Penelitian ini berusaha untuk menyelidiki implikasi dari perintah membaca yang disajikan dalam Surat Al-Alaq sementara juga meneliti peran pustakawan dalam mempromosikan literasi dalam masyarakat kontemporer. Surah Al-Alaq, yang diakui sebagai wahyu awal yang diberikan kepada Nabi Muhammad, menggarisbawahi sifat kritis membaca sebagai landasan perolehan pengetahuan dan pertumbuhan pribadi. Dalam kerangka ini, pustakawan menempati posisi penting dalam meningkatkan literasi masyarakat dengan memfasilitasi akses ke informasi, mengembangkan inisiatif literasi, dan berkolaborasi dengan beragam pemangku kepentingan. Penelitian ini menggunakan metodologi kualitatif, khususnya menggunakan kerangka penelitian perpustakaan. Tujuan utama dari penyelidikan ini adalah untuk mengidentifikasi literatur terkait, termasuk teks-teks agama (seperti Quran), interpretasi, dan studi fenomenologis, untuk memahami persepsi pustakawan tentang tugas mereka di tengah kemajuan pesat dalam teknologi informasi. Temuan dari penelitian menunjukkan bahwa pustakawan berfungsi tidak hanya sebagai penjaga informasi tetapi juga sebagai katalis untuk transformasi, mampu menumbuhkan budaya membaca dan meningkatkan kesadaran publik mengenai pentingnya literasi. Signifikansi yang diartikulasikan dalam surah Al-Alaq dijelaskan lebih lanjut melalui interpretasi ilmiah, menempatkannya sebagai keharusan untuk membaca, menulis, dan pendidikan yang penting bagi keberadaan manusia.