Media sosial kini memainkan peran strategis dalam membentuk persepsi publik terhadap kebijakan pemerintah. Penelitian ini bertujuan menganalisis bagaimana persepsi masyarakat terhadap Program Makan Siang Gratis (MBG) dikonstruksi melalui narasi visual di platform Instagram, serta bagaimana representasi tersebut berpengaruh terhadap legitimasi kebijakan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif-deskriptif dengan metode etnografi digital, yang melibatkan observasi unggahan akun resmi pemerintah, analisis komentar publik, dan telaah literatur daring selama periode Februari–September 2024. Analisis data didasarkan pada tiga kerangka teoritis: Teori Representasi dan Visual Framing (Hall, 1997; Entman, 1993), Teori Persepsi Publik dan Legitimasi Kebijakan (Suchman, 1995), dan Teori Ruang Publik Digital (Habermas, 2006; Papacharissi, 2015). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemerintah memanfaatkan representasi visual yang menonjolkan nilai moral, seperti empati, kebersamaan, dan kepedulian sosial, guna membangun citra legitimasi positif. Namun, sebagian publik menunjukkan resistensi melalui komentar kritis dan counter-narratives yang menyoroti ketimpangan antara citra ideal dan kenyataan lapangan. Fenomena ini mengindikasikan bahwa legitimasi kebijakan di ruang digital bersifat negosiasional, afektif, dan partisipatif, di mana publik tidak hanya menjadi penerima pesan, tetapi juga produsen makna kebijakan. Penelitian ini menyimpulkan bahwa keberhasilan komunikasi kebijakan sosial di era digital bergantung pada kemampuan pemerintah membangun legitimasi afektif-visual yang autentik, transparan, dan partisipatif. Temuan ini memberikan kontribusi penting bagi pengembangan paradigma baru dalam kajian komunikasi kebijakan digital di Indonesia.