2025 memiliki jumlah peserta didik 83 orang dan beberapa pengurus lainnya dan ada beberapa guru mengaji. Kurikulum yang di gunakan masih sangat konvensional. Namun seiring dengan perkembangan kurikulum di tingkat sekolah dasar, di tingkat kanak- kanak harus menyesuaikan berbagai aspek pembelajaran tersebut. Pelatihan ini dilaksanakan dengan melibatkan tim dosen pengabdian dari STKIP Muhammadiyah Kalabahi dan mahasiswa bekerjasama dengan mitra pengelola dan guru -guru di TPQ Al-Anzor Waluom Desa WolwaL Tengah. Adapun metodologi yang kami gunakan adalah ceramah, diskusi, sosialisasi serta partisipasi mitra dengan melibatkan mereka pada tahap perencanaan hingga tahap evaluasi. Selama pelatihan mitra diajarkan cara pengelolaan kurikulum berbasis diniyah  memberikan solusi permasalah yang dihadapi mitra seperti lahan yang belum ada agar mencari lahan mungkin lewat swadaya, atau tanah wakaf dari masyarakat, atau memasukkan proposal kepada istansi berwenang serta berupaya mencari dana lewat organisasi social dan lain -lain, serta tata cara pengelolaan TPQ berbasis diniyah. Hasil kegiatan menunjukkan mitra sangat antusisas dan mendapat pemahaman tata cara pengelolaan TPQ berbasis diniyah serta mendapat solusi terkait beberapa permasalahan di TPQ, seperti tempat permanen belum ada, kurikulum belum jelas dan tata kelola yang belum terkordinasi dengan baik. Kegiatan ini juga memberi dampk yang baik untuk pengembangan TPQ terkusus di desa-desa. Kata kunci: Pengelolaan; TPQAl-Anzor Waluom; KurikulumDiniyah; DesaWolwal Tengah.ABSTRACTIn 2025, there were 83 students and several other administrators and several Quran teachers. The curriculum used was still very conventional, but along with the development of the curriculum at the elementary school level, at the childhood level, various aspects of the learning had to be adjusted. This training was carried out by involving a team of community service lecturers from STKIP Muhammadiyah Kalabahi and students in collaboration with management partners and teachers at TPQ Al-Anzor Waluom, WolwaL Tengah Village. The methodology we used was lectures, discussions, socialization and partner participation by involving them in the planning stage to the evaluation stage. During the training, partners were taught how to manage a diniyah-based curriculum to provide solutions to problems faced by partners such as unavailable land to find land perhaps through self-help, or waqf land from the community, or submitting proposals to authorized agencies and trying to find funds through social organizations and others, as well as procedures for managing diniyah-based TPQ. The results of the activity showed that the partners were very enthusiastic and gained an understanding of the management procedures for Islamic-based TPQ (Islamic boarding schools) and solutions to several issues within the TPQ, such as the lack of a permanent location, an unclear curriculum, and poorly coordinated governance. This activity also had a positive impact on the development of TPQ, especially in villages.Keywords: Management; TPQ Al-Anzor Waluom; Diniyah Curriculum; Central Wolwal Village.
PENGOLAHAN HASIL LAUT OCTAPUS SEBAGAI MAKANAN SEHAT DI DESA DULOLONG BARAT KECAMATAN ALOR BARAT LAUT KABUPATEN ALOR Lapung, Jamra; Prasong, Muthiah; Abdullah, Muhammad; Istiqamah, Istiqamah; Badu, Khumairah
Journal of Community Empowerment Vol 4, No 2 (2025): September (in Progress)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/jce.v4i2.34264

Abstract

ABSTRAKDesa Dulolong Barat, Kecamatan Alor Barat Laut, Kabupaten Alor memiliki potensi hasil laut yang melimpah, khususnya octopus (gurita), hasil tangkapan selama ini hanya dimanfaatkan secara terbatas sebagai bahan konsumsi rumah tangga atau dijual dalam bentuk mentah dan kering dengan nilai ekonomi yang rendah. Minimnya keterampilan pengolahan hasil laut serta kurangnya pemahaman masyarakat tentang nilai gizi dan potensi pasar produk olahan menjadi permasalahan utama yang dihadapi. Tujuan dari kegiatan pengabdian ini adalah untuk meningkatkan kapasitas masyarakat dalam mengolah Octapus (gurita) menjadi makanan sehat yang bernilai jual tinggi serta memperkenalkan diversifikasi produk olahan octapus (gurita) yang dapat dikembangkan menjadi usaha kecil. Metode pelaksanaan kegiatan meliputi observasi awal, pelatihan teknis pengolahan makanan berbahan dasar  octapus (gurita), serta pendampingan usaha berbasis rumah tangga. Adapun Mitra sasaran kegiatan ini adalah Ibu-ibu PKK dan warga  masyarakat Desa Dulolong Barat, khususnya ibu-ibu rumah tangga dan nelayan lokal, dengan total peserta yang terlibat sebanyak 26 orang. Hasil kegiatan menunjukkan peningkatan pengetahuan dan keterampilan peserta dalam mengolah gurita menjadi produk makanan sehat dan tahan lama. Selain itu, peserta menunjukkan antusiasme untuk mengembangkan produk secara mandiri dan mulai memasarkan hasil olahan ke lingkungan sekitar. Kegiatan ini memberikan dampak positif terhadap pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir desa dulolong barat dan mendorong pemanfaatan potensi laut lokal secara lebih optimal dan berkelanjutan.              Kata Kunci :  Pelatihan; makanan sehat; octapus ABSTRACTWest Dulolong Village, Northwest Alor District, Alor Regency has abundant potential for marine products, especially octopus (octopus), the catch so far has only been used in a limited way as a household consumption material or sold in raw and dry form with low economic value. The lack of seafood processing skills and the lack of public understanding of the nutritional value and market potential of processed products are the main problems faced. The purpose of this service activity is to increase the capacity of the community in processing Octapus (octopus) into healthy food with high selling value and introduce the diversification of processed octapus (octopus) products that can be developed into small businesses. The method of implementing activities includes initial observation, technical training in processing octapus-based food (octopus), and assistance with household-based businesses. The target partners of this activity are PKK women and residents of West Dulolong Village, especially housewives and local fishermen, with a total of 26 participants involved. The results of the activity showed an increase in the knowledge and skills of participants in processing octopus into healthy and durable food products. In addition, participants showed enthusiasm to develop products independently and start marketing processed products to the surrounding environment. This activity has a positive impact on the economic empowerment of the coastal community of West Dulolong Village and encourages the use of local marine potential more optimally and sustainably  Keywords: Training; Healthy Foof; Ocatapus
PELESTARIAN BUDAYA LOKAL MELALUI PELATIHAN TARI LEGO-LEGO BAGI SISWA SD ISLAM COKROAMINOTO 01 KALABAHI Noho, Mahmud Abdullah; Lapung, Jamra; Kamahi, Mi’raj; Lekidela, Mahmud; Djae, Muhammad Arif
Journal of Community Empowerment Vol 4, No 2 (2025): September (in Progress)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/jce.v4i2.34386

Abstract

ABSTRAK                                                                                     Pelestarian budaya lokal merupakan tanggung jawab kolektif yang harus dilakukan secara berkelanjutan, termasuk melalui lembaga pendidikan. Di Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur, Tari Lego-Lego merupakan warisan budaya tradisional yang kaya makna filosofis dan sosial, terutama nilai kebersamaan, solidaritas, dan gotong royong sebagai identitas kolektif masyarakat. Namun, pengaruh teknologi, globalisasi, dan budaya populer modern membuat generasi muda kurang mengenal dan menghargai budaya daerahnya. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pelaksanaan pelatihan Tari Lego-Lego bagi siswa SD Islam Cokroaminoto 01 Kalabahi serta menganalisis pengaruh kegiatan tersebut terhadap pemahaman, kepedulian, dan kecintaan siswa terhadap budaya lokal. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, dengan pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi kegiatan. Peserta penelitian berjumlah 15 siswa. Pelatihan meliputi pengenalan gerak dasar, praktik bersama, dan evaluasi pertunjukan kelompok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelatihan Tari Lego-Lego efektif meningkatkan pemahaman siswa terhadap budaya lokal dan menjadi media pendidikan karakter yang menyenangkan. Siswa mampu bekerja sama, menunjukkan solidaritas, dan mengekspresikan identitas budaya melalui pertunjukan. Dengan demikian, pelatihan ini menjadi strategi tepat untuk melestarikan budaya lokal melalui pendidikan formal sejak usia dini.Kata kunci: Budaya Lokal; Tari Lego-Lego; Pendidikan Karakter; Sekolah Dasar; Pelestarian Budaya. ABSTRACTPreserving local culture is a collective responsibility that must be carried out sustainably, including through educational institutions. In Alor Regency, East Nusa Tenggara, the Lego-Lego Dance is a traditional cultural heritage rich in philosophical and social meaning, particularly the values of togetherness, solidarity, and mutual cooperation, which serve as a collective identity for the community. However, the influence of technology, globalization, and modern popular culture has resulted in younger generations becoming less familiar with and appreciative of their local culture. This study aims to describe the implementation of Lego-Lego Dance training for students at Cokroaminoto 01 Kalabahi Islamic Elementary School and to analyze the impact of this activity on their understanding, awareness, and love of local culture. The method used was descriptive qualitative, with data collected through observation, interviews, and documentation of activities. Fifteen students participated in the study. The training included an introduction to basic movements, group practice, and evaluation of group performances. The results showed that the Lego-Lego Dance training effectively increased students' understanding of local culture and served as a fun character education medium. Students were able to work together, demonstrate solidarity, and express their cultural identity through the performance. Thus, this training is an appropriate strategy for preserving local culture through formal education from an early age.Keywords: Local Culture; Lego-Lego Dance; Character Education; Elementary School; Cultural Preservation.
PEMANFAATAN TANAMAN DAUN JARAK MERAH DALAM PEMBUATAN SABUN HERBAL DI DESA PURA BARAT KEC. ALOR BARAT LAUT ALOR NTT Abdullah, Muhammad; Prasong, Muthiah; Istiqamah, Istiqamah; Badu, Khumaira Marsyahida; Lapung, Jamra; Koly, Nurmiyati; Malayu, Aisa
Journal of Community Empowerment Vol 4, No 2 (2025): September (in Progress)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/jce.v4i2.34869

Abstract

ABSTRAKProgram Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) ini dilaksanakan di Desa Pura Barat, Kecamatan Alor Barat Laut, Nusa Tenggara Timur, dengan tujuan memanfaatkan tanaman daun jarak merah (Jatropha gossypiifolia) sebagai bahan dasar pembuatan sabun herbal. Selama ini, masyarakat setempat belum memahami secara optimal manfaat daun jarak merah, sehingga tanaman tersebut hanya dibiarkan tumbuh liar tanpa nilai guna. Kegiatan ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif melalui tahapan survei, sosialisasi, pelatihan, penerapan teknologi sederhana, pendampingan, dan evaluasi. Hasil pelaksanaan menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan dan keterampilan masyarakat, terutama ibu rumah tangga, dalam mengolah daun jarak merah menjadi produk sabun herbal yang higienis, ramah lingkungan, dan memiliki nilai ekonomi. Produk sabun herbal yang dihasilkan memiliki kualitas baik serta berpotensi menjadi komoditas usaha kecil yang dapat mendukung perekonomian lokal. Respon positif dari pemerintah desa, perangkat desa, dan masyarakat menjadi indikator keberhasilan kegiatan ini. Lebih jauh, program ini juga sejalan dengan tujuan Sustainable Development Goals (SDGs) nomor 3 tentang kesehatan dan kesejahteraan, karena produk herbal yang dihasilkan mampu meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Dengan demikian, kegiatan PKM ini tidak hanya memberi dampak pada aspek kesehatan, tetapi juga membuka peluang bagi pengembangan ekonomi kreatif berbasis sumber daya lokal.Kata kunci: Daun Jarak Merah; Sabun Herbal; Pengabdian Masyarakat; Ekonomi Kreatif. ABSTRACTThis Community Service Program (PKM) was implemented in Pura Barat Village, Alor Barat Laut District, East Nusa Tenggara, with the aim of utilizing red castor leaves (Jatropha gossypiifolia) as the main ingredient for producing herbal soap. For years, the local community has not fully understood the health benefits of red castor leaves, leaving the plants to grow wild without any practical use. The program employed a descriptive qualitative approach through several stages, namely survey, socialization, training, simple technology application, mentoring, and evaluation. The results showed significant improvements in both knowledge and skills among community members, especially housewives, in processing red castor leaves into hygienic, eco-friendly, and economically valuable herbal soap. The products produced demonstrated good quality and are considered to have potential as small-scale business commodities that could strengthen the local economy. Positive responses from village authorities, local leaders, and residents confirmed the effectiveness of the program. Furthermore, the activity aligns with Sustainable Development Goal (SDG) number 3, which emphasizes good health and well-being, as the herbal products generated can improve community health while promoting sustainable living. Therefore, this PKM not only contributes to public health but also creates opportunities for the development of creative economy initiatives based on local resources. Keywords: Red Castor Leaves; Herbal Soap; Community Service; Creative Economy.
PEMANFAATAN TANAMAN DAUN SIRIH DALAM PEMBUATAN SABUN HERBAL DI DESA WOLWAL KEC. ALOR BARAT DAYA ALOR NTT Prasong, Muthiah; Abdullah, Muhammad; Istiqamah, Istiqamah; Badu, Khumaira Marsyahida; Lapung, Jamra; Koly, Nurmiyati; Malayu, Aisa
Journal of Community Empowerment Vol 4, No 2 (2025): September (in Progress)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/jce.v4i2.34868

Abstract

ABSTRAK                                                                                     Program Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) dengan judul “Pemanfaatan Tanaman Daun Sirih dalam Pembuatan Sabun Herbal di Desa Wolwal, Kecamatan Alor Barat Daya, Alor NTT” bertujuan untuk mengoptimalkan potensi lokal melalui pengolahan daun sirih (Piper betle L.) menjadi produk bernilai tambah. Selama ini, masyarakat Desa Wolwal hanya memanfaatkan daun sirih sebatas konsumsi tradisional dalam acara adat maupun keseharian, sehingga manfaat kesehatan dan peluang ekonominya belum tergarap maksimal. Kegiatan ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan tahapan survei, sosialisasi, pelatihan, penerapan teknologi sederhana, pendampingan, dan evaluasi. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa masyarakat memperoleh pengetahuan baru mengenai manfaat kesehatan daun sirih serta keterampilan praktis dalam mengolahnya menjadi sabun herbal. Produk sabun yang dihasilkan memiliki tekstur padat, warna alami, aroma khas, dan dinilai layak digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Selain itu, kegiatan ini menumbuhkan motivasi masyarakat untuk mengembangkan sabun herbal sebagai usaha kecil berbasis potensi lokal. Respon positif dari pemerintah desa, perangkat desa, dan masyarakat membuktikan efektivitas program ini dalam meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kesejahteraan. Program ini juga mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) poin 3 tentang kesehatan dan kesejahteraan, sekaligus membuka peluang pengembangan ekonomi kreatif berbasis sumber daya hayati di tingkat desa.Kata kunci: Daun Sirih; Sabun Herbal; Pengabdian Masyarakat; Ekonomi Kreatif. ABSTRACTThe Community Service Program (PKM) entitled “Utilization of Betel Leaf in Herbal Soap Production in Wolwal Village, Alor Barat Daya District, East Nusa Tenggara” aimed to optimize local potential by processing betel leaves (Piper betle L.) into value-added products. Traditionally, the people of Wolwal Village have only used betel leaves for customary rituals or as daily chewing material, so their health benefits and economic potential have not been fully explored. This program applied a descriptive qualitative method through several stages: survey, socialization, training, application of simple technology, mentoring, and evaluation. The results indicated that the community gained new knowledge regarding the medicinal benefits of betel leaves and practical skills in processing them into herbal soap. The soap produced had a solid texture, natural color, and distinctive aroma, making it suitable for daily use. Furthermore, the activity motivated villagers to develop herbal soap as a potential small-scale business based on local resources. Positive responses from the village government, local leaders, and residents confirmed the effectiveness of the program in enhancing knowledge, skills, and welfare. This initiative also aligns with Sustainable Development Goal (SDG) 3 on good health and well-being, while simultaneously creating opportunities for developing a creative economy rooted in local biodiversity at the village level. Keywords: Betel Leaf; Herbal Soap; Community Service; Creative Economy.