Konstruksi identitas sosial di era digital merupakan fenomena kompleks yang dipengaruhi oleh dinamika media sosial, teknologi komunikasi, dan interaksi virtual. Dalam konteks ini, teori One-Dimensional Man karya Herbert Marcuse dan konsep ruang publik Jürgen Habermas memberikan perspektif kritis terhadap bagaimana identitas sosial dibentuk dan dipengaruhi oleh struktur sosial dan media. Penelitian ini menggunakan metode studi pustaka untuk menganalisis relevansi kedua teori tersebut dalam memahami pembentukan identitas sosial di era digital. Hasil kajian menunjukkan bahwa algoritma media sosial berkontribusi pada homogenisasi identitas, khususnya di kalangan generasi muda Indonesia, melalui penyaringan informasi dan penguatan norma-norma dominan. Marcuse menyoroti bagaimana sistem kapitalistik melalui media massa menciptakan individu yang teralienasi, sementara Habermas menunjukkan bahwa ruang publik digital saat ini tidak lagi mendukung diskusi rasional, melainkan dikendalikan oleh komersialisasi dan komunikasi satu arah. Temuan ini menunjukkan bahwa teknologi digital tidak hanya menjadi sarana ekspresi, tetapi juga alat reproduksi struktur kekuasaan sosial yang memengaruhi pembentukan identitas individu.