Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Makna Simbol Budaya Mandailing dalam Pembentukan Empati Anak pada Keluarga Islam di Desa Kayu Laut Rambe, Khairul Mufti; Lubis, Amru Syahputra; Nasution, Khoiruddin; Ramadhona, Suci; Granady, Seflin; Rinjani, Quinta Abisekha Utari; Putri, Dhea Annisa
Jurnal Sosiologi USK (Media Pemikiran & Aplikasi) Vol 19, No 1 (2025)
Publisher : Sociology Department Of Syiah Kuala University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24815/jsu.v19i1.45951

Abstract

This study aims to explore how Mandailing cultural symbols are interpreted and practiced within Islamic families, and how these symbols contribute to the development of childrens empathy amid social change. Symbols such as Dalihan Na Tolu, marbagas, and umpasa serve as vehicles for transmitting values of compassion, respect, and social responsibility. Within Mandailing society, where Islamic values such as rahmah and adab coexist with local traditions, families become dialectical spaces for culturally contextualized character education. The research was conducted in Kayu Laut Village, Mandailing Natal Regency, using a qualitative approach with Interpretative Phenomenological Analysis (IPA) to examine the symbolic meanings embedded in the lived experiences of seven Mandailing Muslim families. Data were collected through in-depth interviews, participant observation, and cultural documentation. The findings reveal that symbolic cultural practices function as effective pedagogical tools for internalizing empathy through emotionally and socially rich experiences. Despite the pressures of modernization, families demonstrate active resistance by reconstructing symbolic practices while preserving their core values. This study contributes to the fields of cultural sociology and Islamic character education, and emphasizes the importance of culturally rooted strategies in family-based education.AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk memahami bagaimana simbol-simbol budaya Mandailing dimaknai dan dipraktikkan dalam keluarga Islam, serta bagaimana simbol tersebut berkontribusi terhadap pembentukan empati anak di tengah perubahan sosial. Simbol-simbol seperti Dalihan Na Tolu, marbagas, dan umpasa berperan sebagai medium internalisasi nilai kasih sayang, penghormatan, dan tanggung jawab sosial. Dalam konteks masyarakat Mandailing yang juga religius, nilai-nilai Islam seperti rahmah dan adab berjalan seiring dengan adat, menciptakan ruang pendidikan karakter yang bersifat dialektis dan kontekstual. Penelitian ini dilakukan di Desa Kayu Laut, Kabupaten Mandailing Natal, dengan pendekatan kualitatif dan metode Interpretative Phenomenological Analysis (IPA), untuk menggali makna simbolik dari pengalaman subjektif tujuh keluarga Mandailing Muslim. Data diperoleh melalui wawancara mendalam, observasi partisipatif, dan dokumentasi simbolik budaya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa praktik simbol budaya menjadi wahana internalisasi empati melalui keterlibatan sosial anak yang emosional dan reflektif. Meskipun modernisasi menghadirkan tantangan, keluarga mampu melakukan resistensi aktif dengan merekonstruksi simbol budaya tanpa menghilangkan nilai intinya. Penelitian ini memberikan kontribusi pada kajian sosiologi dan pendidikan karakter Islam, serta mengusulkan perlunya penguatan pendekatan berbasis budaya dalam strategi pendidikan keluarga.
Peran Advokat dalam Perlindungan Anak Disistem Peradilan Anak dan Pendekatan Restorative Justice Bagi Korban dan Pelaku Rinjani, Quinta Abisekha Utari; Nasution, Abdul Halim; Putri, Dhea Annisa; Binafsih, Umu; Nugraha, Nabrisqi Daffa; Azman, Nazrul
Innovative: Journal Of Social Science Research Vol. 5 No. 1 (2025): Innovative: Journal Of Social Science Research
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/innovative.v5i1.17792

Abstract

Anak-anak memiliki hak yang wajib dijaga dan dilindungi, termasuk hak untuk didampingi oleh penasihat hukum, orang tua, wali, atau pengasuh selama proses pemeriksaan. Hak dan kewajiban anak tidaklah sama dengan orang dewasa, karena anak memerlukan perhatian dan perlindungan yang lebih intensif. Anak seharusnya tidak dijatuhi hukuman, melainkan diarahkan dan dibimbing agar dapat berkembang menjadi individu yang utuh, cerdas, dan bertanggung jawab sebagai generasi penerus bangsa di masa depan. Dalam situasi tertentu, anak mungkin berada dalam tekanan atau kondisi yang membuatnya melanggar norma hukum, agama, kesopanan, atau kesusilaan. Beragam faktor dapat memengaruhi hal ini, seperti keadaan pribadi anak, lingkungan keluarga, korban, maupun masyarakat sekitar. Anak yang melanggar hukum tidak semestinya langsung dihukum atau dimasukkan ke dalam penjara, karena tindakan tersebut dapat memberikan dampak buruk terhadap mental dan kepribadian anak. Oleh sebab itu, advokat memegang peran penting dalam melindungi hak-hak anak, memastikan mereka menerima bimbingan yang tepat, dan melalui pendekatan keadilan restoratif, anak tidak perlu menjalani hukuman formal di pengadilan.
Profil Kemandirian Belajar Matematika Santri Pondok Pesantren Selama Pandemi Covid 19 Afinaningsih, Dissa; Jana, Padrul; Putri, Dhea Annisa; Aldianta, Linggar; Akhsani, Shofi Rizki; Siahaan, Kristianus Boby Anggiat Marito; Widayati, Widayati
Delta: Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Vol. 12 No. 2 (2024): DELTA : JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN MATEMATIKA
Publisher : Universitas Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31941/delta.v12i2.4235

Abstract

The aim of this research was to analyze the mathematics learning independence of Islamic boarding school students during the Covid-19 pandemic. The sample in this study was 40 Al Imdad Bantul Islamic Boarding School students who were randomly selected. Data collection uses questionnaires and interviews. This type of research is qualitative research and is descriptive. The results of this research show that the level of independence in students' mathematics learning at the Al Imdad Islamic Boarding School during the Covid 19 pandemic has a level of independence in six indicators of students' learning independence, namely students have 82.5% self-confidence, 67.25% students are able to work alone, students are able to appreciate time 77.5%, students have a responsible nature 79.38%, students desire to compete to advance 74.22%, and students are able to make decisions 72.88%. Researchers concluded that students at the Al Imdad Islamic Boarding School did not have low levels of independence in learning mathematics.