Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Dari Limbah Jadi Berkah: Transformasi Minyak Jelantah Menjadi Sumber Penghasilan Tambahan Bagi Ibu Pkk Di Desa Tinggarjaya Ulya Darojah; Abdullah Faqih Al Jauzie; Zuhrotul Aliffiyah; Indri Nur Azizah; Salsabila Nur Fadhilah; Adinda Fresky Mutiara Kafitasari; Zhafira Ardhia Pramesti Cahyani; Anggita Isty Intansari
JURNAL AKADEMIK PENGABDIAN MASYARAKAT Vol. 3 No. 5 (2025): September
Publisher : CV. KAMPUS AKADEMIK PUBLISING

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61722/japm.v3i5.6499

Abstract

The processing of used cooking oil into aromatherapy candles is a strategic effort to address household waste while creating new business opportunities. This innovation not only has economic value but also contributes to health and environmental benefits. Through a community service program conducted by KKN students, the PKK women’s group in Tinggarjaya Village was equipped with knowledge and skills to produce aromatherapy candles. The results showed that participants not only understood the material but also actively engaged in the practice. This program is expected to be sustainable and developed into small-scale household businesses, making used cooking oil utilization one of the community empowerment strategies aligned with sustainable development principles. The program applied the ABCD (Asset-Based Community Development) approach. In the Discover stage, key assets included active PKK women, abundant used cooking oil, and village support. In the Dream stage, participants envisioned turning waste into eco-friendly products with economic value. The Design stage involved training on health risks, hands-on candle-making, and entrepreneurship skills. In the Deliver stage, participants successfully produced candles, raised environmental awareness, and explored creative business opportunities. Finally, in the Destiny stage, sustainability was emphasized through potential innovations such as soap-making, supported by the village, aiming for an independent, healthy, and creative economy.
PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN BAHASA: ANALISIS PENGUASAAN KATA BAKU, PREPOSISI “DI”, DAN AFIKSASI PADA GENERASI DIGITAL Indri Nur Azizah; Deisy Permata Nurfaizar Sari; Salwa Sania Adawiah; Yuni Ertinawati
Jurnal Media Akademik (JMA) Vol. 3 No. 11 (2025): JURNAL MEDIA AKADEMIK Edisi November
Publisher : PT. Media Akademik Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62281/be7gy735

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat penguasaan bahasa Indonesia baku oleh pengguna media sosial, khususnya Instagram, melalui upaya pembinaan dan pengembangan kebahasaan secara daring. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif berbasis literasi digital kebahasaan dengan instrumen utama berupa kuis interaktif pada fitur polling Instagram Story. Kuis yang diunggah pada 2–4 November 2025 ini melibatkan rata-rata 30–50 responden yang mencakup tiga aspek kebahasaan: padanan kata baku, penggunaan di- (awalan) vs. di (kata depan), dan penggunaan imbuhan (afiksasi). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penguasaan responden terhadap aspek imbuhan (afiksasi) adalah yang tertinggi, diikuti oleh kata baku, dan yang terendah adalah penggunaan di (preposisi vs. prefiks). Meskipun mayoritas responden mampu membedakan kata baku, beberapa kata seperti imbau, antre, sekadar, dan silakan masih sering keliru. Pada aspek di- dan di, kesalahan tertinggi terjadi pada penulisan di antara, yang mengindikasikan bahwa responden belum sepenuhnya menginternalisasi aturan pemisahan di sebagai preposisi. Sementara itu, dalam aspek afiksasi, kesalahan banyak terjadi pada kata serapan seperti standardisasi, pelepasan fonem (contoh: memesona), dan bentuk yang dipengaruhi bahasa lisan (contoh: telanjur). Hal ini memperkuat temuan bahwa kompetensi morfologis masyarakat digital masih sangat dipengaruhi oleh bentuk tidak baku yang beredar luas di media sosial. Secara keseluruhan, Instagram terbukti efektif sebagai platform edukasi informal untuk pembinaan bahasa Indonesia, namun perlu fokus pada kaidah yang sering terdistorsi oleh kebiasaan berbahasa digital.