Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Persepsi Animator Terhadap Penggunaan AI Generative dalam Produksi Iklan Komersial di Youtube Brilianty, Thara; Syarifah Alamiyah, Syifa
Martabe : Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 8, No 8 (2025): MARTABE : JURNAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
Publisher : Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31604/jpm.v8i8.%p

Abstract

Di tengah pesatnya perkembangan teknologi, kedatangan Artificial Intelligence (AI) Generatif dimaksudkan untuk memudahkan berbagai kalangan, tak terkecuali para pekerja kreatif. Meski dirancang untuk memudahkan berbagai proses kerja, namun kemunculannya turut memicu pro dan kontra terutama bagi para Animator yang sebagian tugasnya kini mulai digantikan oleh AI. Penelitian ini tidak bertujuan untuk menentukan apakah penggunaan AI Generatif dalam industri kreatif merupakan hal yang benar atau salah, melainkan ingin mengupas lebih dalam persepsi para pelaku industri terhadap fenomena tersebut. Dengan pendekatan kualitatif, peneliti menyusun narasi berdasarkan wawancara mendalam bersama para informan yang memiliki latar belakang profesi sebagai animator. Fokus utama penelitian ini tertuju pada penggunaan AI Generatif dalam produksi konten iklan di platform YouTube, bahkan beberapa perusahaan besar seperti Indomie, Coca-Cola, hingga KFC pun kini mulai menggunakan teknologi AI dalam pembuatan iklan komersial mereka. Oleh karena itu, menarik untuk ditelusuri bagaimana persepsi para animator terhadap kehadiran dan penggunaan AI Generatif dalam proses produksi iklan tersebut.
PERSEPSI ANIMATOR TERHADAP PENGGUNAAN AI GENERATIVE DALAM PRODUKSI IKLAN KOMERSIAL DI YOUTUBE Brilianty, Thara; Syarifah Alamiyah, Syifa
NUSANTARA : Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial Vol 12, No 9 (2025): Nusantara : Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial
Publisher : Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31604/jips.v12i9.2025.3752-3760

Abstract

Di tengah pesatnya perkembangan teknologi, kedatangan Artificial Intelligence (AI) Generatif dimaksudkan untuk memudahkan berbagai kalangan, tak terkecuali para pekerja kreatif. Meski dirancang untuk memudahkan berbagai proses kerja, namun kemunculannya turut memicu pro dan kontra terutama bagi para Animator yang sebagian tugasnya kini mulai digantikan oleh AI. Penelitian ini tidak bertujuan untuk menentukan apakah penggunaan AI Generatif dalam industri kreatif merupakan hal yang benar atau salah, melainkan ingin mengupas lebih dalam persepsi para pelaku industri terhadap fenomena tersebut. Dengan pendekatan kualitatif, peneliti menyusun narasi berdasarkan wawancara mendalam bersama para informan yang memiliki latar belakang profesi sebagai animator. Fokus utama penelitian ini tertuju pada penggunaan AI Generatif dalam produksi konten iklan di platform YouTube, bahkan beberapa perusahaan besar seperti Indomie, Coca-Cola, hingga KFC pun kini mulai menggunakan teknologi AI dalam pembuatan iklan komersial mereka. Oleh karena itu, menarik untuk ditelusuri bagaimana persepsi para animator terhadap kehadiran dan penggunaan AI Generatif dalam proses produksi iklan tersebut.
Resepsi generasi Z Surabaya terhadap konsep kompleksitas emosi dalam film inside out 2 Aulia Elizabeth Dewi Maharani; Syarifah Alamiyah, Syifa
Jurnal Komunikasi Universitas Garut: Hasil Pemikiran dan Penelitian Vol 11 No 2 (2025): Oktober 2025 Jurnal Komunikasi Universitas Garut : Hasil Pemikiran dan Penelitia
Publisher : Universitas Garut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract As a popular communication medium, film holds great potential in delivering educational messages to the public, including those related to emotional literacy. Inside Out 2 portrays the dynamics of emotional complexity experienced by adolescent characters and has generated various responses from audiences, particularly Generation Z. The aim of this study is to examine how Generation Z in Surabaya receives and interprets the concept of emotional complexity presented in the film. This study explores how Generation Z in Surabaya receives the concept of emotional complexity as presented in Inside Out 2, using Stuart Hall’s reception analysis. A qualitative method was employed, with data collected through in-depth interviews involving eight informants from diverse social, educational, and age backgrounds. The findings reveal that informants fall into three reception positions: dominant-hegemonic, negotiated, and oppositional. Most informants fully accepted the film’s message, stating it helped them better understand emotions and fostered self-acceptance. Some informants negotiated the film’s message based on cultural values and personal experiences, such as the emphasis on emotional toughness within Surabaya’s local culture or being raised in an authoritarian parenting style. Meanwhile, others rejected the film’s message, perceiving it solely as light entertainment without deeper meaning. Reception of the film was influenced by emotional literacy, personal experience, culture, and access to media and psychological education. Overall, Inside Out 2 was viewed by most informants not only as entertainment, but also as an educational medium that enhances awareness of the importance of understanding and managing emotions in a healthy way. Keywords: Emotional complexity; reception analysis; generation z; inside out 2.   Abstrak Film sebagai media komunikasi populer memiliki potensi besar dalam menyampaikan pesan edukatif kepada masyarakat, termasuk dalam hal literasi emosi. Film Inside Out 2 menampilkan dinamika kompleksitas emosi yang dirasakan tokoh remaja, dan menuai berbagai tanggapan dari audiens, khususnya Generasi Z. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana Generasi Z Surabaya menerima dan memaknai konsep kompleksitas emosi yang ditampilkan dalam film tersebut. Penelitian ini membahas mengenai penerimaan Generasi Z Surabaya terhadap konsep kompleksitas emosi dalam film Inside Out 2 dengan menggunakan analisis resepsi dari Stuart Hall. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dan data dikumpulkan melalui in-depth interview kepada delapan informan dengan latar belakang sosial, usia, dan pendidikan yang beragam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa informan berada dalam tiga posisi penerimaan yakni dominant-hegemonic position, negotiated position, dan oppositional position. Mayoritas informan menerima sepenuhnya pesan film karena merasa terbantu dalam memahami emosi dan menerima diri (self-acceptance). Sementara itu, sebagian informan menegosiasikan pesan film dengan latar belakang budaya dan pengalaman pribadi, seperti nilai ketangguhan yang kuat di lingkungan Surabaya atau pola asuh yang otoriter. Adapun informan lainnya menolak pesan film karena hanya melihat film ini sebagai hiburan semata tanpa makna reflektif. Penerimaan terhadap film ini dipengaruhi oleh faktor literasi emosi, pengalaman, budaya, serta akses terhadap media dan pendidikan. Film Inside Out 2 dinilai sebagian besar informan bukan hanya sebagai hiburan, namun media edukatif yang mampu meningkatkan kesadaran akan pentingnya memahami dan mengelola emosi secara sehat. Kata-kata kunci: Kompleksitas emosi; analisis resepsi; generasi z; inside out 2
SELF-DISCLOSURE MENGENAI HUBUNGAN ASMARA PADA REMAJA DAN SINGLE PARENTS Ratih, Dewi; Syarifah Alamiyah, Syifa
NUSANTARA : Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial Vol 10, No 10 (2023): NUSANTARA : Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial
Publisher : Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31604/jips.v10i10.2023.4560-4567

Abstract

Interaksi sosial memiliki hubungan erat dengan komunikasi yang dilakukan dengan individu lain, komunikasi yang dibangun dapat menciptakan suatu pola komunikasi pada hubungan tersebut. Hal ini juga berlaku pada keluarga sebagai tatanan kelompok sosial pertama setiap individu. Tetapi tak jarang adanya fenomena dari kondisi single parents atau ibu tunggal diakibatkan karena perceraian atau meninggalnya suami yang mengharuskan ibu sebagai kepala keluarga untuk memerankan kedua peran sekaligus. Menjadi single parents harus mampu mendidik dan menjaga anak, terlebih lagi dengan anak yang menginjak remaja adanya perubahan fisik dan mental yang terjadi membuat mereka belum stabil. Selain itu munculnya emosional kepada lawan jenis tak luput dari rasa ketertarikan dan penasaran yang dirasakan, terkadang anak mulai menjalin hubungan asmaranya dari menyukai hingga berpacaran. Terdapat berita yang marak terjadi dikalangan masyarakat tentang penyimpangan remaja yang diakibatkan hubungan asmara tentunya membuat orang tua khawatir.  Self-disclosure ini menjadi penting untuk dilakukan antara anak dan ibu dalam memahami satu sama lain. Untuk itu penelitian ini berfokus pada kedalaman dan keterbukaan pada self-disclosure. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif dan pengumpulan data dengan wawancara secara mendalam (indepth interview), observasi, dan dokumentasi. Teori penetrasi sosial digunakan untuk mengetahui lapisan keterbukaan mengenai hubungan asmara dan kedekatan yang terjalin dalam keluarga. Hasil penelitian ini menyimpulkan terdapat faktor yang membuat anak nyaman dan membuka diri seperti ketika mereka merasa didengar dan didukung, sementara yang membuat anak tidak nyaman adalah rasa takut akan respon yang diberikan ibu.
CELEBRITY SHARENTING : PENERIMAAN ORANG TUA TERHADAP KONTEN SHARENTING DI INSTAGRAM Salsabila Latif, Fina; Syarifah Alamiyah, Syifa
NUSANTARA : Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial Vol 10, No 9 (2023): NUSANTARA : Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial
Publisher : Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31604/jips.v10i9.2023.4281-4289

Abstract

Era digital mendukung adanya fenomena baru mengenai cara orang tua mengasuh anaknya, di era ini menuntut orang tua untuk terkoneksi dengan orang tua lain, mendapatkan informasi dan berbagi. Hal tersebut menimbulkan fenomena sharenting yang merupakan sebuah kegiatan membagikan informasi parenting yang dilakukan oleh orang tua pada media sosialnya. Selain ahli parenting, Sharenting juga dilakukan oleh beberapa selebriti salah satunya Rachel Vennya, banyak pro-kontra terkait kegiatan sharenting yang dilakukannya. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif. Metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah wawancara mendalam (Indepth Interview) dan juga dokumentasi. Sedangkan informan dipilih melalui teknik purposive sampling. Analisis data yang digunakan adalah analisis resepsi Stuart Hall, yaitu menggambarkan tiga posisi khalayak dalam mengkontruksikan pesan, yakni posisi dominan-hegemoni, negosiasi, dan oposisi. Melalui penelitian ini ditemukan pemaknaan yang dilakukan orang tua yaitu sharenting dapat menjadikan anak terkenal, sharenting sebagai supporting orang tua (ibu) lain dan sharenting sebagai galeri digital. Adapun temuan lain berupa sebuah penerimaan dari orang tua dalam penelitian ini sebagian besar menerima namun menegosiasikan karena ada sebuah batasan yang timbul dari konten yang diunggah oleh Rachel Vennya atas dasar ketidaksesuaian nilai dan pengalaman yang dimiliki oleh orang tua.